2J : Bab 13

2K 251 6
                                    

13

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

13. Dekap Hangat Juandra

***

Juandra menstandarkan motornya di depan rumah. Ia menyuruh Andrea menunggu di luar pagar, sementara dirinya berjalan masuk ke rumah, berniat untuk berganti pakaian dan menukar motornya dengan mobil, agar mereka berdua tak kehujanan. Tak lama, Juandra keluar dengan sebuah mobil brio berwarna hitam. Laki-laki itu menurunkan kaca mobil, lalu membukakan pintu mobil di sisi kirinya.

"Ayo naik."

"Dra, seragam gue basah, nanti mobil lo-"

"Justru biar lo nggak makin kehujanan. Udah ayo buruan, sebelum bokap gue keluar, terus liat gue jalan sama cewek cantik."

Andrea buru-buru mengambil langkah untuk masuk ke dalam mobil. Entah apa yang ada di dalam pikiran cewek itu, sampai-sampai ia menuruti setiap perkataan Juandra sejak tadi, bahkan dia tidak tahu akan di bawa ke rumah Juandra. Lima menit berdiam diri, Juandra menyodorkan hoodie berwarna hijau tosca. "Pake ini dulu. Kita mampir ke toko baju bentar ya."

"Eh, ngapain?"

"Lo nggak mau balik ke rumah kan? Masa lo mau pake seragam yang basah itu terus, nanti masuk angin. Sekalian, gue udah pinjemin apartement temen gue buat lo nginep semalem," jelas Juandra yang membuat Andrea hanya melongo kaget. Gila, pikirnya. Ini cowok nggak banyak cincong, tapi langsung beraksi. Mungkin dulu yang seperti ini adalah tipe idaman Andrea, tapi entah kenapa, sekarang ia malah terlihat takut.

"Hah? Nggak usah, Dra."

"Kenapa? Lo nggak bawa uang? Nggak apa-apa, pake uang jajan gue dulu aja. Nggak usah takut, gue bakal balik abis nganter lo ke apart. Janji." Andrea bisa melihat senyuman yang tercetak di bibir Juandra. Senyuman tulus yang selama ini jarang ia dapatkan dari orang-orang sekitar. Melihat cowok di sampingnya yang sepertinya sungguh-sungguh ingin membantu dirinya, membuat hati Andrea terasa teremas kuat. Bahkan ia lupa, kapan terakhir kali ada orang yang tulus membantu dirinya. "Makasih ya, lo baik banget."

Hari ini waktu terasa begitu panjang. Juandra mematung, menatap Andrea yang terlihat manis dengan balutan dress selutut. Entah seberapa kaya nya Juandra, sampai-sampai ia membelikan dua setelan pakaian untuk cewek yang kini ada di hadapannya. Tanpa banyak bicara, mereka berdua akhirnya kembali melanjutkan perjalanan menuju apartement Zelo.

Sepanjang perjalanan, sepasang mata coklat milik Andrea hanya fokus menatap ke arah luar jendela. Hujan mulai reda, dan ia menunggu pelangi yang kedatangannya tak pernah pasti. Nyatanya, sekeras apa pun dirinya berusaha bersyukur, kadang kala rasa iri atas kehidupan orang yang lebih baik suka muncul tiba-tiba. Bahkan, kini ia merasa jika awan di atas sana sedang menertawakan nasib dirinya yang begitu malang.

"Dre, ayo masuk." Lamunan Andrea buyar ketika Juandra memanggil namanya. Tak ada yang sadar jika tangan keduanya saling bertaut, seolah sedang membagi kekuatan satu sama lain. Mungkin Juandra tak tau masalah apa yang sedang Andrea yang alami, tapi yang pasti, dia tahu jika cewek yang kini duduk di sofa, sedang tidak baik-baik saja. Apalagi dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, tangisan yang terdengar sesak. Bukankah menangis adalah penghujung dari sebuah rasa sakit yang sudah tak mampu ditahan.

Dua Sisi (TAMAT)Where stories live. Discover now