Sobat Rimuru-Sama, Veldora

1.1K 107 35
                                    



"Wahahhaha!" tawa Veldora membaca komik referensi Rimuru.

Dia tiduran di sofa kantor Rimuru. Meja sebelah penuh dengan buku komik, 2 cangkir teh buatan Shuna.

Rimuru yang masih berbentuk slime, sibuk meneliti laporan dari Shion. Seperti biasa Shion diminta-diarahkan oleh Rimuru untuk mencatat proses rapat hingga selesai. Namun catatan Shion terlalu membingungkan.

"Miki siapa?, - _-" tanya Rimuru dengan dirinya sendiri.

Rimuru mencoba dengan keras memahami tulisan Shion.

"Ahh... ~" hela napas Rimuru frustasi.

Shuna yang cemas pun bertanya, "Ada apa Rimuru-sama?"

"Aku sama sekali tidak paham dengan catatan Shion, hahhh, bagaimana cara memberitahunya. Dia masih tidak mengerti -_-"

"DAMMEEE!! (tidak boleh)" teriak Veldora yang berdiri di sofa dengan posisi kuda-kuda.

"Bikurista, (kaget aku)!?" seru Rimuru yang dikejutkan Veldora.

Veldora terbang dan seketika di sebelah Rimuru.

"Kenapa Mamoru mati!??" tanya Veldora tidak terima tokoh manga mati.

"Karena dia naif. Dia mengorbankan hidupnya demi temannya padahal dia bisa cerita dengan yang lain untuk memecah masalah tapu dia mengambil jalan pintas." terang Rimuru.

Tiba-tiba Veldora memeluk Rimuru.

"Rimuru, aku tidak akan melakukan ini, eh, kau jangan sekali-kali mengorbankan dirimu untuk ku!!!" histeris Veldora berlebih.

"-_- wakata, hanase, (aku mengerti, lepaskan aku)"

"Veldora-sama, Rimuru-sama tidak akan melakukannya tenang saja, Eh?! Rimuru-sama sempat nekat menamai kami sampai dia pingsan 3, mungkin Rimuru-sama juga akan melakukan hal nekat lainnya?!!" Shuna pun ikut panik.

"Minna-_-... (semuanya/teman-teman)"

"Hsk, hsk, hsk" isakan tangis Diablo yang ada dipojokan

"Kau kenapa menangis, dan sejak kapan ada di sana?" tanya Rimuru-sama.

"Waga-kimi, sungguh mulia hatimu. Setiap perlakuanmu didasari ketulusan, keadilan dan kasih sayang. Saya tidak dapat bayang bila Rimuru-sama mengorbankan diri untuk saya, ciptaan yang tidaklah sempurna bagi anda," sediahnya Diablo yang terdengar begitu puitis hingga Rimuru-sama lelah mendengarkan.

.

.

Sore pun tiba. Langit berwarna ungu. Hawa dingin musim dingin masih terasa,  di musim semi pertama.

Rimuru-sama mengenakan yukatanya sambil makan buah jeruk di meja penghangat.

Ia ditemani Veldora yang ikut menggunakan yukata.

Veldora mengajak Rimuru bermain catur tradisional Jepang.

Permainan handal Veldora sejak berada di dalam tubuh Rimuru.

"Sugoi-na, kau menang lagi,"

Veldora berdiri dan berpose yang menurutnya keren baginya.

"Muahhahaha, kau tidak bisa melawan ku karena tingkat ku sudah dewa, muahahahha!"

"Cih," desis Rimuru tetapi dia tersenyum bangga.

"Baiklah, aku akan memanggil lawanmu berikutnya,"

"Panggilah, aku siapa menghadapi mereka!" seru Veldora girang.

"Diablo," sebut Rimuru, lalu Diablo datang sekejap.

Diablo berlutut sopan di samping Rimuru.

"Rimuru-sama, saya sangat siap melayani anda," kata Diablo sopan menahan rasa gembira.

"Kau lawan dia," perintah Rimuru, tiba - tiba kuku tajam Diablo keluar.

Rimuru panik, "Maksud ku lawan dia di permainan catur," jelas Rimuru. Kuku Diablo menyusut.

"Ara, saya kira Veldora-sama melakukan hal tidak terpuji, ternyata melawan di permainan ini saja," senyum Diablo.

"Kau bisa?" tanya Rimuru.

"Saya tidak bisa, Rimuru-sama. Maafkan keterbatasan saya, saya harusnya lebih banyak belajar tetapi saya masih kurang. Maafkan saya membuat anda kecewa,"

"Aku kira kau punya skill bermain catur, karena aku menamaimu,"

"Ada skill lainnya yang mungkin lebih bermanfaat," ujar Raphael.

"Maklum kau tidak bisa, hubungan mu dengan Rimuru, masih erat dengan hubungan ku dengan dirinya. Aku berada di dalam tubuh Rimuru. Aku tau semua tentang dia bahkan sejak dia lahir wahahhahahah!" bangga Veldora.

"Memang tidak salah anda disebut sobat Rimuru-Sama," kagum Diablo seraya menunduk hormat.

"Wahahhaha, aku ajari kau bermain catur. Kau tau manusia kadang membuat permainan catur ini semakin menyenangkan ketika mulai bertaruh," terang Veldora senang mempunyai murid catur baru.

Veldora mulai mengajari Diablo permainan catur.  Tak butuh waktu lama, Diablo paham cara mainnya dan peraturannya. Mereka pun siap.

"Apa yang akan kau taruhkan?" tanya semangat Veldora.

"Entahlah, saya masih mencari-cari" jawab Diablo.

"Bisa benda, atau sesuatu yang sangat berharga,"

"Sesuatu yang sangat berharga bagi saya hanyalah Rimuru-Sama,"

"Baiklah! Bagaimana kita bertaruh yang menang menjadi sobat karib sejati Rimuru!" tawar Veldora.

"Dengan segala kerendahan saya, saya terima" sahut sopan Diablo.

Mereka bermain catur namun Diablo kalah. Meskipun kalah, Diablo sanggup bertahan 20menit melawan catur Veldora. Itu artinya Diablo mendengar pelajaran Veldora dengan baik.

Selesai pemainan Diablo mengawal Rimuru sampai ke rumah. Rimuru masih berwujud manusia.

Sesampai di teras kamarnya Rimuru berubah menjadi Slime. Dia mengawasi kolamnya sembari menikmati pemandangan langit bertabur bintang bersama Diablo yang juga duduk di teras.

"Terimakasih Diablo, revisimu membantu ku," ujar Rimuru.

Diablo sejak bergabung dengan Rimuru, dia membantu semua pekerjaan Rimuru termasuk merevisi laporan Shion.

"Kau sangat dapat diandalkan." ujar Rimuru lalu lompat menuju pangkuan Diablo.

Diablo memegang Rimuru di pangkuannya supaya Rimuru nyaman.

Tiba-tiba Rimuru berubah menjadi manusia. Dia tertidur di pangkuannya, dengan rambut tekucir, poni yang menutupi mata sebelah. Kerah yukata yang melorot sedikit memperlihatkan dadanya.

"Rimuru-sama..." sebut lembut Diablo.

"Mnnn.." gumam Rimuru ngantuk.

Rimuru mencoba membuka mata.

"Kau boleh pergi Diablo,"

Lantas mendengar itu seperti deja vu. Kedua kalinya Rimuru menyuruh Diablo pergi.

Diablo memeluk erat Rimuru. Rimuru pun tau bahwa Diablo salah mengerti.

"Maksudku pergi istirahat, tak perlu menemani ku tidur,"

"Tidak, saya ingin menemani Rimuru-sama," rajuk Diablo.

"Hhh" hela napas Rimuru, "kalau aku wanita seutuhnya pasti aku menciummu,"

Rimuru duduk dengan tegak. Ia meraih kedua pipi Diablo dengan lembut.

"Mungkin aku coba saja," Rimuru menarik perlahan wajah Diablo lalu mencium bibir Diablo.

Kemudian Rimuru tertidur.

Diablo sama sekali tak bergerak. Ia takut membangunkan Rimuru. Bahkan rela memeluk dan memangku Rimuru sampai pagi hari.

.

.

[END] Nikki Diablo, Dairys Diablo Bucin Nomor Satu RimuruWhere stories live. Discover now