24 - Amnesia

28 2 0
                                    

—Selamat Datang dan Selamat Membaca—

✨✨✨









Chanyeol yang mendengar kabar bahwa Jiyeon telah sadar tentu saja bahagia, buru-buru ia mengabari Sehun dan Selene dan menyampaikan kabar bahagia tersebut. Namun, belum juga ada semenit, tiba-tiba kebahagiaan yang ia rasakan menguap entah ke mana ketika tahu bahwa Jiyeon tak ingat siapa pun.

Seperti tersambar petir di siang hari, Chanyeol benar-benar lemas, nyaris saja ia jatuh terduduk jika tak ingat ia sedang memegang tangan Yizhou tadi. Ya, Chanyeol tahu kebahagiaan memang tak datang sekaligus, tapi kenapa harus seperti ini?

"Paman Han, ada apa dengan Mama? Kenapa—"

"Tenang, Chan, akan kujelaskan semuanya satu per satu,"

Xiao Han yang seharusnya sudah meninggalkan rumah sakit sejak beberapa jam yang lalu, mendadak dipanggil kembali ketika salah satu perawat meneleponnya dan berkata bahwa Jiyeon telah sadar. Ia diminta memeriksa kondisinya, diminta menjelaskan apa yang terjadi pada Jiyeon setelah mendapat laporan bahwa wanita itu tak mengingat apa pun. Xiao Han tahu kabar ini menjadi hal yang paling tak ingin didengar oleh Yizhou maupun Chanyeol, tapi sebagai dokter, ia tetap harus menyampaikannya, bukan?

"Apakah Mama mengalami amnesia, Paman Han?" Chanyeol kembali bertanya, sudah tidak sabar menunggu.

"Kau benar, Jiyeon mengalami amnesia, tepatnya amnesia retrograde. Benturan keras yang dialaminya akibat kecelakaan beberapa waktu telah mencederai dinding otaknya, membuatnya kehilangan sebagian besar memorinya sebelum tanggal kecelakaan itu terjadi, dan memang, amnesia tipe ini membuat pengidapnya sulit untuk mengingat apa yang telah terjadi di masa lalu. Sebagai tambahan informasi, bila benturan itu hanya mencederai dinding otak saja, tidak sampai melukai bagian otak besar, tengah maupun kecil, maka ingatannya bisa kembali dalam waktu dekat, bersifat sementara tergantung pada Jiyeon sendiri,"

"Lalu jika benturan itu membuatnya mengalami amnesia, kenapa ia juga tak bisa melihatku, Han?"

"Mungkin, sama seperti amnesia yang dialaminya, benturan keras akibat kecelakaan itu juga telah mencederai matanya, tetapi aku tak mempunyai wewenang untuk menjelaskan lebih perihal hal ini, akan lebih baik jika kalian mendengarnya secara langsung dari dokter spesialis mata. Jadi, untuk kemungkinan apakah kebutaan itu bersifat permanen atau tidak, berdoalah semoga cedera mata yang dialaminya tidaklah parah dan masih dapat disembuhkan,"

"Chan, kau baik-baik saja?"

"Cath," Chanyeol menengadahkan kepala, tersenyum. "Aku baik, tapi tidak dengan hatiku,"

"Aku tahu pasti sulit bagimu untuk menerima kenyataan ini, tapi apa yang bisa kita lakukan selain membuat suasana tetap nyaman agar ibumu tidak merasa asing? Tidak mungkin bukan kita langsung memaksanya untuk mengingat semuanya sekaligus? Ibumu justru akan tersakiti jika begitu caranya," Catherine memang bukan orang yang pandai menghibur, tapi melihat teman yang biasanya selalu ceria mendadak murung seperti ini tentu saja membuatnya merasa iba. "Semua perlu waktu, Chan, bersabarlah. Lagipula dokter sudah mengatakan bukan bahwa amnesia yang dialami ibumu hanya bersifat sementara?"

"Tapi bagaimana dengan penglihatan ibuku, Cath? Bagaimana jika Mama tidak bisa melihat lagi untuk selamanya? Apa yang harus kulakukan jika hal itu benar-benar terjadi? Aku takut, Cath,"

"Kau tahu bukan apa gunanya berdoa? Tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak, Chan,"

"Catherine,"

Ya Tuhan, Chanyeol tak tahu apa yang ia rasakan, ia bingung, semuanya terasa campur aduk. Ia ingin menangis, tapi untuk apa? Tangisannya, air matanya tidak akan menyelesaikan apa pun sekarang.

MIRACLE : "Between Flowers, Hearts and Us"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang