⌗ Terakhir

476 35 0
                                    

Langit dan sebuah rindu

Ku tuliskan sebuah cerita tentang diri mu, sebuah cerita yang berisikan rasa rindu ku terhadap sosok diri mu, cerita yang akan membuat setiap malam mu tenang, cerita yang dapat kau ceritakan pada hujan di malam hari.

Sebuah cerita yang hanya dapat kau dengarkan ketika malam datang, cerita yang ku tulis di atas awan bersama bintang bintang, di bawah naungan langit ke tujuh, ku curahkan semua rasa ku di atas kertas dengan tinta tinta permanen.

Aku kesepian.

Sendiri ku menari dalam ketenangan, mengikuti alunan irama yang mengalun lembut menyapa indra pendengaran ku. Setiap gerakan dansa membuat ku tersenyum senang. Namun perlahan alunan itu berubah menjadi alunan sendu, sedikit menyayat hatiku tetapi aku akan terus menari di temani bintang bintang dan sang rembulan menjadi penerangnya.

Satu tetes air mata jatuh membasahi pipi ku, seutas kenangan tentang mu kembali mendatangi pikiran ku, perasaan gelisah, bercampur dengan emosi juga ikut mendatangi ku menambahkan sayatan kecil pada hati ku.

Aku merindukan mu, benar benar merindukan mu. Aku rindu dengan cara mu tertawa, cara mu mengelus lembut rambut ku, cara mu mengganggu di setiap hari ku, dan juga cara mu membuat ku jatuh begitu dalam terhadap cinta yang kau berikan.

Aku terjatuh lantaran tak kuat untuk menahan tangis ku. dengan alunan musik sendu ku menangis tak bersuara. Ku peluk kedua kaki ku dan menelusupkan kepala ku di dalam sana.

'Saya mencintaimu.'
'Saya merindukanmu.'
'Boleh peluk saya? sebentar saja.'
'Saya akan menunggumu.'

Beberapa kata yang pernah terucapkan oleh mu terdengar lagi di telinga ku, samar ku dengar tawa mu saat bersama ku. Sayup sayup terdengar suara tangis mu yang memanggil nama ku, meminta ku untuk kembali.

Suara yang bercampur menjadi satu, suara yang sangat membuat diri ku semakin larut dalam tangis. Rasa sesak di dalam hati ku rasanya terus berdatangan, ku kepal erat tangan ku untuk mengurangi rasa sesak itu.

Pernah ku lihat di bawah sana kau yang selalu menghampiri tempat dimana raga ku beristirahat, kau menangis sejadi jadinya disana, menceritakan bagaimana susahnya diri mu untuk menahan rindu.

Rasa sesak terus menerus mendera dada ku saat mendengar isakan tangis mu, diri mu selalu mengatakan bahwa kau sangat merindukan ku, ingin rasanya ku usap lembut kepalanya dan mengatakan semua akan baik baik saja.

Suatu hari, di kala itu kau datang dengan seonggok bunga cantik, kau bercerita seperti biasanya dan kau menangis, aku mendengar semuanya Tuan. Kamu berjanji untuk datang lagi bukan?

Aku menunggu mu. Menunggu kedatangan mu, untuk menjumpai raga yang terbaring tak bernyawa. Meskipun aku tak bisa lagi memegang raga kekar mu percayalah bahwasannya aku merindukan semua yang pernah kau berikan pada ku.

Aku menunggu mu sangat lama, satu hari? dua hari? kau tak kunjung datang. Menunggu itu sangat tidak menyenangkan, aku benci menunggu kau yang tak pasti akan datang.

Tapi disisi lain aku berpikir apakah ini hukuman untuk ku? aku pernah membiarkan mu menunggu ku dengan perasaan yang tidak pasti dan dalam jangka waktu yang sangat lama. Aku tahu rasanya menjadi diri mu dahulu, aku minta maaf dan aku mohon kembalilah.

Desember || Jaeminjeong (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang