"Illyana, Naushad. Sini nak." Sambut bunda Arumi sumringah ketika Illyana dan Naushad tiba di rumah.
Bunda Arumi sengaja menyuruh mereka pulang bersama karena ada yang ingin mereka obrolkan. Selepas kerja mereka pun langsung pulang ke rumah bersama walaupun Illyana merasa enggan. Dia masih kesal dengan kejadian tadi pagi.
Keduanya pun langsung duduk di meja makan bersama pak Hasan dan Bunda Arumi. Mereka menyantap makan malam terlebih dahulu sebelum masuk ke obrolan pentingnya.
"Jadi gini Shad, Illya. Karena kemarin kalian sudah menyerahkan semuanya pada kami urusan pernikahan dan kami pun juga sudah mengatur sebaik mungkin. Pernikahan itu akan dilaksanakan dua minggu lagi. Kalian tidak usah khawatir tentang apapun karena kami sudah menghandle semuanya." Jelas Pak Hasan pada keduanya.
"Dua minggu lagi Yah? Apa itu tidak terlalu cepat?" Tanya Naushad pelan. Dia khawatir jika Illya tidak setuju dengan hal itu.
"Menurut Ayah sih tidak terlalu cepat ya. Kalian juga sudah sama-sama siap juga. Cepat atau lambat itu kan sama saja. kamu keberatan Naushad?" Tanya pak Hasan pada putra angkatnya itu.
Naushad melirik kearah Illyana, dia takut jika Illyana tidak setuju namun Perempuan itu hanya diam saja. entah apa yang sedang ada di pikirannya.
"aku tidak keberatan sama sekali Yah, tapi aku takut Illya tidak setuju." Ujar Naushad jujur.
"Aku setuju-setuju saja. malah jika perlu seminggu atau lusa aku juga siap. Lebih cepat lebih baik." ujar Illyana dengan penuh percaya diri. hal itupun membuat Naushad melotot tak percaya. Dia tak percaya seorang Illyana bisa mengatakan hal tersebut.
Apalagi Pak Hasan dan bunda Arumi. Mereka terkejut dengan apa yang baru saja putrinya itu katakan. Tapi tak apa, selama itu hal baik maka mereka akan menyetujuinya.
"Baiklah, jika kalian sudah setuju. Ayah dan Bunda senang mendengarnya." Ujar pak Hasan dengan wajah sumringahnya. Setelah obrolan selesai Naushad mengajak Illyana untuk mengobrol sebentar di depan rumah.
"Illya, apa kamu serius dengan apa yang kamu katakan tadi?" Tanya Naushad pelan pada perempuan di hadapannya itu.
"Serius. Kenapa? Lo mulai ragu?" Tanya Illyana tajam. Naushad pun menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban.
"Enggak. Bukan begitu Illya. Aku hanya tak menyangka kamu ingin pernikahan ini berlangsung secepatnya." Mendengar hal itu, Illyana pun berdecih pelan.
"Hanya dengan cara ini gue bisa membalas dendam kepada dia. Perempuan itu akan benar-benar gila jika kita menikah. Makanya gue pengen cepet-cepet nikah dan bikin dia semakin menggila." Ujar Illyana dengan senyum sinisnya.
Illya tidak akan menggunakan cara-cara kotor seperti yang Claudya lakukan padanya. membunuh perlahan lebih baik daripada menghabisinya secara terang-terangan. Dia lebih memilih untuk melihat Claudya tersiksa secara perlahan dan merasa tersakiti seumur hidupnya. Itu lebih mengasyikan bagi Illya. Perempuan itu sudah berani bermain api dengan Illya. Maka tak ada jalan lain bagi Illya untuk membalasnya.
Naushad tampak kecewa mendengar alasan Illyana. Dia pikir Illyana sudah kembali membuka hatinya. namun sayang, dia hanya dijadikan tameng untuk membalaskan dendam pada Claudya.
"Illya, sepertinya kamu harus memaafkan saja Claudya. Dia melakukan itu bukan tanpa alasan. Claudya bukanlah orang yang suka mengganggu orang lain sampai separah itu." ujar Naushad mengutarakan pendapatnya.
"Ohh,, jadi Lo ngebela dia? Kenapa? Lo suka sama dia?" Tanya Illya tidak terima. Dia menampakkan kekecewaan yang amat dalam.
"Bukan begitu Illya. Tapi.." Naushad hendak menjelaskan semuanya namun Illyana menghentikkan Naushad.
"Cukup! Ini sudah malam dan gue lagi males debat. Gue udah capek banget. And better you go home." Ujar Illyana pada akhirnya. Setelah mengatakan itu Illyana pun kembali masuk ke dalam dan meninggalkan Naushad begitu saja.
Lelaki itu hendak menyampaikan sesuatu yang amat penting bagi Illyana tentang kondisi Claudya. Dia memang tadi siang langsung menemui Claudya, namun ternyata perempuan itu sedang berada di rumah sakit. Perempuan itu overdosis obat penenang karena stress.
Naushad mengobrol cukup lama dengan ibu dari Claudya. Beliau menjelaskan betapa hancurnya Claudya kehilangan sosok seorang kakak yang selalu menyayanginya. Claudya kehilangan kakaknya beberapa tahun yang lalu. Dia begitu terpukul dan kehilangna sosok kakak yang selalu perhatian padanya. Claudya merupakan anak bungsu dan dia selalu dimanjakan oleh sang kakak.
Dia merasa sangat terpuruk karena tak lagi dimanjakan oleh sang kakak. Sampai dia bertemu dengan Naushad. Dia kembali menemukan sosok kakak di diri Naushad. Oleh karena itu Claudya sangat senang jika diajak ke kantor oleh sang Ayah. dia selalu menempel pada Naushad.
Tapi ternyata Claudya sudah berlebiha dalam menyukai lelaki itu. Claudya sampai tahap yang terobsesi untuk bisa terus bersama Naushad. Dia begitu sakit ketika Naushad tidak bisa ia miliki. Dia tak mau kehilangan sosok kakaknya untuk kedua kalinya.
Claudya merasa hancur kembali setelah mendengar kabar pernikahan itu. Dia merasa depresi sehingga meminum pil penenang itu dengan jumlah yang berlebihan. Mendengar cerita itu Naushad merasa bersalah sekaligus prihatin. Dia tak tahu jika ada cerita menyedihkan di balik tingkah Claudya yang suka cari perhatian padanya. Dia selalu risih dengan kehadiran Claudya, tapi sekarang dia tahu apa alasannya.
Bagaimanapun dia juga tak bisa berbuat apa-apa. untuk memiliki hubungan yang lebih itu mustahil rasanya. Naushad pun menjelaskan pada Bu Renata, ibu dari Claudya bahwa dia juga akan menjalankan pernikahan dua minggu lagi.
Beliau begitu pengertian dan mendoakan yang terbaik untuk Naushad. Beliau malah meminta maaf pada Naushad karena putrinya sudah mengganggu Naushad setiap harinya. Tapi Nausha tak keberatan dengan hal itu.
Naushad ingin menjelaskan itu pada Illyana tapi Perempuan itu dalam keadaan yang tidak baik sekarang. Naushad pun menyerah dan beranjak untuk pulang ke apartemennya. Lain kali pasti akan dia jelaskan pada Illyana tentang kebenaran itu.
***
Kamsahamnidaa Yoerobunn... Hope you like it yaaw :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Enemy ( END ✅️ )
RomanceIllyana Labiqa Kabysa, seorang perempuan cantik yang terpaksa menikah dengan seorang lelaki yang ia benci. Lelaki itu tak lain dan tak bukan adalah kakak angkatnya sendiri. Entah apa yang dipikirkan kedua orangtuanya hingga selalu ingin menikahkan...