Chapter 3# :)

112 4 3
                                    

Author zylla: Selamat membacok
Kaizo:"membaca" thor bukan "membacok",emang aut pingin di "bacok" apa huh?
Zylla: enggak kok ihihihi... (tersenyum smirk)
Kaizo: ngapain senyum senyum thor?
Zylla: gak kok gakada, sudahlah kitamulai aja kai
Kaizo: ngogeh!!!
____________________
| MULAI!!!!!
--------------------------------------------

Saat sadar berapa lama waktu telah berlalu untuk membersihkan lantai bawah keduanya naik ke lantai atas untuk mengecek keadaan Kaizo di kamarnya.

Dan di sana, di kamar itu, si kembar menemukan Kaizo tergeletak di kamarnya hanya dengan handuk menutupi bagian bawahnya.

Shielda menjerit. Jeritannya berisi antara khawatir melihat Kaizo pingsan dan melihat Kaizo nyaris tidak berbusana.

Di sisinya Sai ikut menjerit. Jeritannya berisi antara kaget mendengar Shieldan menjerit dan melihat Kaizo terkapar di lantai.

"Angkat! Kenapa malah menjerit? Angkat Kaizo dan pakaiankan dia pakaian aku akan menelpon ambulance!" perintah Shielda pada Sai.

Sai gelagapan "Aku? Aku memakaikannya baju, kenapa aku? Kenapa bukan kau?"

"Benda kalian yang di bawah itu sama!" jerit Shielda pada kakak kembarnya.

"Yang dibawah?" tanya Sai "Apanya yang sama?"

Shielda menempeleng kakak kembarnya dan saat itu juga kesadaran Sai merasuki otaknya. Dia mengangguk dan segera menghampiri Kaizo, mengangkat tubuhnya ke ranjang dan di sana dia melihat hidung Kaizo mengeluarkan darah. Sementara itu Shielda menghubungi ambulance di luar kamar.

Tenggelam oleh kepanikkan. Tidak ada satupun dari mereka yang menyadari suara kecil yang memanggil-manggil Abangnya dari lantai bawah.

Shielda masuk kembali ke kamar Kaizo untuk menemukan Kaizo sudah berpakaian. Kakak kembarnya mengelap peluh keringat yang timbul di dahinya menggunakan lengan kemejanya "Untung dia sudah pakai pakaian dalam tadi." ucap Sai.

Shielda memutar mata "Ambulance akan datang sebentar lagi, jadi kita tinggal…"

"Abang?"

Ucapan Shielda terpotong. Si kembar membeku di tempat. Leher mereka berputar ke arah pintu. Langkah kaki terdengar mendekat. Peluh keringat membanjiri keduanya.

"Abang sudah pulang ya? Kenapa ada banyak kucing di bawah?" tanya Fang muncul dari bilik pintu. Dia segera terhenti saat menyadari keberadaan orang lain di kamar itu. "Eh? Kak Shielda dan Kak Sai sedang main, ada tugas bersama ya?" Mata Fang bergantian memandang kedua orang itu. Namun tidak ada satupun dari mereka yang mampu berkata-kata.

Waktu berlalu dalam diam dan kecanggungan yang panjang. Hingga suara sirine ambulance membahana ke dalam rumah. Senyuman di wajah Fang menghilang saat mendengar suara sirine itu. Wajahnya terlihat kebingungan saat petugas ambulance memasuki rumahnya tanpa izin. Raut kebingungan itu berubah menjadi raut campur aduk saat menyadari petugas ambulance itu datang menghampiri si kembar. Keduanya bergeser, menampilkan Abangnya yang sedari tadi mereka tutupi dengan tubuh mereka. Si kembar lalu mempersilakan petugas ambulance mengangkut Abangnya yang tidak sadarkan diri di ranjangnya.

Saat itu. Tangis Fang meledak.

.

.

.

Pemandangan asing menyambut pemandangan Kaizo saat dia membuka matanya. Untuk sesaat di hanya terbaring tanpa dapat mengingat apapun, dia hendak melanjutkan tidurnya hingga ingatanya menyerang.

Dia ingat hari ini dia pulang cepat dikarenakan dosen mata kuliah siang mengatakan tidak dapat hadir, dia pulang dan menemukan rumahnya dijajah oleh sekeluarga kucing, dia memanggil si kembar untuk membantunya menangani invasi keluarga kucing dirumahnya. Lalu… lalu dia pergi membersihkan diri. Saat hendak berpakaian Kaizo merasakan cairan keluar dari hidungnya, sebelum dia dapat melihat cairan apa itu, segalanya berubah gelap dan dia tertidur.

Lalu sekarang dimana aku? Batin Kaizo.

Kaizo mengerjap dan mendengar isakan pelan. Kaizo mengenal suara tangis itu. Semakin dia berusaha mencari tahu siapa pemilik suara isakan itu semakin kesadarannya terkumpul. Dengan alergi akutnya, keluar masuk rumah sakit bukanlah hal baru bagi Kaizo, terutama saat dirinya masih kecil. Dia hapal betul dengan keadaan rumah sakit, aromanya, pencahayaannya, warnanya. Tentu Kaizo segera tahu kalau dia sekarang terbaring di ranjang perawatan rumah sakit.

Fang… suara tangisan itu adalah suara tangisan Fang.

"Fang?" panggil Kaizo pelan, kepalanya menoleh untuk menemukan Fang berada di gendongan Shielda.

Wajah Fang yang tenggelam di bahu Shielda segera terangkat "Abang!" panggilnya, kedua tangannya terulur pada Kaizo, meminta untuk dipeluk, kebiasaannya sejak kecil yang muncul saat anak itu merasa gelisah. Shielda mencegahnya, mengatakan sesuatu pada Fang yang membuat anak itu menarik tangannya kembali.

Kaizo merasa terganggu dengan apapun yang Shielda ucapkan pada Fang sehingga membuat anak itu menarik tangannya kembali. Rasa itu segera menguap begitu dia sadar memang lebih baik begini untuk sesaat. Dia ingin membawa Fang ke dekapannya hanya saja Kaizo sadar tubuhnya masih belum fit, selama dia tidak sadar, dokter pasti telah menyuntikkan beberapa jenis obat yang tentu saja efeknya masih belum hilang.

Dengan berat hati Kaizo berucap "Maaf Fang, Abang istirahat dulu ya."

Kaizo melihat adiknya mengagguk sembari meneteskan air mata sebelum dia kembali tidur, bukan tidur pulas, dia merasa tidak tenang sehingga kesadarannya bergantian masuk dan keluar, samar-samar kepalanya berhasil merekam beberapa hal yang terjadi selama dia tertidur, seperti suara Sai yang datang bersama dokter, beberapa pemeriksaan lain dari dokter, percakapan samar antara Sai dan Shielda, anehnya tidak ada suara adiknya.

Kaizo dilanda ketakutan, dia takut telah membuat Fang merasa sendirian, anak itu pasti bingung dan ketakutan melihat Abangnya terbaring tidak sadarkan diri, ke mana lagi Fang dapat mengeluarkan kegelisahannya jika tidak pada dirinya? Kedua orang yang menemani Fang saat ini memang mengenal dan dekat dengan adiknya, namun begitu mereka tidak akan dapat memahami seluruh perasaan Fang, mereka tidak akan dapat memberikan sentuhan yang sama dengan yang biasa dia berikan pada adiknya.

"Fang," panggil Kaizo bahkan sebelum matanya terbuka. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk memanggil adiknya sesegera mungkin saat dia mulai sadar. Kaizo merasakan ada tangan kecil yang menggenggam tangannya.

-----------------------
| TBC
_______________________

Good bye kawan wattpadkuh!!!

If its for you then i'll do itWhere stories live. Discover now