29. Don't Go

18 4 0
                                    

❛❛Meski gue benci lo, lo tetep anggap gue temen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❛❛Meski gue benci lo, lo tetep anggap gue temen. Selama masih hidup, lo mau tetep ada di samping gue❜❜
❀•°•════ஓ๑♡๑ஓ════•°•❀


"Ma! Yuna pulang!"

Gadis dengan baju seragamnya itu membuka pintu rumahnya. Membuka sepatunya setelah itu menaruh benda itu ke tempatnya. Di ruang tengah dia melihat ibunya sedang menelepon seseorang.

"Saya bakal balikin sebentar lagi, saya janji."

Yuna menghampiri sang ibu dengan gerakan pelan. Wajahnya juga berubah ketika ia mendengar sepenggal kalimat dari mulut ibunya. Hal itu membuatnya kecewa.

"Mama minjem uang lagi?" Tanya Yuna.

Padahal, jika tidak bertanya pun gadis itu sudah tahu jawaban dari ibunya.

Wanita di depannya tidak membalas pertanyaan Yuna, ia malah menatap Yuna sembari memegang tangan anaknya. Ibunya tersenyum.

"Bukannya kemarin kamu gajian? Mama pinjam dulu, ya? 300 aja." Ibunya itu berkata.

Yuna menghela napasnya. Dengan perlahan, tanpa berniat menyakiti dan bertingkah kasar, Yuna menurunkan tangan ibunya. Walaupun di dalam hatinya dia sangat ingin marah.

"Uang Yuna abis dipake beli aksesoris hape, ongkos, sama traktir temen. Aku juga udah bilang mama jangan minjem uang lagi kalo gak bisa bayar. Toh, aku gak apa-apa kok mama kerja di luar kota. Di rumah juga aku jarang."

"Nak, 300 aja, ya? Mama mohon, ini terakhir kali. Itu juga mama minjem buat biaya sekolah kamu."

Yuna tak langsung menjawabnya. Ia menahan amarahnya dengan memejamkan mata. Setelah itu, ia berbalik berniat ingin mengganti pakaiannya di kamar.

"Dari awal aku gak mau sekolah di situ. Aku terlalu miskin buat jadi orang pinter disana." Ujar Yuna sembari mengambil langkah.

"Mama maunya aku bisa akrab sama Ryujin, tapi mama malah dorong aku ke jurang. Kalo Ryujin tau aku saudaranya percuma aja kalo ayahnya itu gak nganggap aku."

Brak!

Sehabis menutup pintu itu dengan cukup kencang, Yuna menaruh tasnya sembarangan, menarik blazer yang ia pakai hingga terlepas dan membuangnya sembarangan lagi. Yuna menurunkan badannya, terduduk di lantai sambil bersandar di balik pintu. Pipinya sudah mulai basah karena air yang keluar dari kedua matanya.

"Apa kita pindah aja?" Yuna mendengar suara dari luar.

"Mama udah gila? Zaman sekarang kalo mau keluar sekolah juga harus bayar." Ujar Yuna.

Keduanya terdiam. Mulutnya yang terdiam, tetapi tidak dengan pikirannya. Ibunya, sebenarnya ia malu ketika anaknya mengetahui ia berhutang apalagi ia meminta uang pada anaknya sendiri. Beberapa kali ia memutarkan otaknya untuk mencari jalan untuk keluar dari kesengsaraan ini.

It's Okay! Where stories live. Discover now