10

1.1K 267 14
                                    

"Kau teman Hinata hm?" Hikari bertanya lebih dulu pada pria yang berdiri di depan ruang operasi.

Naruto mengangguk kemudian memperkenalkan diri dan menyebutkan namanya dengan sopan di hadapan ibu dan ayah Hinata.

Kini dia tahu Hinata mendapati garis wajah lembutnya dari mana. Ibunya nampak sangat baik dengan wajah yang meneduhkan khas seorang Ibu sedangkan ayahnya nampak lebih tegas dan sejak tadi belum buka suara.

"Kau sudah menemani Hinata di sini sejak kapan?" Hiashi kini buka suara dan menatap pria itu dari ujung kaki hingga kepala. Dirinya tidak tahu dari mana putrinya bisa mendapatkan teman yang adalah seorang tentara, jika dilihat dari seragamnya.

"Sejak semalam." Naruto sebetulnya tidak tahu dan tidak berpikir bahwa dirinya harus menghubungi orangtua Hinata karena semalam dirinya sangat cemas dan juga Hinata tak pernah membahas soal ayah dan ibunya maka dirinya berpikir perempuan itu selalu melakukan segala hal sendiri, sama sepertinya.

Hikari sempat tersentak "semalam?" Mereka bahkan baru mendapat informasi bahwa Hinata masuk ke rumah sakit pagi tadi dari Sakura yang menelepon.

Naruto mengangguk "maaf aku tidak tahu harus mengabari ke mana, Hinata semalam tertidur setelah diberi pereda nyeri."

"Keadaannya apa sangat buruk semalam?" Hiashi bertanya dengan serius. Bagaimana bisa Hinata tak menelepon ke rumah kala dia sakit bahkan harus dioperasi?

"Cukup buruk, Dokter bilang peradangan ususnya seharusnya di operasi lebih awal." Naruto dengar ini dari Dokter pagi tadi.

...

Tentu saja hal pertama yang Hinata rasakan sesaat setelah dirinya tersadar adalah seluruh tubuhnya menggigil kedinginan dengan rasa kebas di area perut, bebauan obat menyerang indera penciumannya namun dirinya sudah terbiasa.

"I-ibu." Perempuan itu menggigil kedingian sambil bergumam tak tentu.

Hikari meraih selimut yang lebih tebal untuk menyelimuti tubuh putrinya yang benar-benar bergetar karena kedinginan.

Hiashi mengusap punggung putrinya yang masih separuh tak sadarkan diri.

Naruto berdiri di sudut ruangan dekat dengan pintu dan melihat Hinata bersama ayah dan ibunya.

Sepertinya masih banyak sekali hal yang tak dirinya ketahui tentang Hinata, bahkan tentang orangtuanya. Rasanya waktu yang dia miliki begitu sempit untuk bisa saling mengenal lebih jauh.

Masa postulat Hinata akan segera berakhir di akhir musim dingin sedangkan hubungan mereka tak berkembang secepat keinginan dan dirinya tidak percaya diri apakah bisa membuat Hinata berubah pikiran dalam rentang waktu yang sempit ini.

Karena saat ini Hinata sudah aman dan ditemani oleh ayah dan ibunya sedangkan dirinya tak mungkin terus di sini untuk mengganggu perempuan itu bersama keluarganya yang sepertinya jarang bertemu, dia memilih untuk pergi keluar ruang rawat mungkin dirinya perlu pulang ke camp dan membersihkan diri atau sekedar makan karena sejak semalam dirinya belum makan apapun.

Mungkin dirinya bisa kembali ke rumah sakit nanti malam untuk menemani Hinata.

...

Saat mulai tersadar Hinata hanya terdiam di atas ranjang pasien berbaring tak berdaya dan tak melakukan apa-apa. Dia lihat ibunya ada di sisi kiri ranjang dan ayahnya ada di sisi yang berseberangan.

"Hinata, kau sudah sadar hm?" Hikari mengusap wajah putrinya yang nampak lesu dan juga sangat pucat.

Hinata mengangguk pelan, entah siapa yang memberitahu ayah dan ibu bahwa dirinya ada di rumah sakit karena yang jelas dirinya tak pernah menginginkan itu, tak ingin ayah dan ibunya tahu.

The PrayerDonde viven las historias. Descúbrelo ahora