DUA PULUH ENAM

2.4K 114 5
                                    

Priviet semuanya!!! How are you today guys? Masih semangat nggak nih, jalanin hari nya?

To this part, don't forget to click vote okey? Biar rating nya always naik 🌟

Happy Reading 💕

––––––––––

"Ternyata, nggak semudah yang gue pikirin, astaghfirullah."

Ucapan itu baru saja keluar dari mulut Bella, kala matanya melihat layar komputer space nya yang menyajikan data costumer dari perusahaan tempatnya magang.

Tring!

Perhatian nya sedikit teralihkan karena ada notifikasi chat yang masuk lewat komputer nya itu.

Pak Dirga

Butuh bantuan?

Secara refleks, kepala Bella menoleh pada Dirga yang sedang menatapnya, dengan sebelah alis terangkat.

Bella tersenyum kecil, lalu menjawab pesan singkat itu. Ya, mungkin, Dirga mendengar keluhan kecilnya soal tadi.

Terimakasih, Pak
Saya cuma bingung sedikit
Tapi, masih bisa teratasi

Jangan sungkan minta
bantuan saya

Iya Pak 😊

Bella melirik lagi ke arah Dirga. Lelaki itu mengangguk dan tak menjawab pesan nya lagi.

Kembali pada kegiatan sebelumnya dan seperti yang dikatakannya barusan, Bella berusaha memahami segala grafik ini.

Tak sepenuhnya paham, namun ia akan mencoba.

"Oke, kalo sampe sini sih, gue ngerti. Tapi, ini gimana ya?" Gumamnya dengan suara yang sangat kecil.

Decitan roda membuatnya menoleh sejenak ke arah kanan, dan menemukan Yova yang mendekati dengan senyum yang membuat lesung pipinya terlihat.

"Sini, gue bantu. Mana yang Lo nggak ngerti?" Tanya Yova.

Sejujurnya, Bella bisa saja berbicara 'Lo-Gue' juga dengan Yova, atau yang lainnya. Hanya saja, ia takut salah bicara. Apalagi, posisinya sekarang hanyalah karyawan magang saja.

"Yang ini, senior." Tunjuk nya, pada layar komputernya.

Yova pun menjelaskan sedemikian rinci soal grafik pemasaran pada Bella. Walau sedikit berbelit-belit, namun Bella memahami setidaknya beberapa point  yang di jelaskan oleh Yova.

"Sesuai permintaan aja, Bel. Ehm, kaya grafik ekonomi pada umumnya. Kalo permintaan sedikit, itu karena harganya naik. Makanya, kita berusaha dapetin 50-50 nya gitu. Paham nggak?" Tanya Yova.

Bella menoleh sebentar pada Yova, lalu menganggukkan kepalanya. "Paham. Makasih, Senior."

Senyum Yova terkadang membuat Bella merasa malu. Senyum lelaki itu terbilang cukup manis.

Hanya cukup.

Kalo yang manis, tentu saja senyuman nya Dewa.

Mengingat pria itu, Bella sejenak terkadang melupakan suami nya itu. Karena harus belajar dan bekerja, Bella jadi disibukkan dengan kedua hal itu.

HELLO, MY TUTOR! [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora