⟨24⟩

478 36 3
                                    

Rumah yang jauh dari jalan raya dan tak banyak perumahan  disekitarnya. Sangat cocok untuk penyembuhan Nao.

Yang mulanya Nao tinggal bersama Ishii karena rumahnya sangat sepi, cocok untuk penyembuhan dan terapi yang di berikan Ishii sendri. "Aku bisa melakukannya!" Ia mempelajari dengan tekun cara melakukannya dari dokter yang menangani masalah Nao.

Beberapa hari kemudian kami pindah ke rumah yang jauh dari perkotaan. Uang yang ku kumpulkan bersama ibu saat itu cukup banyak hingga bisa membeli rumah sederhana yang bisa kita tinggali bertiga.

Ibu berhenti bekerja saat itu dan bergantian aku yang bekerja untuk ibu dan Nao. Walau sederhana,tapi sangat damai saat berada jauh dari kota.

Rumah yang lama kami jual untuk biaya kebutuhan sehari-hari,itupun tanpa sepengetahuan ayah.

Entah harus bagaimana,tapi saat mendengar berita bahwa Yutaka Gato tertangkap dan akan dihakimi atas kasus penyebaran narkoba dalam bentuk sabu-sabu dan pembunuhan,aku dan ibu justru tersenyum puas. Terkejut namun juga bahagia.

Anggap saja sebagai timbal balik,karena tak pernah merasa bahagia jika pria seperti itu masih ada di dunia ini.

Dalam kasus ini,tak ada yang berpihak pada ayah,bahkan aku dan ibu. Juga tak bisa memanggil pengacaranya sendiri. Karena sudah terlanjur begini,ibu juga menambahkan tuntutannya atas kasus penganiyaan Nao yang terduga adalah anak nya sendiri.

Karena semakin berat tindak kriminalnya,maka ia pun dijatuhi hukuman mati.

Seusai  persidangan di pengadilan,Ibu sempat berbicara dengan seorang wanita yang sedang menangis. Entah apa mereka bicarakan tapi hal itu hingga membuat ibu menangis juga.

Begitu banyak yang berubah setelah hampir setahun terlewati. Tahun dimana Nao harus sekolah. Walau dia menolak karena akan bertemu dengan banyak orang,tapi dengan permintaan Ibu,Nao menurutinya.

Sekolah yang begitu ramai karena hanya penduduk sekitar sana saja yang bersekolah. Tak akan ada masalah pikirku. Tapi ternyata itu sulit bagi Nao. Dia tak bisa bergaul dengan temannya. Dia menjadi penyendiri dan sangat pemalu. Memang tak ada perundungan atau bullying di sekolah,tapi tetap saja terasa sulit baginya.

Dengan banyak dorongan dan motivasi,aku mencoba membujuk Nao untuk menyapa temannya lebih dulu. Mencontohkan hal-hal yang mudah dan dia bisa melakukannya walaupun butuh waktu hampir setahun untuk nya beradaptasi dengan orang luar.

Di tahun kedua Nao sekolah,Ibu meninggal. Nao tak mau sekolah dan tetap dirumah menemani abu kremasi jenazah ibu bersama fotonya. Setiap tidur ia memeluk foto ibu dan menangis. Bahkan wali kelasnya sampai datang ke rumah untuk membujuk Nao. Tapi tak berhasil.

Beberapa hari setelahnya,Ishii datang berkunjung dan menemani Nao dirumah. Mengajaknya mengobrol dan bermain. Bahkan sampai menginap karena Nao tak mau lepas dari nya.

"Maaf sudah merepotkan mu lagi"

"Hey,jangan dipikirkan. Lagipula aku sedang senggang untuk beberapa minggu ini. Tenang saja. Aku akan tetap disini selama yang Nao mau"

Aku tau saat itu kau sedang bohong. Padahal kau sangat sibuk karena persiapan pemindah alihkan pemegang saham milik ayah mu,ke tangan mu. Walau begitu aku hanya diam. Karena takut mengacau suasana yang sudah tersusun dengan indah. Asal kau bisa membagi waktu mu,aku tak masalah.

Karena sudah terlanjur tinggal,Ishii jadi peran pengganti ibu sementara waktu. Ia memasak dan mengantar Nao ke sekolah,menjemputnya saat pulang dan menyiapkan makan malam.

Terasa damai melihat Nao yang kembali tersenyum dan ceria. Tapi juga merasa berat karena melihat Ishii yang sibuk.

"Maaf,kau jadi harus bekerja ekstra seperti ini" aku meletakkan kopi di atas meja.

Dangerous TimeWhere stories live. Discover now