Part 2

14.2K 641 8
                                    

Dukk

"Auhh!"

Deo menoleh ke belakang saat merasa seseorang telah memukul tengkuknya cukup keras, ia menahan umpatannya saat melihat Leon berdiri di belakangnya sambil menatap dirinya datar kemudian tatapan cowok itu beralih menatap teman-temannya yang lain dengan pandangan yang sama.

"L-leon?"

Leon menatap sinis Janu yang memanggilnya lirih kemudian menunduk, Galen yang melihat tatapan Leon seketika menghela nafas panjang.

"Gue udah ratusan kali coba nelfon Lo tapi Lo gak angkat Yon" ucap Galen mencoba membuat Leon mengerti.

Leon tidak menjawab ia hanya berlalu kemudian melewati teman-temannya dan duduk di kursinya. Leon duduk bersama Ivan dan yahh tentu saja mereka duduk di bangku pojok paling belakang. Leon mengeluarkan ponselnya kemudian mengutak-atiknya, seketika alisnya menyerit saat melihat pesan dari nomor tidak dikenal yang masuk ke ponselnya.

"Kenapa Yon?" Tanya Deo saat menyadari perubahan ekspresi wajah Leon.

"Tau, gak jelas nih orang" jawab Leon sambil menatap malas pesan masuk di ponselnya itu.

Deo yang penasaran seketika melirik ponsel Leon yang memang terdapat satu pesan singkat disana.

Kita harus bicara, ini penting!

"Siapa yang ngirim ya? Apa jangan-jangan itu pesan teror Yon?!"

Dukk!

Lagi-lagi satu pukulan mendarat di kepala Deo, cowok berpipi chubby itu segera menatap tajam cowok lainnya yang baru saja memukulnya. "Apaan sih Lo!"

"Lo bodoh apa gimana? Coba deh Lo pikir, siapa kira-kira yang berani neror seorang Leon?" Ucap Ivan orang yang baru saja memukul kepala Deo.

Deo berpikir sejenak, benar juga ya apa kata Ivan, tapi menurutnya cowok itu kan bisa bilang baik-baik kepadanya tidak perlu memukulnya segala. Perasaan Deo dia sangat sering mendapatkan tampolan dari teman-temannya itu, dan hal itu yang membuat wajahnya menjadi merah karena kesal.

"Ya iya sih! Tapi kan gak perlu pake nampol gue segala! Kalau gue geger otak gimana?!"

"Lebih bagus sih, supaya yang cerewet ilang dan yang suka ngerengek gak ada lagi" ucap Janu dengan santai.

"Lo-"

"Kalian ada yang pernah liat Livy?"

Pertanyaan Leon itu membuat kata-kata Deo terpotong, seketika semua pandangan yang awalnya menata Deo yang tujuan menonton cowok itu marah-marah berubah beralih menatap Leon dengan wajah bertanya.

"Gak Yon, kenapa emangnya nanyain dia? Bukannya kalian udah gak kontakan lama ya?"

"Semalem dia nelfon gue"

"Terus kenapa Lo nanya kita kalau Lo udah di telfon sama dia?"

"Gue blok nomornya"

"Si dodol, di blok tapi akhirnya nanyain juga"

"Lo ngatain gue dodol?" Tanya Leon sambil menatap Deo datar.

"Engga! Engga! Yon, gue gak ngatain Lo sumpah! Refleks tadi hehehe" ucap Deo sambil mengangkat dua jarinya berbentuk V sambil nyengir kepada Leon.

•••

"Ke apartemen Lo kan Yon?"

"Hmm"

"Oke! Ccuss!" Dengan semangat Deo berjalan mendahului teman-temannya, ia berjalan ke arah parkiran motor dengan riang dan senyum penuh yang memenuhi bibirnya. Memang di antara teman-teman Leon yang lain, Deo adalah yang paling kekanak-kanakan dan sangat suka jika ia main ke apart Leon.

DaimmerWhere stories live. Discover now