Chapter - 23

13.3K 1.1K 82
                                    

Udah lama ya aku ngak nulis cerita lagi, dan jujur aku bingung mau nulis apa buat kelanjutan cerita ini. Terutama yang berhubungan dengan alur cerita ini sendiri.

Etttsss, tunggu dulu. Walaupun aku ngak tau ceritanya bakalan seperti apa kedepannya, tapi sekarang aku berusaha untuk melanjutkan kembali tulisan ini dengan segala pertimbangan yang aku timbang timbang selama kurang lebih 1 tahun, agak lama ya... hehehehe. Dimana pertimbangannya aku mau bikin cerita baru atau melanjutkan kembali cerita ini.

Hanya saja aku ingin kembali melanjutkan cerita ini seperti yang aku mau.

Sebenarnya aku nulis ini secara tiba-tiba sih, karena walaupun aku ngak publish apa apa tapi aku hampir setiap hari mampir ke wattpad buat cek-cek notip yang selalu bermunculan. Jahat ya, banyak yang nungguin malah aku anggurin.

Semoga masih ada yang baca

dan semoga kalian semua tidak bosan dengan cerita yang aku buat ya...

Enjoyyy~~~

***

Pagi hari yang cerah, seperti biasa ada seorang pria yang sedang bergelung dengan selimutnya, menikmati hangatnya kain tebal tersebut. Dibawah guyuran AC dan dinginnya udara pagi yang sangat menusuk hingga tulang, membuat pria tersebut semakin enggan untuk bangkit meninggalkan tempat ternyaman tersebut.

Weekend memang waktu yang pas untuk kita bisa bersantai-santai sambil menikmati hangatnya selimut yang membekap dan empuknya kasur setelah bekerja berhari-hari. Rasa lelah yang terbayarkan ketika bisa bangun kesiangan tanpa memperdulikan tugas yang mengantri di hari berikutnya.

Sehingga tanpa sadar pria yang sedari tadi bergelung di dalam selimut tebal tersebut menggeser dirinya sendiri mendekati sumber hangat yang terasa di sebelah kanan dirinya kemudia memeluknya dengan erat, tanpa mengetahui dan memperdulikan apa yang sedang dia peluk.

Wangi muks yang menangkan menusuk indra penciuman pria tersebut sehingga membuatnya merasakan sebuah ketenangan yang selama ini dia ingin rasakan.

Tanpa ada teriakan

Tanpa ada cacian

Tanpa ada gedoran pintu

dan, tanpa ada pukulan yang menyakitkan menjangkau tubuhnya.

Sayup-sayup dia bisa merasakan sebuah usapan kecil di pucuk kepala seraya membisikan sebuah kata yang membuat dia kembali terlelap kedalam alam mimpi.

"Tidurlah kembali, sayang."

...

Matahari yang sudah meninggi dengan terik cahaya menembus sela sela kamar gelap tersebut, membuat seorang insan yang sedari tadi bergelung dalam selimut merasakan rasa enggap menutupi dirinya sehingga membuatnya merasa kegerahan.

Bukan, dia bukan merasa kegerahan karena selimut tebal tersebut. Melainkan dia merasakan hawa panas dari hal lain, serasa ada seseorang yang sedang membekapnya. Dengan pelan kemudian pria tersebut mengejapkan kedua matanya sambil berusaha untuk membuka matanya yang jujur saja masih terasa berat untuk dia bangun.

Semakin kesini dia marasakan rasa berat yang membelit pinggangnya membuat pria itu langsung dengan jelas untuk melihat apa yang sedang membelit pinggangnya sekarang. Belum sempat dia melihat ke pinggangnya. Pria itu, Jungkook. Sangat terkejut saat membuka matanya dia melihat sebuah pemandangan yang cukup membuatnya shock, sebuah dada berotot yang dibalut kaos berwana hitam, terlihat menonjol walaupun ditutupi oleh kain tersebut, membuat Jungkook langsung mengunci mulutnya rapat-rapat. Karena dia bisa menebak siapa orang tersebut.

Dengan perlahan Jungkook mendonggakkan kepalanya, sambil mengigit bibir tipisnya menahan gugup, untuk menatap orang yang sedang membekap dirinya ini. 

Yaps, benar saja itu adalah Taehyung.

When the Devil Fall in Love || TAEKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang