LMB - 15

8.8K 723 17
                                    

Taeyong benar benar kewalahan hari ini. Bagaimana tidak? Setelah ia berhasil menidurkan Mark sehabis diperiksa oleh dokter tadi, ia ditelpon oleh kedua orangtuanya jika Jeno mengalami demam. Membuat Taeyong buru-buru menjemput anaknya itu dikediaman orang tuanya memakai mobil Jaehyun. Tadinya Jaehyun akan mengantarkan Taeyong, tapi ia menolak dengan alasan tidak ada yang menjaga Taeyong. Soal bibi Lee, ia sedang keluar membeli kebutuhan Mark.

Tadinya nyonya Lee menyuruh Taeyong untuk menginap dan mengurus Jeno disini, namun Taeyong menolaknya secara halus. Bagaimana bisa ia mengurus Jeno disini, sedangkan Mark tidak bisa jauh darinya meski pun hanya beberapa menit.

Sungguh, kedua anak itu tidak mau jauh-jauh dari Taeyong. Taeyong menghembuskan nafasnya pelan, ia baru saja menidurkan Mark dan Jeno dalam waktu bersamaan. Saat ini Taeyong masih berada di mansion Jaehyun, Jeno juga dirawat dikamar Mark. Jangan salah, ini permintaan Jaehyun sendiri.

"Lelah?"

Taeyong menoleh ke asal suara, ia tersenyum dan mengangguk. "Sedikit."jawab Taeyong, ia bisa merasakan tempat disebelahnya bergerak ditempati oleh Jaehyun.

"Istirahatlah, malam ini biar aku yang mengurus Mark dan Jeno."suruh Jaehyun.

"Tidak Jae, aku akan menungg-"

"Tidak ada bantahan, sekarang pergi tidur dan istirahatkan tubuhmu. Aku tau kau sangat lelah, dan biarkan aku yang berjaga malam ini."potong Jaehyun cepat.

Taeyong hanya bisa mengangguk patuh, lagi pula yang dikatakan Jaehyun benar adanya. Tubuhnya sangat lelah, bahkan ia ingin segera tertidur. "Kamar tamu ada disebelah mana?"tanya Taeyong.

"Kamar tamu masih sedang direnovasi, kau tidurlah dikamarku."jawab Jaehyun.

"Kalo begitu aku akan tidur disofa ruang tamu saja."ujar Taeyong.

"Kau ingin tubuh lelahmu itu sakit? Jangan membantah Lee, tidurlah dikamarku."ucap Jaehyun.

Lagi-lagi Taeyong menghembuskan nafasnya pelan. "Baiklah, aku pinjam kamarmu untuk malam ini. Maaf karna sudah merepotkanmu."ujar Taeyong.

"Tidak, seharusnya aku yang meminta maaf."balas Jaehyun.

"Sudah malam, tidurlah. Selamat malam, Lee." Setelah mengucapkan itu, Jaehyun memasuki kamar anaknya, meninggalkan Taeyong sendirian diruang keluarga.

Taeyong berjalan ke arah kamar Jaehyun, dengan pelan ia membuka kamar itu. Terlihat sangat luas jika dibandingkan dengan kamar apartmentnya itu, dengan pelan Taeyong masuk ke dalam. Baru saja masuk, ia sudah disambut dengan aroma khas milik Jaehyun, terasa sangat memabukkan.

Taeyong tersenyum tipis, ia memandang kamar Jaehyun. Sangat rapih, dan-- tidak pernah berubah sama sekali. Langkah Taeyong berjalan ke kamar mandi, ia akan membasuh wajahnya terlebih dahulu sebelum memasuki alam mimpinya.

Tak lama kemudian, Taeyong sudah terbaring dikasur Jaehyun. Ia mematikan lampu kamarnya itu, Taeyong menatap langit-langit kamar Jaehyun. Kesunyian malam ini hanya menemani dirinya, mata cantik itu terbuka dan tertutup secara perlahan. Sampai akhirnya, Taeyong tertidur memasuki alam mimpinya.

Sedangkan dikamar Mark, sedari tadi Jaehyun tidak melepaskan pandangannya dari Mark dan Jeno. Keduanya sama sama tertidur, tangan besarnya itu terulur untuk mengelus kepala anaknya. "Tumbuhlah menjadi anak yang berbakti, daddy menyayangi kalian."ucap Jaehyun, ia mengecup kening Mark dan Jeno secara bergantian.

Awalnya ia terkejut ketika bertemu dengan Jeno, namun si kecil sudah memanggilnya dengan panggilan daddy. Namun ia juga tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya ketika Jeno memanggilnya daddy.

Jaehyun mematikan kamar lampu Mark, dengan pelan ia menutup pintu kamar anaknya itu. Langkahnya berjalan menuju ke kamarnya, Jaehyun membukanya pelan. Ia bisa melihat Taeyong yang sudah tertidur, dengan pelan Jaehyun masuk kedalam.

Ia membaringkan tubuhnya disamping Taeyong, membawa kepala Taeyong untuk tidur dibisepnya. Ia mendekap erat Taeyong, dan membawa tangan si cantik untuk melingkar di pinggangnya.

"Kau tau Taeyong, saat semestaku pergi meninggalkan aku dan Mark, saat itu juga duniaku merasa berhenti. Aku tidak tau kesalahan ku dimana, tapi dengan teganya semestaku itu pergi tanpa meninggalkan alasan yang jelas. Bertahun-tahun aku hidup dengan bayangannya, bertahun-tahun juga aku mengurus Mark untuk tumbuh menjadi anak yang baik dan penurut. Semuanya aku usahakan sendiri, bahkan aku pernah kebingungan untuk merawat Mark. Namun dengan dukungan kedua orang tuaku dan teman-temanku, hal itu membuat aku bangkit untuk menjadi seorang ayah yang hebat."ucap Jaehyun, pandangannya tak lepas dari Taeyong yang tertidur pulas.

Jaehyun tersenyum kecil. "Sampai akhirnya, aku meraih semua itu. Aku berhasil menjadi seorang ayah yang hebat untuk Mark, dan aku bangga pada diriku sendiri. Tapi kau tau? Gelar ayah hebat itu runtuh ketika Mark mulai menanyakan keberadaan sang ibunya, lalu aku bingung harus menjawab apa."kekeh Jaehyun, tangannya terulur untuk merapihkan poni Taeyong yang menutupi keningnya.

"Bertahun-tahun aku selalu mencari keberadaan semestaku itu, namun ia berhasil pergi tanpa meninggalkan jejak sekali pun. Dia pergi membawa separuh jiwaku, dan hanya meninggalkan kenangan yang berkeping-keping. Bahkan aku hampir menyerah saat itu, tapi Tuhan masih berbaik hati padaku. Dia telah mengembalikan semestaku, namun belum waktunya untuk aku menemui dirinya."ucap Jaehyun, ia menghela nafasnya sejenak sebelum kemudian melanjutkan ucapannya lagi.

"Ini semua belum waktunya, jika sudah waktunya aku akan membawa semestaku itu kembali. Persetan jika dia sudah mempunyai anak atau pun sebagainya, karena apa yang sudah jadi milikku sebelumnya-- akan terus jadi milikku seterusnya."ucap Jaehyun tegas, ia menghembuskan nafasnya pelan dan terkekeh sendiri.

"Aku seperti membacakan dongeng untuk seorang anak saja."gumamnya pelan, pandangan Jaehyun beralih pada Taeyong.

Ia menatap wajah cantik itu, bulu mata lentik, alis tebal, hidung mancung, rahang tegas, dan bibir yang sangat cantik namun seksi dalam bersamaan. Ibu jari Jaehyun terulur untuk mengelus pelan bibir Taeyong, sebelum akhirnya--

"Maaf."bisik Jaehyun.

Kedua bibir kenyal itu kini menyatu, Jaehyun memejamkan matanya sebelum akhirnya ia melumat pelan bibir manis Taeyong. Jaehyun melepaskan lumatan itu, ia menatap bibir Taeyong yang sedikit bengkak karna ulahnya.

"Manis, tidak pernah berubah."ucap Jaehyun, ia mengecup sekilas bibir Taeyong sebelum ia memeluk erat Taeyong. Menghirup aroma milik Taeyong, membuat Jaehyun sedikit tenang.

"Taeyong, apa yang akan kau lakukan jika kau berada diposisiku saat ini?"tanya Jaehyun pada Taeyong yang tertidur.

"Dan apa yang akan kau lakukan jika semestamu telah kembali? Kau memilih untuk membawanya kembali atau-- meninggalkannya?"tanya Jaehyun lagi.

Tak lama Jaehyun mendengus sebal, ia sudah seperti orang gila saja bertanya sendiri. Namun tak lama ia terkekeh kembali, mencapit kedua pipi Taeyong membuat bibir itu mengerucut lucu.

"Sangat menggemaskan."kekeh Jaehyun, ia mengusap pelan pipi Taeyong.

"Terimakasih sudah kembali, dan aku harap kau mengakuinya dengan cepat. Aku menyayangimu, dan kedua anak kita. Aku masih tetap mencintaimu, Taeyong. Selamat malam dan selamat tidur, sayang."bisik Jaehyun, ia mengecup kening Taeyong sebelum akhirnya ia menyusul Taeyong kedalam mimpinya.

•••

TBC

Double up nih, gatel soalnya pengen up hahaha

Entah kenapa aku sekarang lagi pengen fokus ke cerita ini dibandingkan cerita lainnya😭😭padahal cerita lainnya juga masih numpuk dan awal wkwk

Siap buat masuk ke konflik dichapter selanjutnya? Tenang, konfliknya ringan kok^^

Selamat malam dan sampai ketemu dinext chapter<3

LOVE ME BACK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang