Chapter 4# :)

142 9 0
                                    

Selamat membaca~~~
Kaizo: uh jyjyk aqu
Aqu,Aqu,Aqua air mineral apa huh?
Kaizo: * auto diam *
___________
[ TBC
------------------------

Kaizo: ANJI** KOK LANGSONG TBC AJA SEH HUH!!!!!!!!!!!!!
GAK USAH NGEGAS LAH NJING BRISIK...*ngangkat gitar gede diarahin ke kepalanya si itik*
Kaizo: (gumam:njir galak mat bedah, kek mak gua yg lagi jadi rubah ekor 7 aja deh ( "-_-) ) maaf thor, kalok gitu lanjutin dong.
oke!!!!

$$$$$$$$ MULAI!!!!! $$$$$$$$

"Fang," panggil Kaizo bahkan sebelum matanya terbuka. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk memanggil adiknya sesegera mungkin saat dia mulai sadar. Kaizo merasakan ada tangan kecil yang menggenggam tangannya.

"Abang?" jawab Fang, suaranya terdengar sangat dekat.

Kaizo membuka matanya, mencari-cari sosok kecil adiknya yang ternyata sedang terduduk di samping ranjangnya, tangan Fang menggenggam erat tangan Kaizo, matanya bengkak dan bekas air mata masih tersisa di pipinya. Merasa kekuatannya sudah kembali, Kaizo bangun dan terduduk diranjangnya, Fang menggerutu, berusaha untuk menidurkan Kaizo kembali, namun Abangnya lebih keras kepala.

Mata Kaizo berkeliling, tidak menemukan keberadaan si kembar di manapun "Dimana Sai dan Shielda?"

"Kak Sai sedang kembali mengambil pakaian Abang, dokter bilang Abang harus menginap dulu di rumah sakit… " ucap Fang kembali terisak "Kak Shielda sedang beli makanan di kantin."

Kali ini tangan Kaizo terulur, baik keduanya sudah bagaimana gerakan itu memiliki arti, sebuah undangan dari Kaizo hanya pada Fang untuk masuk kepelukkan hangatnya. Fang ingin menjawabnya namun terlihat ragu.

"Abang sudah tidak apa-apa Fang, ayo…" ucap Kaizo.

Tangan Fang terulur, Kaizo menarik tubuh adiknya ke dalam dekapannya, membiarkan Fang duduk di pangkuannya, tangan Fang yang terulur segera merangkul lehernya erat. Seolah berusaha mencegah Abangnya untuk tidak pergi kemana-mana.

"Abang… maafkan Fang," ucapnya "gara-gara Fang, Abang jadi sakit."

"Ini bukan salahmu Fang." balas Kaizo, tangannya mengusap punggung adiknya, mengusir kegelisahannya.

"Fang… Fang tidak tahu kalau Abang punya alergi pada hewan berbulu." ucapnya ditengah isakan "Fang minta maaf memaksa Abang untuk mengizinkan Fang memelihara kucing, Fang tidak tahu."

Kaizo tidak terkejut mendengar Fang tahu soal alerginya, dengan keadaan yang seperti ini tentu tidak mengherankan ada yang memberitahu Fang soal alerginya, entah itu dokter atau si kembar.

"Fang… ini bukan salahmu."

Begitulah adanya, apa yang terjadi padanya bukan karena salah adiknya, ini semua ulahnya sendiri yang mencoba menutupi kelemahannya pada Fang. Sekarang adiknya mengira ini adalah kesalahannya sendiri.

"Fang lihat Abang."

Fang menarik wajahnya yang ditenggelamkan di bahu Kaizo, menampilkan wajah yang basah dengan air mata, dia mulai kesulitan bicara karena isakannya.

"Maafkan Abang." ucap Kaizo "Abang tidak pernah menjelaskan padamu kalau Abang mengidap alergi, Abang sebenarnya tidak ingin kau tahu."

"Kena…kenapa?" Isak Fang.

Kaizo menarik napas panjang "Karena Abang takut kau akan… Abang takut kau akan…" kata-kata Kaizo tertahan.

Karena aku takut kau akan jijik padaku batin Kaizo.

Fang menggeleng "Fang tidak menganggap alergi Abang menjijikan." balas Fang seolah membaca pikirannya "Tadi Fang menelepon Bunda, Bunda menjelaskan banyak, Fang sayang Abang, Fang tidak peduli Abang punya alergi atau tidak Fang akan tetap sayang Abang, kekurangan Abang tidak akan pernah mengurangi sayang Fang untuk Abang."

Kedua bola mata Kaizo terasa memanas. Dia tidak dapat mengatakan apa-apa sehingga hanya dapat menarik Fang kedalam pelukkan eratnya, dan membiarkan setetes air mata haru jatuh.

.

.

.

Dibandingkan dengan minggu lalu, hari minggu ini hari sangat cerah, tidak ada setitik awanpun terlihat di langit. Kaizo bersandar di kursi mobilnya, membalas pesan-pesan dari kedua orangtuanya yang menanyakan kabarnya.

Insiden kambuhnya alergi Kaizo membuatnya harus menginap di rumah sakit selama dua hari. Selama hari-hari itu dia mengizinkan Fang untuk tidak masuk sekolah karena khawatir membiarkan Fang tinggal sendiri dan dia juga tidak tenang menitipkan Fang pada Tok Aba apalagi si kembar.

Kabar si keluarga kucing baik. Mereka dibawa kepenangkaran dan keenam anak kucing segera menemukan orang-orang yang mau mengadopsi mereka, si orangtua kucing masih berada dipenangkaran masih menunggu untuk diadopsi, namun begitu mereka dibawah perawatan tangan yang baik, selain makanan mereka terjamin, hewan hewan itu juga disteril dan divaksin.

Dari kaca kemudi, Kaizo menangkap sosok Fang yang keluar dari rumah teman sekelasnya, sebuah kotak kecil berada di genggamannya, dibawa dengan lembut. Fang membuka pintu mobil, menaruh kotak berlubang itu ke atas dashboard terlebih dahulu sebelum dirinya benar-benar duduk.

Sebuah mata mengintip dari lubang kotak kardus kecil itu, sesuatu di dalamnya terlihat tidak sabar untuk pergi rumah barunya.

"Apa ada tempat lain yang kau ingin kunjungi sebelum pulang?" tanya Kaizo seraya menyalakan mesin mobil.

Fang mengambil kotak itu dan membukanya, menampilkan seekor landak kecil berduri "Tidak ada Abang, kita langsung pulang saja" ucapnya mengeluarkan hewan peliharaan barunya.

Kaizo tersenyum mengingat ucapan bundanya, andaikan dia tidak bersikeras untuk menutupi alerginya mungkin keadaan dapat teratasi semudah ini. Mereka akhirnya menemukan jalan keluar. Fang memang tidak dapat memelihara kucing tapi bukan berarti dia tidak dapat menemukan teman untuk menemani hari-harinya menunggu kepulangan Kaizo.

Shielda memberikan usulan tentang hewan apa yang cocok untuk dipelihara Fang, sikapnya menyerupai kucing namun tidak akan memicu alergi Kaizo, ada banyak daftar hewan yang muncul dan salah satunya adalah hewan ini. Setelah perbincangan panjang di malam minggu mereka bersama dengan orangtua mereka. Akhirnya keinginan Fang untuk memelihara seekor landak dikabulkan.

"Mirip kau" ucap Kaizo pada Fang.

Dahi Fang mengerut "Kenapa Begitu?"

Kaizo tersenyum kecil, dia sendiri tidak tahu, ada sesuatu yang mengingatkan akan Fang dari landak kecil itu "Entahlah"

"Kalau begitu Abang mirip bebek" ucap Fang, dia membiarkan si landak kecil berjalan jalan dipangkuannya.

Kaizo mengerutkan dahinya "Kenapa begitu?"

Fang tertawa kecil "Entahlah"

Kaizo ikut tertawa, dia menginjak gas, dan membawa mereka bersama anggota baru keluarga mereka pulang ke rumah.

.

.

.

♡¤~The End~¤♡

Dadah!!! jumpa lagi di book yg lain!!!!

If its for you then i'll do itUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum