WARNING 21+++
The story contain sexual and mature language.
Before read this story make sure that you are 18 above and open minded.
Cerita ini tentang bagaimana jika takdir sudah berbicara.
Walaupun semua ini kesalahanmu yang tidak bisa terelakkan...
Berhubung aku sudah lama banget gak update karena masalah kerjaan dan cari kerja demi menyambung hidup (eaaaa), nah sekarang mumpung ada waktu aku update deh ehehehe.
As usual, karena ini konten 18+ jadi yang belum 18 taun atau belum punya akal sehat mending jauh-jauh baca cerita cinta remaja aja, ntar kalian praktekin sama yang bukan muhrim dosanya ke aku lagi huffftttt 😮💨
Yaudah gitu aja remindernya. Happy reading all!
***
Sepanjang perjalanan kembali ke rumah. Asya dan Sultan bercakap-cakap santai, bahkan Sultan kini tidak sekaku dulu ia bernyanyi di dalam mobil. Asya hanya tertawa melihat kelakuan konyol suaminya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Asya yang sedang asyik berbincang-bincang dengan Sultan, tiba-tiba ingin melihat sosial medianya. Suasana hatinya yang sedang gembira tiba-tiba suram dalam sekejap, melihat akun-akun fans Sultan yang menginginkan Sultan dan Rani kembali. Mereka juga kerap memposting foto-foto Sultan dan Rani di masa lampau.
Melihat foto-foto tersebut membuat hati Asya perih, tampak di foto tersebut Sultan tersenyum sangat lepas dan bahagia, ia juga sangat dekat dengan keluarga Rani. Timbul pertanyaan didalam dirinya apakah Sultan bahagia bersamanya? Hal-hal tersebut ternyata membuat Asya merasa overthinking secara tidak langsung, bahkan tanpa sebab air matanya mengambang di sudut matanya.
"Kamu kenapa sayang? Capek? Kok tiba-tiba diam?" tanya Sultan yang menyadari perubahan sikap istrinya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Asya hanya menggeleng lemah. Ia sedang mencoba mengabaikan rasa tidak nyaman yang ia buat akibat membuka social media.
Tidak terasa mobil yang dibawa Sultan telah memasuki halaman rumah yang mereka tempati selama di Lauterbrunnen.
"Selamat datang Tuan dan Nyonya Taechanarong" sapa Nutt tersenyum senang.
Sambil menggamit pinggang Asya, Sultan bertanya suatu hal pada Nutt.
"Bagaimana apa sudah datang?"
"Karena itu dikirim dari Jerman, kemungkinan akan datang dua hari lagi" jawab Nutt