Chapter 08. Pertarungan yang berbahaya.

939 96 17
                                    

Hari yang cerah setelah panen beberapa bulan lalu, Rimuru ini sedang duduk di tepi kediamannya menikmati angin sepoi dengan Helena yang berada di pangkuannya. Menikmati ubi bakar yang baru saja siap untuk di makan.

"Rimuru-sama, ini teh anda." Diablo berjalan ke arahnya sedikit membungkuk seraya menyimpan teh kualitas tinggi di sisi Rimuru.

"Ah, terimakasih Diablo."

"Tabloo!!!"

"Bukan, namanya Diablo." Koreksi Rimuru kepada Helena.

"Itu hanya tugas saya Rimuru-sama, sepertinya ada akhir-akhir ini sedang dalam perasaan senang. Itu juga membuat saya sangat senang, apalagi dengan kehadiran helena-sama yang–."

"Stop! Duduklah." Ucap Rimuru keras dengan menjulurkan tangannya.

Diablo duduk Seiza di samping Rimuru dengan senyum penuh kebahagiaan nya. 

"Suatu kehormatan bis–"

"Jangan bicara."

" ... "

Helena ... Dia hanya menatap datar ke arah kedua orang dewasa itu. Tidak memperdulikan mereka dan terus memakan ubi bakar yang memiliki rasa lembut dan manis. Dengan beberapa remah ubi yang menempel di pipinya, begitu pula ia mengelap tangannya yang hangus karena ubi bakar itu ke sekitar pakaiannya.

Rimuru menyesap teh nya ketika kimono handuk yang biasa di pakai setelah mandi itu mulai kotor dengan beberapa bercak hitam dari arang.

"Tunggu, kenapa kau mengelap itu padaku?" Ujar Rimuru menatap datar kepada Helena.

Tidak memperdulikan itu, Helena beranjak dari sana dan merangkak ke dalam ruang tamu yang ada meja kecil. Di atas sana terdapat buah semangka yang telah di potong rapi di atas piring.

Helena meraih ujung meja itu dengan susah payah dan menarik tubuhnya sendiri agar dapat berdiri dan menggapai makanan yang ada di sana, namun sebelum berhasil melakukannya. Piring itu melayang tepat di hadapannya dan pergi ke arah Rimuru. Mendarat dengan indah di sampingnya.

"Ohhh ... "

Matanya berkilau kagum melihat hal menakjubkan seperti itu.

Dia kembali ke posisi duduknya dan merangkak cepat kembali ke arah Rimuru, menatapnya dengan mata berbinar.

Slip...

Tangan kanannya tergelincir di tepi kediaman membuatnya hendak jatuh ke tanah, namun Rimuru dengan sigap menahannya dengan meraih kerah belakang dari Helena.

"Apa yang kau lakukan, kau sangat ceroboh." Ujar Rimuru seraya memegang Helena bagaikan anak kucing.

"Mama! Mama!"

Kedua tangan Helena terlentang ke arahnya, lebih tepatnya ke arah semangka yang ada di sampingnya. Rimuru membiarkan Helena duduk di pangkuannya kembali ketika dia mengambil semangka kecil yang ada di atas piring dan memberikannya kepada Helena.

"Diablo, kau boleh pergi sekarang."

"Baik, Rimuru-sama. Semoga hari anda menyenangkan."

Dengan begitu, dari pada menjadi nyamuk yang terus diam. Lebih baik Rimuru melepaskan Diablo.

Helena berwajahkan gembira kembali ketika mendapati rasa semangka yang enak itu, namun wajahnya menjadi gelap dan datar ketika dia melihat tangan Rimuru mengelap ke bajunya.

Ia sedikit menengok ke atas dan menatap Rimuru datar ... Apa yang kau lakukan? Jika di bisa berbicara, mungkin dia akan protes seperti itu.

"Tidak suka? Kita impas sekarang." Balas Rimuru menatap datar kepada anaknya.

Mereka saling bertatapan dalam beberapa waktu hingga siluet petir muncul di antara keduanya.

Dan akhirnya ... Sampai waktu sore hari, mereka saling mengotori baju mereka masing-masing.

Bersambung.

Dikit ya, cuman 500 kata.

Tempest Family.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang