2J : Bab 26

1.9K 245 8
                                    

Yang suka baca sambil denger lagu, bisa play musik "See You Again — Wiz Khalifa ft. Charlie Puth"

Absen dulu dong, kalian baca ini jam berapa?

Sejauh ini, kasih tau aku salah satu tokoh favorit kalian😍

Selamat membaca💗 jangan lupa ramaikan kolom komentar ya🥰

***

26. Kehilangan Beruntun Bagi Juandra.

***

Pagi-pagi sekali, dimana langit masih gelap, cowok dengan celana pendek dan kaos polos berwarna coklat itu terbangun. Sejak semalam, tidurnya tak bisa nyenyak. Juandra berdiam di atas kasur guna mengumpulkan nyawanya, sebelum ia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Pikirannya benar-benar semrawut. Padahal, ia berharap ketika ia bangun pagi ini, semua kejadian kemarin hanyalah sebuah bunga tidur. Nyatanya, kepergian Jerdian memang benar terjadi.

Juandra merendam wajah tampannya ke dalam bak mandi. Bayangan akan kenangan lucu bersama Jerdian, terputar jelas di otak, layaknya sebuah film. Momen dimana kembarannya itu selalu menjadi super hero dalam setiap permasalahan yang dia alami. Tujuh menit berlalu, lalu gelembung udara mulai bermunculan, pertanda ia kehabisan napas. Sepersekian detik, Juandra mengangkat kepalanya dan kembali ke realita. Tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, cowok itu segera mandi.

Lima belas menit berlalu, Juandra akhirnya selesai dengan kegiatannya. Dia menyambar kunci motor dan juga jaket yang menggantung di gagang pintu lemari. Sebelum benar-benar pergi, tubuhnya mematung di ambang pintu, menatap pintu kamar di sebrangnya. Baru beberapa jam tak ada Jerdian, di rumah terasa sepi. Tak ada lagi suara-suara perdebatan atau suara protes Jerdian ketika cowok itu dia jahili.

Kaki jenjangnya kemudian melangkah keluar rumah. Dia membuka pager lebih dulu untuk memudahkan mobilnya keluar. Saat ini masih menunjukkan pukul lima pagi. Masih sepagi ini, tapi cowok berseragam SMA itu sudah membelah jalanan Jakarta yang masih sepi pengendara. Niat awalnya untuk mencari Jerdian, tapi tujuan pertamanya adalah mengunjungi makam bundanya —Anelise.

Bulu kuduk Juandra seketika meremang. Bayangkan saja, sepagi ini dia sudah berada di parkiran tempat pemakaman. Cowok dengan poni belah tengah itu bersandar di kap mobil, menunggu seseorang. Jauh dari ekspresinya yang cool, batin Juandra sedang menjerit ketakutan.

"Astaghfirullah," teriak Juandra ketika merasa ada yang menepuk bahunya. Saat menoleh, dia bernapas lega, melihat Hardian yang menjulang tinggi di belakangnya.

"Lo kira gue pocong ap—"

"Sst. Liat-liat tempat kalo mau ngomongin poci, ini markasnya, bro," kata Juandra memperingati.

Ucapan Juandra pada kembarannya soal dia takut kesini sendirian itu memang benar adanya dan kehadiran Hardian sekarang sudah menjadi bukti nyata. Saat di perjalanan tadi, dia menyempatkan diri untuk menelepon cowok itu agar menemani dirinya ke tempat yang sudah dia shareloc. Walaupun sahabatnya itu harus mencak-mencak di telepon karena di ganggu sepagi ini, namun Hardian tetap datang dengan wajah mengantuknya yang kentara.

"Pokoknya gue minta ganti rugi, lo udah motong waktu tidur gue," ujar Hardian sembari melirik Juandra yang menyalakan senter HP-nya. "Lo ngapain pake senter, Ju? Kita nggak lagi uji nyali."

Dua Sisi (TAMAT)Where stories live. Discover now