Prologue

51 12 1
                                    

Kopi sempurna karena rasa pahitnya. Begitu pun kita, cerita kita, dan semesta.

🥀

Gadis kecil itu duduk di kursi dekat jendela. Memperhatikan setiap tetesan air hujan yang jatuh ke bumi.

Sepi.

Dagunya ia tumpukan pada tangannya. Fokus mendengarkan suara katak yang berpadu dengan suara guntur yang menggelegar.

Dentingan jam di setiap detiknya terdengar. Ya, sesepi ini memang rumahnya.

Rumah yang besar dan megah, kebutuhan yang selalu terpenuhi, kasih sayang dari ayah dan kakak, itu semua belum bisa membuatnya cukup.

Navya Vazza Karvalans, itulah namanya. Panggil saja Navya. Gadis berusia lima tahun yang selalu merasa sepi di rumahnya sendiri.

Suara mobil yang tak terdengar jelas itu mengalihkan atensinya. Ini yang ia tunggu. Kedatangan sang ayah.

Navya berlari cepat ke arah pintu. Membukakan pintu dan menyambut ayahnya. Inilah kebiasaannya.

Dia berjinjit sedikit untuk meraih knop pintu, menariknya, dan pintu berhasil terbuka. Terlihat sang ayah berlari kecil dari mobil ke teras rumah. Tanpa menggunakan payung.

"Ayah!"

Sang ayah membalas sambutannya. Dia melepaskan jasnya yang sebagian basah lalu merentangkan tangannya agar si anak mau berlari ke arahnya dan segera ia gendong.

Sesuai dengan harapan. Navya berlari saking senangnya.

Ayahnya itu langsung membawa Navya ke gendongannya dan segera masuk ke dalam rumah. Di luar rumah terlalu lama saat tengah hujan akan membuat Navya sakit. Ia tidak mau itu terjadi.

"Ayah apa kabar?" tanya Navya.

"Baik, sama kayak yang sekarang Navya liat. Navya sendiri kabarnya gimana?"

Navya memang sudah biasa menanyakan kabar kepada siapa pun setiap harinya. Terutama kepada mereka, orang-orang tersayangnya.

"Navya sehat, Ayah," jawabnya sembari memeluk leher Ayahnya.

"Gimana hari ini? Apa menyenangkan? Ayo cerita sama Ayah, Nav. Ayah penasaran," pinta Ayahnya—Feri, kelewat exited.

Feri mendudukkan putrinya di kursi. Ia akan mendengarkan cerita Navya sembari menyiapkan makan malam.

Navya memiringkan bibirnya, mengetuk-ngetuk dagu secara berulang. Menandakan gadis kecil itu tengah berpikir.

"Cerita Nav masih sama, Ayah. Cuma tentang Arjuna. Tapi, ada sesuatu yang pastinya bikin Ayah kaget," ujar Navya berhasil membuat Feri penasaran.

Feri menghentikan aktivitasnya dan berbalik. Dahinya berkerut, seolah menanyakan apa yang akan anaknya katakan selanjutnya.

"Apa itu?" tanya Feri penasaran.

"Di kelas D ada anak baru, Yah. Cowok tau, namanya Jo," jawab Navya.

"Jo?" Feri membeo.

𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐍𝐚𝐯𝐲𝐚 𝐟𝐨𝐫 𝐃𝐚𝐝Where stories live. Discover now