Cermin : Idola

4 1 0
                                    

Cermin oleh Liya Shinilustrasi oleh Avarina Sisy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cermin oleh Liya Shin
ilustrasi oleh Avarina Sisy

Di dalam cermin, separas ayu tergambar tengah berhias dengan tidak santai sembari sesekali memperhatikan jam dinding. "Duh, udah mau jam dua belas lagi," cemas gadis yang kini memakai hodie warna merah.

Seumur hidupnya, mungkin hari ini adalah hari terbaik yang akan ia kenang sepanjang masa, sebab sebentar lagi ia akan bertemu dengan idolanya yang jauh datang dari Negeri Gingseng. Meski harus berjuang untuk melakukan perjalanan dari pelosok desa ke ibu kota. Sudah tiga tahun ia menabung, hanya untuk membeli satu tiket konser yang bukan VIP juga bukan berada di seat paling belakang, sometime in the middle is best.

BTXT, boygrup Korea yang terdiri dari sembilan orang. Sejak kelas IX ia mati-matian mengidolakan boygrup tersebut, utamanya rapper-nya, Cein. Ia rela terjaga sampai dini hari untuk streaming single terbaru atau sekadar menonton MV lama dan talkshow yang bintang tamunya adalah BTXT.

Ia pun rela mengalokasikan uang sakunya hanya untuk beli kuota khusus streaming, kemudian membeli segala merchandise, beli album meski cuma sekali, dia cukup tahu diri sebagai anak petani yang penghasilannya hanya digunakan untuk biaya siklus tanam padi dari musim ke musim. Tapi, pasti ia dapat bagian saat musim panen tiba, lumayan lah untuk menambah volume celengan BTXT.

"Bu, aku berangkat dulu!" pamit Kara dengan teriak dan buru-buru pada ibunya yang sedang menggoreng ikan bandeng di dapur. Ia harus cepat ke stasiun untuk mengejar jadwal kereta ke Jakarta.

"Iyaaa, nggak usah salim, ya! Bau ikan, jangan lupa solat! Salam buat Cein!" jawab ibunya, Sanah. Juga berteriak. "Cein, Cein, anakku kok bisa segila itu sama awakmu,awas aja anakku sampe nangis gara-gara kamu!" lanjut Sanah, bergumam sendiri.

---

Sudah setengah jam berada di stadion, dan konser belum juga dimulai.

"Vi, aku kebelet pipis! Aku ke toilet dulu, yah! Pokoknya rekam kalo udah mulai!"

Belum dijawab oleh Lovi—teman satu fandom—, Kara langsung berlari ke toilet.

Toilet sangat sepi, berbeda dengan suasana di tribun. Sebelum kembali ke tribun, Kara merapikan rambutnya dengan mengikat ulang rambut sebahunya. Ia tidak fokus dengan jalan yang ada di depannya,

Brruk!

Kara terjatuh, ia menabrak seseorang. Seseorang? Bukan! Ia malaikat, malaikat Kara selama ini. Sepersekian detik ia dengan jelas melihat idolanya, cintanya, sosok yang memenuhi imajinasinya selama ini. Ia membekap mulutnya, khawatir ia akan teriak atau bahkan menangis kencang.

Cein yang dijaga bodyguard itu hanya menoleh sekilas pada Kara, kemudian mengusap pundak bekas tertabrak oleh Kara. Mengusap lebih dari sekali, dengan body-language yang seolah berkata, "Nggak level!".

Kara akhirnya menangis, bukan karena terharu bertemu yang dirindu melainkan sakit hati sampai ke ulu, teramat sakit. Sosok yang ia cintai, bahkan ia impikan untuk menjadi pendamping sekaligus penyemangat baru saja mematahkan hati sekaligus harapan yang selama ini terbangun kokoh.

Tidak butuh waktu lama untuk menyadari, bahwa mencintai tidak harus merendahkan harga diri. Jika cinta membuatmu terhina, maka sudahi. Setiap jiwa berhak bahagia dengan cinta, bukan sengsara.

Justify VI Feb 2022 | Fallen TimeWhere stories live. Discover now