14. Gara-gara Adit

28 2 0
                                    

Pemandangan yang berada di seberang jalan menampilkan sebuah adegan saat Rio yang memeluk Heera keluar dari sebuah klub malam. Di depan mobil itu terlihat Rio sedang mencium kening Heera dengan sangat lembut. Vale tahu betul bahwa Rio tipikal orang yang tak sembarangan memeluk dan mencium orang secara sembarangan.

Saat Vale ingin menyeberang jalan dan menghampiri mereka berdua. Namun, mendadak saja kendaraan sangat banyak berlalu-lalang di jalan yang menyebabkan Vale harus menunggu tapi disaat kendaraan itu sudah sepi bersamaan dengan Rio dan Heera yang melajukan mobil. Menyebabkan Vale mengerang frustrasi.

Vale langsung berjongkok dan menenggelamkan wajahnya di antara kedua kaki hingga perempuan itu merasakan tangan seseorang memeluk dirinya. "Udah, Kak. Jangan nangis lagi."

Mendengar hal itu, Vale langsung mengangkat kepalanya saat suara Kenzo yang berhasil membuat Vale terhenti dari tangis.

Setelah mereka sampai di kantor polisi dan melaporkannya, Vale dan Kenzo kembali pulang ke rumah dan bersiap-siap untuk ke acara undangan tersebut.

Malam harinya Vale sudah datang ke alamat acara tersebut bersama Kenzo. Acara penyantunan anak yatim sudah dimulai. Ada perasaan sakit saat giliran Kenzo-lah yang harus diusap lalu diberikan uang. Namun, tiba-tiba saja ada sesuatu yang menyita perhatian Vale.

"Bukankah itu Heera?"

Beberapa kali Vale mengucek matanya, mencoba memastikan bahwa yang berada di hadapannya itu memang benar orang yang ia maksud. Tubuhnya berbalik lalu memeriksa undangan itu. "Bodoh!" Sebuah kata itu pun terlontar saat penyelenggara acara ini adalah keluarga Heera yang sedang meresmikan bisnis baru keluarga.

Ingatan Vale kembali tertarik mundur saat Heera dipeluk dan dicium keningnya oleh Rio. Sontak semburat emosi yang sempat tertahan beberapa waktu lalu kembali meledak. Vale berbalik badan lagi, melangkah mendekati Heera yang sedang berdiri menyaksikan penyantunan anam yatim itu berlangsung.

Sebuah tamparan yang keras membuat seisi ruangan menoleh ke arahnya. Iya, tanpa berpikir panjang Vale memang langsung menampar Heera dengan nafsu.

"Dasar, Tukang Selingkuh! Lo kan yang nyebabkan gue putus sama Rio?"

Tidak ada jawaban maupun respons dari lawan bicaranya, membuat Vale mengeraskan suaranya kembali.

Heera yang semula hanya tertunduk tiba-tiba menatap Vale dengan senyum jahatnya. "Kalo iya, kenapa?"

Mendengar hal itu saat Vale ingin kembali melayangkan tangannya, entah dari mana tiba-tiba saja tubuhnya sudah dicekal oleh dua satpam di kanan-kirinya. "Dasar! Iblis lo!"

Kemudian Vale melepaskan tangannya dari kedua satpam tersebut. "Lepasin, gue bisa jalan sendiri!" Lalu Vale mengambil Kenzo dan keluar dari tempat tersebut.

***

Sepulang dari sana, Vale dan Kenzo langsung di kantor polisi saat sebelumnya mendapatkan panggilan bahwa Aditya sudah ditemukan.

"Baik, Pak Polisi. Terima kasih."

Polisi itu pun pergi dan hanya meninggalkan mereka bertiga di ruangan itu.

"Dit, lo dari mana sih? Nyusahin banget!"

Aditya hanya diam, ia tertunduk lesu.

"Ngapain polisi nemuin lo di tempat kayak gitu? Lo main balapan liar lagi? Nggak kapok udah nabrak kandang orang?"

Adit hanya membisu.

"Lo kenapa sih, Dit, malah kayak gini? Lo dulu bukannya yang paling taat, ya, sama perkataan nyokap dan kenapa kalo sama gue lo malah kayak berandalan? Lihat ...." Vale memegang pakaian yang berada di tubuh Aditya. "Penampilan lo nggak banget. Baju siapa itu?"

Titik Lebur (End)Where stories live. Discover now