Part 31

5.6K 242 1
                                    

Leon menutup matanya ketika melihat suster pergi dengan dua kantong darah miliknya, rasanya cukup lega saat dirinya bisa menyelamatkan Aini dengan darah itu, meski sekarang rasanya kepalanya pusing tapi tidak apa-apa asalkan Aini bisa segera sembuh, ia rela.

"Leon"

Mata Leon kembali terbuka saat mendengar suara mamanya masuk ke indra pendengarannya.

"Mama?"

"Gimana keadaan kamu nak?" Tanya Kyra dengan tatapan sendu menatap Leon.

"Leon baik-baik aja mah, mama dari mana?"

"Mama abis dari ruangan papa kamu"

Mendengar ucapan mamanya raut wajah Leon langsung berubah datar, mendengar kata papa membuat Leon kembali mengingat apa yang terjadi pada Aini.

"Yon, mama tau ini sulit untuk kamu tapi kamu jangan terlalu benci sama papa ya? Mama tau dia salah, tapi terlepas dari semua ini dia sebenarnya sayang sama kamu nak" ucap Kyra mencoba membuat Leon mengerti, Leon mengalihkan pandangannya ke arah Kyra dan menatap mamanya itu dengan tatapan tak percaya.

"Dia sayang sama Leon? Gak ada orang yang ekspresiin rasa sayangnya dengan cara kayak gini mah" ucap Leon datar.

"Sebenarnya papa mau kamu kembali ke keluarga kita Yon, sayangnya cara dia buat kamu kembali salah, di pikiran dia kalau Aini di pisahin sama kamu itu bisa buat kamu kembali. Dia berniat membawa Aini ke pantai asuhan" ucap Kyra dengan suara melirih di akhir kalimat.

"Dia mau buang Aini?" Tanya Leon sambil terkekeh tetapi pandangannya memancarkan aura dingin.

"Apa belum cukup dia buang Leon dulu? Sekarang dia mau buang anak Leon?" Tatapan Leon beralih menatap mamanya yang sudah menatapnya bersalah akibat ucapan Leon tadi.

"Apa hobi papa emang buang orang mah? Kenapa dia seolah menganggap kami ini barang? Dia buang kami di saat dia nganggep kami gak berguna dan nyusahin terus dia kembali mungut kami kalau dia butuh. Apa setidak berharga itu kami di mata papa mah?"

"Enggak, enggak sayang, papa gak gitu hiks kamu jangan ngomong gitu Yon, kamu anak mama sama papa satu satunya dan kami menyayangi kamu tulus sayang hiks" Kyra memeluk Leon sambil menggeleng keras menolak apa yang diucapkan anaknya itu. Rasanya sakit saat mendengar ucapan Leon tadi, apa itu berarti mereka gagal menjadi orang tua?

"Bisa mama keluar? Leon mau istirahat sebentar"

Kyra melepaskan pelukannya dan menetap Leon dengan tatapan sendu, dengan berat hati ia mengangguk sebab merasa Leon memang butuh istirahat.

***

Di ruangan Aini saat ini sedang ada Siren dan teman-teman Leon, Tio dan Andi kembali ke markas setelah memastikan keadaan Aini sudah baik-baik saja, begitupun dengan Vika dan Elin. Siren duduk di dekat ranjang Aini sambil memperhatikan anak itu yang masih tertidur. Aini sudah melewati masa kritisnya, ia juga sudah sadar beberapa saat lalu tetapi kemudian tertidur karena obat yang di berikan oleh dokter. Leon belum kembali sejak ia ikut bersama dokter untuk mendonorkan darah untuk Aini, dokter mengatakan jika Leon sedang istirahat untuk pemulihan.

Tangan Siren terangkat untuk menyentuh pipi Aini dan mengelus pelan pipi anak itu, senyum kecil Siren terbit saat melihat wajah damai Aini yang sedang tertidur. Siren salut dengan Aini, anak itu sudah di latih kuat dari umurnya yang masih sekecil ini, Siren tau tidak mudah di posisi anak itu.

Siren membungkukkan badannya sedikit hingga kini wajahnya tepat di sebelah telinga Aini.

"Kalau aku beneran di izinin tuhan jadi jodoh papa kamu, aku janji bakal berusaha jadi ibu yang baik dan sayang sama kamu" bisik Siren kemudian mengecup singkat kepala Aini yang masih terlilit perban.

DaimmerWhere stories live. Discover now