09. Tinggal

136 16 0
                                    


Sudah satu bulan Sandra dan Aji pergi mencari orangtua Aji namun nihil.

Pencarian memang terasa sulit karena tidak memiliki foto apapun untuk dijadikan barang untuk mencari orangtua Aji.

Aji terlihat lelah dan putus asa, membuat Sandra yang melihatnya pun merasa sedih.

"Aji?"

"Aku gak apa-apa Bun kalau emang orangtuaku susah di cari."

"Aku juga kayaknya udah putus asa. Kalau mereka sayang sama aku mereka gak akan biarin aku tinggal lama di panti. Mereka ninggalin aku di panti, mereka tahu pantinya tapi mereka gak pernah datang buat jemput aku."

"Apa aku sesial itu, Bun?" Tanya Aji seraya menatap wajah Sandra dengan tatapan sedih, membuat Sandra tergerak untuj memeluk Aji.

"Aji, di dunia ini gak ada yang namanya anak sial gak ada. Yang ada hanya orangtua yang tidak siap dengan tanggung jawabnya sebagai orangtua. Orangtuamu mungkin tidak siap membesarkan kamu tapi bukan berarti kamu anak sial. Kita bahkan gak tahu setiap hari yang dilalui Ibumu saat mengandung kamu seperti apa"

"Lalu, apa aku itu aib bagi mereka?"

"Anak itu anugerah, Aji.. Berhenti bilang kalau kamu itu anak sial dan aib yang harus mereka buang. Tindakannya mungkin salah karena sudah membuang kamu namun balik lagi kita tidak tahu apa yang mereka lalui."

"Kamu anak baik dan juga berharga, terima kasih karena tumbuh besar dengan baik dan sehat."

Mata Aji memanas mendengar ucapan Sandra.

"Nak, jika memang Bunda tidak bisa menemukan orangtuamu. Tinggalah disini dengan Bunda?" Ucapan Sandra pun mendapat anggukan dari Aji

🍃🍃🍃


Aji menatap kosong mejanya, Ia masih teringat akan sulitnya mencari keberadaan orangtuanya.

"Aji!"

"Ngagetin aja lo.."

"Lagi sedih ya??"

"Ternyata cari orang enggak segampang itu Kha.."

"Jangan menyerah, Aji"

"Gue capek berharap sama yang gak pasti, mungkin aja mereka udah anggap gue gak ada. Gue berhenti, gue berhenti mengharapkan sesuatu yang gak mungkin.."

"Gue tahu pasti capek dan mungkin rasanya berat banget buat berhenti, tapikan sekaramg lo dan Bunda sedang berusaha mencari mereka Ji. Jangan sia-siakan kesempatan!"

"Raskha kalau mereka peduli sama gue, mereka akan balik ke panti dan bawa gue pulang tapi nyatanya sampai hari terakhir sebelum pindah panti pun mereka enggak datang."

"Mereka tahu pantinya tapi mereka gak berniat buat bawa gue pulang."

"Tinggal disini aja sama Bunda??"

"Dia Bunda lo, Kha."

"Bunda juga bakalan jadi Bunda lo kok, lo mau?"

"Lo mau gantiin gue nemenin Bunda buat selamanya, Ji?"

"Karena gimana pun gue gak akan kayak gini terus, Ji. Gue gak akan tinggal disini buat selamanya."

"Tolong buat Bunda ikhlasin kepergiaan gue. Cuma itu yang gue mau, sejujurnya perjalanan gue buat pulang itu berat karena Bunda belum ikhlasin gue.."

"Gue minta tolong, gue gak tahu harus minta tolong kesiapa lagi.."

"Gue mau pergi, Ji. Tempat gue bukan disini.."

Aji pun mengangguk membuat Raskha terharu "Makasih, Ji! Makasih~"

"Setelah ini lo harus janji buat selalu bahagia diatas sana, Kha."

"Gue janji! Gue janji.."

Raskha melihat kedua tangannya dengan tatapan sedih, Ia tidak bisa memeluk Aji.

"Kenapa, Abang?"

Raskha pun mendongak melihat Aji terkejut "A-aapa??"

"A-aabang??"

"Iya, Abang karena gimana pun lo lebih tua dari gue.."

"Gu-gue Abang.. Gue punya Adek.." Ucap Raskha dengan mata berkaca-kaca

Raskha pun menangis membuat Aji juga ikut menangis.

"Makasih udah nerima gue jadi bagian keluarga lo, makasih.. Gue gak tahu kalau aja malam itu kita gak ketemu, kalau aja gue juga gak ketemu sama Bunda.."

"Makasih udah mau nerima gue, Abang.. makasih.."

"Gue.. gue yang harusnya berterima kasih karena lo mau jadi anaknya Bunda, mau jagain dan nemenin Bunda buat selamanya. Aji gue gak tahu kalau saat itu kita ga ketemu, ini namanya takdir, Ji."

"Iya, takdir gue mungkin buat ketemu lo sama Bunda bukan ketemu sama orangtua kandung gue.."

"Gue udah ikhlasin mereka, gue gak akan cari mereka lagi.."



To be continued..

Tungguin update selanjutnya yaa~ See uuuu^^

𝚁𝙰𝚂𝙺𝙷𝙰𝙹𝙸 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang