31 •• PEMICU MASALAH

68 20 8
                                    

Semenjak ayahnya mendapat jabatan yang lebih tinggi, keluarga Hammond itu menjadi sering berpindah-pindah kota dan negara setiap tahunnya. Hal itu terjadi karena ibu mereka memilih untuk mengikuti ke manapun ayahnya pergi. Padahal, anak-anak mereka sudah mulai muak dengan kebiasaan berpindah tempat tinggal setiap beberapa bulan sekali.

"Kak, apa tidak lebih baik kita sekolah di rumah saja?"

"Kau sendiri saja. Aku tidak mau."

Sejak keluarga Hammond memilih untuk menambah anggota keluarga, sejak itu pula sikap Kallen lebih sensitif dari sebelumnya. Bahkan, sampai remaja itu telah masuk sekolah menengah atas, sikap dingin kepada adik perempuannya itu belum juga berubah.

"Aku lelah berkenalan dengan orang-orang baru. Apa kau tidak begitu?"

Meski sebenarnya Blossom tahu jika respons Kallen akan selalu di luar ekpektasinya. Namun, perempuan itu selalu memilih untuk terus mengajaknya berbicara. Karena bagaimanapun juga, tidak ada orang lain yang selalu berada di dekatnya kecuali kakaknya sendiri.

"Tidak. Biasa saja."

Jawaban bernada ketus itu membuat Blossom berdecak. "Kak, ayo lah. Sesekali berikan respons yang menyenangkan ketika aku mengajakmu mengobrol seperti ini."

Tidak ada balasan.

"Sepertinya tidak ada gunanya aku menyandang predikat anak kedua jika kau terus seperti ini."

Tepat ketika Blossom baru akan pergi dari kamar Kallen, pintu kamar itu tiba-tiba terbuka. Sosok ibu yang mereka kenal kemudian muncul dari sana.

"Kebetulan sekali kalian berdua ada di sini."

Suara itu membuat Kallen yang semula sibuk bermain komputer memilih untuk memutar kursi sembari menaikkan alisnya.

"Ayah kalian baru saja mendapat telepon dari atasannya."

"Pindah lagi?" potong Blossom sembari memasang wajah masam.

Sosok ibu itu lantas mengangguk. Ia juga bergegas duduk di samping Blossom untuk mengelus puncak kepala putri bungsunya itu. "Ada hal mendadak yang membuat Ayah harus dipindahtugaskan dari sini."

"Lalu? Ibu akan ikut Ayah lagi?"

Anggukkan kepala itu membuat Kallen mengembuskan napasnya dengan kasar. "Kita baru saja pindah ke sini dua minggu yang lalu. Lagi pula, minggu depan aku sudah mulai sekolah. Yang benar saja."

"Ibu akan mengurus itu hari ini. Jadi, kalian tidak perlu khawatir."

"Tidak perlu. Aku akan memilih untuk tinggal di sini. Sendiri."

"Aku juga. Jadi, kita berdua," sahut Blossom sembari menatap Kallen dengan tersenyum.

"Sayang, usia kalian bahkan belum legal. Bagaimana bisa kami tega membiarkan kalian hidup sendiri di kota ini."

Blossom mengelus pundak ibunya pelan. "Ibu percaya saja dengan kami. Lagi pula, aku juga sudah mulai bisa memasak, kan? Dan Kak Kallen juga sudah pasti akan menjagaku dengan baik. Jadi, Ibu dan Ayah tidak perlu khawatir soal apa pun."

Kalimat Blossom itu membuat Kallen menatapnya sembari mengerutkan kening. Hubungan persaudaraan mereka tidak begitu baik, ditambah lagi Kallen masih sering merasa jika semua kasih sayang yang ia butuhkan diambil oleh adiknya secara paksa. Tapi, mengapa sekarang anak bungsu itu malah memilih untuk tinggal di sini dan hidup bersama dengan kakaknya yang sama sekali tidak baik hati?

IN MY BLOOD [SELESAI]Where stories live. Discover now