Usai sarapan Naushad ke kamar untuk membangunkan Illyana dan mengingatkan istrinya kalau dia akan pindahan hari ini. Naushad tak perlu membereskan apapun karena barang-barangnya sudah ada disana semua. Sedangkan Illyana masih memiliki banyak barang yang belum di packing.
"Gak bisa ya besok aja pindahannya? Aku mager banget dah." Ujar Illyana dengan suara serak khas bangun tidur.
"Besok kamu tinggal bersantai Illya, karena Lusa kita sudah harus masuk kerja. daripada besok kamu kelelahan dan tidak fokus ketika bekerja. Lebih baik sekarang saja." Jelas Naushad yang dijawab deheman oleh Illyana.
"Yaudah panggilin mbok Minah buat beresin barang aku dulu. Biasanya mbok Inem yang urus semuanya." Ujar Illyana lagi dengan nada malasnya.
"Illya, kita sudah menikah jadi sudah seharusnya kita hidup mandiri. Jangan selalu mengandalkan mbok Minah untuk melakukan hal yang seharusnya bisa kamu lakukan sendiri. ayo kamu bangun, aku akan membantumu untuk mengemas barang-barangmu." Ujar Naushad membuat Illyana mendesah kesal.
"Dasar bawel!" gerutu Illyana kemudian beranjak dari tempat tidur nyamannya. Dia pun berjalan sembari menghentakkan kakinya kesal menuju kamar mandi. Naushad yang melihat hal itupun hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Abis ini aku mau ngemall yak." Ujar Illyana yang baru saja duduk setelah sampai di apartemen Naushad.
"Katanya kamu capek. kenapa mau ke mall?" Tanya Naushad heran.
"Pengecualian untuk yang itu. Lagipula pumpung sekarang gak ada bunda yang ngomelin, jadinya aku bebas kemanapun." Ujar Illyana sembari tersenyum sumringah.
"Aku tidak mengizinkannya." Ujar Naushad singkat, padat dan jelas. Mendengar hal itupun Illyana mengerutkan dahinya.
"I Don't even care you give me permittion or not. I just do what I want to do." Ujar Illyana dengan bangganya. Dia benar-benar tak meras bersalah mengatakan hal itu.
"Aku ini suamimu Illya. Jadi apapun itu kamu harus menuruti perkataanku. Ridha seorang istri itu terletak pada suaminya. Kamu sudah bukan tanggung jawab orangtuamu lagi tapi tanggungjawabku." Jelas Naushad dengan wajah seriusnya. Tapi lelaki itu tetap berbicara dengan lembut kepada istrinya.
"Kamu harus ingat ya, pernikahan kita itu terpaksa. Aku tidak pernah ingin menikah denganmu kalau saja perempuan menyebalkan itu tidak datang menggangguku. Lagipula aku pastikan kita tidak akan lama bersama. Jangan bersikap seolah-olah kamu benar-benar suamiku dan menganggapku istrimu." Ujar Illyana membuat Naushad menggeleng kuat. lelaki itu melangkah mendekat kearah Illyana dan mencengkram bahu istrinya itu pelan.
Illyana menatap dalam kearah kedua bola mata Illyana. Perempuan itu nampak terkejut dengan sikap Naushad. Bahkan dia takut jika Suaminya marah karena ucapannya barusan.
"Kenapa? Ga terima ?" Tanya Illyana dengan nada bergetar. Dia sudah merasa takut tapi berusaha sekuat mungkin untuk tidak memperlihatkannya.
"Aku tidak menganggap pernikahan ini hanya untuk berpura-pura saja. aku menikahimu dengan niat yang tulus. Pernikahan bukan sebuah ajang permainan yang bisa kamu menangkan dan tinggalkan ketika kamu sudah tidak membutuhkannya lagi Illya. Aku tidak suka kamu mengatakannya dan jangan pernah mengatakannya lagi." Ujar Naushad dengan tegasnya. Illya bisa melihat mata Naushad memerah karena amarah. Tapi lelaki itu bisa menahannya dan tetap berbicara tanpa meninggikan suaranya pada Illya.
Setelah mengatakan itu, Naushad beranjak pergi keluar meninggalkan istrinya yang masih tertegun di tempatnya. Jantungnya sudah berdetak tak karuan. Ada rasa bersalah di dalam dirinya setelah membuat Naushad marah seperti itu.
Illya tak tahu lagi harus berbuat apa. rencananya ke mall harus ia urungkan. Dia ingin menghubungi Naushad tapi dia gengsi. Dia bisa saja bersikap bodo amat dengan kejadia itu tapi hati Illya tidak bisa berbohong. Dia merasa khawatir, takut sekaligus menyesal telah membuat Naushad seperti itu.
Sudah hampir dua jam lamanya tapi Naushad tak kunjung kembali. Illyana tak tahu harus mencari lelaki itu dimana. Perutnya padahal sudah lapar dan dia tak tahu mau makan apa. Illyana melihat-lihat ke kulkas tapi tak ada satupun makanan yang bisa ia temukan. Perempuan itu kembali menunggu di Sofa sampai ia tertidur dan lupa akan rasa laparnya.
Naushad pergi karena dia tak ingin meluapkan rasa marahnya kepada Illya. Dia harus ke tempat terbuka untuk meredam amarahnya itu. hal itu sudah ia lakukan sejak lama dan berhasil. Setelah merasa tenang Naushad pun ingat jika dia tak memiliki apapun di apartemennya. Dia pergi ke supermarket untuk berbelanja.
***
Thanks for reading everyone :))
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Enemy ( END ✅️ )
RomanceIllyana Labiqa Kabysa, seorang perempuan cantik yang terpaksa menikah dengan seorang lelaki yang ia benci. Lelaki itu tak lain dan tak bukan adalah kakak angkatnya sendiri. Entah apa yang dipikirkan kedua orangtuanya hingga selalu ingin menikahkan...