Bab 16 - C'est La Vie

6 0 0
                                    

Perjalanan Titan dan Tim Siaga 1 dari Planet Beneatheat ke Planet Atopice berjalan dengan sangat mulus. Begitu menginjakkan kaki di planet itu, mereka langsung disambut dengan sentuhan angin dingin yang memang sudah biasa berhembus di Planet Papan Atas itu. Cukup lama berada di Planet Beneatheat yang panas membuat mereka merasakan kerinduan akan angin yang dulu sepertinya biasa saja bagi mereka.

"Huaa.... Segarnya!!!" ucap Titan begitu keluar dari pesawat.

"Oleloho! (salam) Selamat datang di Planet Atopice! Bip...Bipp..." salam Robot Pramugari yang melayani di pesawat mereka.

Hari itu Mr Broz memberi waktu semua Tim Siaga 1 untuk beristirahat di rumah masing-masing. Keesokan harinya baru mereka diwajibkan kembali untuk bekerja seperti semula. Sistem kerja di PT TNT memang tidak bisa disepelekan. Aturan yang ketat dan sistem yang kuat membentuk Sumber Daya Manusia Para Pekerja disana begitu dapat diajungi jempol.

"Kerja bagus semuanya! Selamat beristirahat! Oleloho (salam)," Titan memberi salam sebelum memisahkan diri dari rombongan Tim Siaga 1.

"Yoooo....Oleloho! (salam juga)," sahut rombongan itu.

Titan melambaikan tangan menuju pintu keluar. Dengan membawa tas di satu tangan, ia pun berjalan menuju tempat tinggalnya. Tak seberapa jauh dari Bandara Pesawat yang memang masih masuk dalam Kawasan Pemukiman Pekerja PT TNT.

Kembali ke tempat asal memang harusnya bisa jadi pilihan yang terbaik. Apalagi setelah sekian banyak hal sulit dan tak terduga yang akhir-akhir ini dialami oleh Titan. Sudah sepantasnya ia bergirang ria kembali ke tempat yang ia sebut rumah. Menemui Aledrob, robot pelayan setia miliknya, serta kembali bisa bersua dengan empuknya kasur di kamar sendiri.

Bukan perasaan itu tapi yang Titan sedang rasakan sekarang. Sembari berjalan menyusuri jalanan menuju rumahnya, ia melihat ke atas. Tak nampak lagi awan yang kemarin dilihatnya karena Efek Apophenia. Meyakinkannya sekali lagi bahwa ia sudah di tempat yang berbeda. Raganya memang sudah di Planet Atopice tapi hatinya jelas masih tertinggal di Planet Beneatheat.

***

"Sudah malam begini, apakah ia belum sampai ya?" Trixie bergumam sendiri di dalam kamarnya. Sudah hampir belasan kali ia mengubah posisinya dari duduk ke berdiri lalu duduk lagi sembari memegang smartphone.

Saat sudah memasuki perubahan posisi yang kedua puluh, terdengar suara nada dering dari smartphonenya itu. Ia buru-buru menata rambutnya lalu mendudukkan diri dengan badan tegak. Ternyata Titan melakukan panggilan video kepadanya.

"Oleloho! (salam) Trixie!" Terdengar suara Titan melalui speaker smartphone.

"Kamu sudah sampai kan? Tidak ada kendala? Bagaimana lukamu? Tidak apa-apa kan?" Trixie menyerang Titan dengan banyak pertanyaan.

"Wahahaha...." Titan tertawa terbahak-bahak sambil melihat layar terbang berbentuk transparan di depannya. Teknologi panggilan telepon Metaverse ini teknologi digital dengan bantuan layar VR atau Virtual Reality yang sedang Titan gunakan.

"Hmm...Aku ini sedang mengkhawatirkanmu. Bukan sedang melawak," Trixie memajukan sedikit bagian bibir bawahnya ke depan tanda protes.

"Wahahaha...." Titan kembali tertawa keras.

"Tidak! Tidak! Aku tahu kamu mengkhawatirkanku tapi caramu bertanya tadi membuatku tertawa. Aku bingung mau menjawab pertanyaanmu yang mana dulu. Satu-satu ya nanyanya. Mau yang mana dulu, anak cantik?" rayu Titan.

"Ahh! Memang kamu ini Papaku? Enak saja sembarang mengakui anak orang!" timpal Trixie.

"Wahahaha....." Titan tertawa lebih keras sambil tak sengaja memukul-mukulkan tangannya lalu menyentuh lukanya sendiri.

The Twin PlanetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang