10. Titipan Raskha Untuk Bunda

228 15 0
                                    

"Selamat malam!!"

Aji menatap Raskha dengan tatapan senang.

"Udah ketemu belum?" Tanya Raskha kepada Aji yang tengah duduk di tepian kasur

"Belum, Bang. Ini lagi mau cari"

"Tadi sore ada Bunda, gue sungkan masuk kamar lo kalo masih ada Bunda." Lanjut Aji

"Lo adek gue ini, gapapa Ji"

"Gue takut disangka gak sopan, bang"

"Sekarang Bunda kemana?"

"Lagi ke tempatnya Tante Wulan, Bang"

"Ohh gitu, ayo ke kamar! Kita mesti cari bukunya!"

Aji pun berjalan menuju kamar Raskha, ia membuka kamar Raskha. Kamarnya tidak terkunci sama sekali, memudahkan Aji untuk masuk kedalam.

Ia langsung mencari buku yang di maksud Raskha. Aji mulai mencari dari rak buku hingga lemari pakaian. Namun nihil, Ia tidak menemukan apa-apa.

Aji menatap Raskha yang sedang mengamati kamarnya "Bang, coba deh ingat-ingat lagi. Dimana terakhir kali lo taruh bukunya."

"Coba lo cari di kolong meja, Ji"

Aji pun menurut, Ia lalu mencari buku tersebut di tumpukan buku. Ia mencari buku yang bersampul warna kuning, buku itu harus Aji serahkan pada Bunda.

"Udah ketemu?" Tanya Raskha penasaran

"Udah kok.."

"Nah bagus! Nanti kasih bukunya ke Bunda, bilang ke Bunda kalau Raskha gak kemana-mana. Raskha selalu ada dihati Bunda, terus kalau Bunda kangen Raskha suruh Bunda nulis aja ke buku ini." Ucap Raskha dengan antusias namun berbeda dengan Aji yang terlihat begitu murung.

Mungkin setelah ini Raskha tidak akan muncul sesering dulu atau mungkin tidak akan muncul sama sekali.

Dan itu membuat Aji merasakan sedih yang mendalam, Ia baru saja mempunyai sosok seorang kakak namun sosok itu telah pergi lebih dulu.

"Bang.." Panggil Aji dengan suara lirih membuat Raskha heran

"Kenapa Ji??"

"Andai aja kita beneran saudara, gue... Gue bakalan jadi orang yang paling bahagia disini.."

"Paling bahagia kalau gue dan ayah juga sehat.. Tapi kalau situasinya kayak gini kayaknya lo juga bakalan sama aja kayak Bunda.."

Raskha menatap Aji yang tengah menangis "Jangan nangis, lo jelek!"

Ejekan itu membuat tangisan Aji semakin menjadi.

"Udah, udahh.. Jangan nangis.. Pada akhirnya lo juga beruntung ketemu abang dan bunda.."

"Kita mungkin gak punya aliran darah yang sama, tapi kasih dan sayang lo terhadap bunda aja udah bikin gue bahagia dengan hadirnya lo disini."

"Lo lupa ya? Di pertemuan pertama kita gue bahkan udah bilang kalo lo mending jadi anaknya bunda aja tapi lo nolak."

"Gue sayang sama lo, Bang.."

"Gue pun! Gue juga sayang sama lo Dek.."

Keduanya tersenyum, masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi. Aji yang tidak menyangka bisa mempunyai keluarga dan Raskha yang tidak menyangka bisa menemukan Aji dan menjadikan Aji sebagai saudaranya.

Meski tidak bisa saling memeluk, hanya dengan menatap dan tersenyum saja itu sudah cukup bagi mereka.

"Dek.."

"Gue titip kamar ini sama lo ya? Mau gimana pun, kamar ini saksi perjuangan hidup gue buat sembuh, tempat keluh kesah gue selama ini. Tempat yang selalu buat gue nangis sendirian, buat Bunda nangis juga. Tempat ini, meski buat gue sakit tapi ini tempat terbaik gue." Ucap Raskha seraya mengelilingi kamarnya

"Meskipun nanti gue bakalan lupa akan semua ini. Tolong jagain Bunda, Bunda itu Bunda terbaik yang pernah gue punya. Gue bersyukur jadi anak Ayah dan Bunda, gue juga bersyukur ketemu sama Lo. Gue bahagia, dan rasanya itu aja udah cukup buat gue. Setelah ini, setelah Bunda ikhlasin gue. Gue bakalan pergi dengan tenang, maka dari itu gue titip semuanya sama lo ya?"

Aji menatap Raskha dengan air mata yang sudah tidak terbendung lagi, Aji tidak berniat untuk menyekanya.

"Lo harus bahagia disana, Bang. Gue janji buat jagain Bunda dan kamar ini. Lo gak perlu khawatir lagi"

🍃🍃🍃

Sandra masuk ke kamarnya dengan langkah gontai. Ucapan Wulan masih terngiang-ngiang di pikirannya.

"Kamu mau sampai kapan kayak gini terus, Mbak? Gak kasihan sama Akha disana? Perjalanannya pasti berat karena kamu belum ikhlasin dia. Jangan kayak gini, Mbak. Ayok ikhlasin Akha, biarin Akha pergi dengan tenang.."

"Bunda buat Akha susah untuk pulang ya? Bunda minta maaf, Akha.."

"Bunda.. Minta maaf..."

Sandra pun menangis tersedu, Ia teringat ketika Raskha masih bayi hingga dewasa. Perjalanan hidup Raskha sudah berat, penuh kesakitan sekarang ketika Raskha berpulang Ia juga memberatkan langkah Raskha untuk pulang ke tempat terbaiknya.

"Bunda.. Tidak berguna.."

Tokk~ Tokkk~ Tokk~

"Iya sebentar" Ucapnya dengan suara parau

Sandra pun membuka pintunya "Ada apa, Aji?"

Aji melihat mata sembab Sandra lagi, sudah beberapa hari ini sepertinya Sandra banyak menangis.

"Bunda udah makan malam?"

"Belum, Nak. Kamu kalau mau makan duluan aja."

"Kalau gitu Aji tunggu Bunda aja, nanti kalau Bunda udah merasa lebih baik. Kita makan ya?"

"Aji, maaf.." Tangis Sandra akhirnya pecah lagi.

Sandra duduk di tepian kasurnya, Ia menangis lagi.

"Bunda jahat sekali.."

"Bunda menghalangi perginya Akha, Bunda memperberat langkah Akha.. Bunda.."

"Aji tau, Bunda butuh waktu. Gak apa-apa Bun, tapi Bunda juga harus tau kalau begini terus juga kasihan Bun. Jadi, Bunda harus ikhlasin.."

"Ikhlasin ya Bun? Pelan-pelan juga gak apa-apa.."

To be continued..

Short story ini satu part lagi bakalan end dan ga ada epilog💛

Tungguin terus yaaa besok aku up lagi~

See youuu😍💛

See youuu😍💛

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



  


𝚁𝙰𝚂𝙺𝙷𝙰𝙹𝙸 ✔Where stories live. Discover now