Antalogi

732 76 17
                                    






° ° °

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

° ° °





































Author pov

Berhenti mengutuk diri dan kembali berjuang bangkit dan menyembuhkan sakit hatimu sendiri jelas tak mudah. Ibarat sudah berdarah-darah, kamu hanya berharap seorang penolong datang dan memapah mu ke rumah. Sayangnya, tak seorang pun yang layak mengobati lukamu, kecuali dirimu sendiri. Saat berhasil berdamai dengan sakit hatimu, kamu sudah terlahir jadi pribadi yang baru.

Mencintai dalam diam bukanlah perkara mudah

Ada rasa yang belum sempat di ungkapkan olehnya

Ada hati yang belum berhenti berharap tentangnya

Ya, segala manis pahit kisah mu tak layak diungkit-ungkit. Kamu tak boleh lagi menyalahkan diri sendiri, mengutuki keadaan atau bahkan dia yang mungkin masih kamu cintai. Perihal siapa yang salah akan rasa ini dan dia yang tak pernah peka, tak perlu lagi dipersoalkan lagi. Percayalah bahwa segala yang kamu lalui memang sudah digariskan. Cerita sedih maupun bahagia yang kamu lakoni memang sudah dituliskan. Demi bisa melanjutkan hidup, kamu hanya harus menerimanya dengan lapang.

Berkali-kaki Shani menghapus air matanya menerima semua yang telah Tuhan takdir kan atas hidupnya. Andai saja dia bisa, ingin rasanya ia hentikan laju rasa yang melaju dengan sangat cepatnya itu. Shani masih setia mendekap hangat boneka beruang nya, dalam tangis yang terus menerus terulang sepanjang malam hingga akhirnya ia tertidur karena kelelahan. Mata yang indah itu sembab oleh tangis pilunya malam tadi menyisakan sisa-sia akhir dari air mata. Namun semua itu tidak mengurangi rasa yang menyesakan di dadanya.














Krekkkk....

















Ada sosok seseorang meloloskan diri dari balik pintu, dia menoleh nya dengan harapan bahwa itu Gracia tapi semua hanyalah harapan, hanyalah kemungkinan yang masih belum jadi mungkin atau bahkan tidak akan jadi mungkin.

"Bagaimana kabarmu Shan?" tanya Beby dengan nada khawatir, lalu ia meletakan tangannya di kening Shani untuk mengecek suhu tubuh gadis cantik itu.

"Syukur lah panas mu sudah turun" ucapnya lagi, kali ini dia membelai penuh kasih pipi  milik sahabatnya.

"Berhentilah bersikap seperti itu Beb, karena itu akan menyakitkan ku juga kamu" ucapnya tiba-tiba, tegas dia katakan itu, Shani tidak bisa lagi pura-pura tidak tahu perihal perasaan Beby padanya. Karena mata perempuan itu tidak bisa membohongi penglihatan Shani, tatapan yang sama dengannya saat ia menatap Gracia.

Beby mengerutkan keningnya. Beby paham arah pembicaraan gadis ini, tapi secepat itu kah dia tahu tentang perasaannya, sepeka itu kah hati seorang Shani Indira Natio?

Goresan Luka [END]Where stories live. Discover now