Part 23

16.2K 1.6K 288
                                    

Hallo maaf, untuk part 23 sampai ending aku ganti pov author ya. Selamat membaca 😘

~Gadis Lumpuh Perebut Suamiku~

Terimakasih, atas kepergianmu aku mengenal sakit hati.
~Faris

~Gadis Lumpuh Perebut Suamiku~

"Brati kamu udah resmi cerai Mas?" Faris hanya mengangguk mendengar pertanyaan perempuan berkursi roda itu. 

"Tapi perempuan mandul itu gak nuntut harta gono ginikan?"

Faris menggeleng. Menuntutpun percuma Faris tidak punya apa-apa selain hutang yang menumpuk. Manusia gila mana yang meminta dibagi hutang? Tidak adakan?

"Bagus berarti perempuan itu sadar diri. Sok-sokan gugat cerai emang dipikir jadi janda itu gampang. Orang selama ini aja dia hidup karena uang dari kamu." 

Benar Maura memang selama ini murni menjadi ibu rumah tangga karena Faris sendiri yang meminta. Lalu dari mana Maura akan mendapat uang untuk hidup kedepannya? Apakah Maura bisa mendapat tempat tinggal dan kehidupan layak di luar sana? Memikirkan itu membuat hati Faris teriris. Sungguh dirinya tidak bisa membayangkan Mauranya menderita.

Tapi nasi sudah menjadi bubur, menyesalpun percuma rasanya.

"Kasian ya, Ma." celetuk Nala memecah keheningan.

"Heleh ngapain dikasianin orang dia sendiri yang milih pisah kok. Salah sendiri pake gayaan, gak mau dimadu katanya. Sekarang susah sendirikan jadi janda. Dipikir jadi janda itu enak? Gak enaklah apa-apa sendiri, dipikir hidup seenak sinetron abis pisah langsung ada yang ngajak nikah. Jelas enggaklah, yang ada juga bakalan terus hidup sendirian. Memangnya yang mau nikahin dia? Udah janda, mandul, gak mau kerja lagi. Benalu memalukan!" cibir Bu Maya sebelum bertos ria dengan Nala. 

Sedang Faris hanya bisa tersenyum masam melihat kedua perempuan berbeda usia yang terlihat begitu bahagia itu. Apakah semua ibu akan bersikap sama seperti ibunya jika mengetahui bahwa anaknya pulang membawa kabar perceraian? Bahkan sang ibu tidak bertanya tentang perasaan yang Faris rasakan sekarang atau sekedar bersimpatipun tidak.

Kadang Faris merasa bahwa sikap Ibunya terlalu berlebihan. Perempuan paruh baya itu terlalu memanjakan Nala. Bukan iri atau apa tapi Faris hanya merasa jika sedikit janggal tentang itu.  Mungkinkah cinta seorang Ibu harus sebesar itu pada anak angkatnya? Bahkan sang Ibu seolah tutup mata dengan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Nala. Di matanya Nala adalah sosok sempurna.

"Ris." Panggilan dan tepukan pada punggungnya membuat Faris tersadar dari lamunan.

Memaksa tersenyum, kala bertatapan dengan mata teduh Bu Maya. "Ya Ma?"

"Jadi kapan kamu mau ngresmiin hubungan sama Nala?"

"Belum tahu, Ma. Lagian aku masih berharap rujuk sama Maura." lirihnya membuat Bu Maya mendelik, seperti tak terima dengan penuturan anak lelaki yang selalu di banggakannya itu.

"Kamu jadi laki-laki jangan lembek dong, Ris. Mati satu tumbuh seribu. Ini malah ngarepin perempuan itu lagi. Ibarat kata nih Ris kamu tu dibuang sama dia. Udah dijadiin sampah. Harga dirimu udah di injek-injek. Masih ngarepin dia lagi? Pikir dong Ris pikir. Mama itu nyekolahin kamu biar pinter eh pas udah gede kok goblok cuma karena cinta."

Gadis Lumpuh Perebut SuamikuWhere stories live. Discover now