⸙07 . Sandikala-Surya

1.4K 332 35
                                    

⸙07》Tentang Bagaimana takdir memisahkan dan mempertemukan ✎... ΉΣƧΛ 1975

➳〔 Yogyakarta 1981 - 〕࿐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳〔 Yogyakarta 1981 - 〕࿐

Pagi ini mentari benar-benar terik, menyinari setiap sudut bumi ditambah lagi riuhnya suasana kesibukan para massa menjalani aktivitas mereka masing-masing. Belum lagi bau nasi uduk yang dijual disekitar sana, benar-benar membikin perut keroncongan. Lupa kan tentang nasi uduk dan lauk-pauk, lihat lah seorang pria parubaya kelahiran Bandung yang kini berlari-lari bersama tas kantor dilengan kanannya dan arloji perak dipergelangan kirinya. Tubuhnya tinggi semampai, berbahu tegap, serta wajah rupawan---menjadikan ia pria dewasa yang nampak sempurna dari segala sudut pandang.

Pagi yang terik serta penuh polusi ini membuat hatinya gusar belum lagi dia harus berjalan ke kantornya dengan kedua kaki, sebab kendaran pribadi beroda empat miliknya tiba-tiba saja mogok di perjalanan, karena jarak tempu pada tujuan tidak jauh lagi ia memutuskan untuk berjalan saja. Ini bukan pertama kalinya ia ke Yogyakarta, namun sudah hampir dua belas tahun ia tidak berkunjung ketanah nan indah ini.

Setelah tragedi kelam beberapa tahun lalu baru kali ini ia dapat bernafas lega, menghirup sedikit udara yang dapat menopang hidupnya sampai saat ini. Fokus nya kembali teralihkan saat arloji dilengan kirinya terus terpacu berdetak, dia tidak punya banyak waktu. Dua tungkai jenjangnya meraih langkah besar serta cepat dan dia tidak sadar bahwa seseorang juga berlari berlawanan arah dengannya, orang itu pria juga hanya saja usianya jauh lebih muda darinya.

Saling masing-masing sibuk berlari sampai tak sadar bahwa mereka berdua akan bertabrakan, remaja itu meringis saat koper kulit milik pria ini membentur lengan kirinya namun, pria itu mengabaikannya. Setelahnya ia mendengar samar-samar anak itu memanggilnya tapi waktunya kini lebih penting daripada meladeni anak itu.

"Pak dompet nya!!"

Pemuda ini berlari menyusul namun, dia kini benar-benar sudah tak sanggup lagi berlari. Perlahan kedua tangannya membuka isi dompet tebal itu, matanya membulat saat mendapati sebuah benda mati didalamnya---tenang itu bukan uang---pemuda ini tidak seserakah itu sampai harus terkesima hanya karna uang, dia begini itu karna satu pas foto kuno sekitar tahun 1971-an menampakkan rupa seorang anak laki-laki tengah tersenyum manis nampak begitu bahagia.

Dan jelas saja rupa itu tidak asing dibenaknya, hingga otaknya berspekulasi apakah pria pemilik dompet ini punya hubungan dengan...

"Sedrat?!"

Seperti rasa lelahnya telah ditelan foto tadi, kini ia kembali berlari mengambil arah balik. Menuju seorang anak berprofesi sebagai pemulung itu.

***

"Sedrat!!!"

"Sedrat!!!"

Nafas pemuda ini terengah-engah sesaat setelah ia berhasil meraih tiang penyanggah pelataran rumah neneknya, mendapati seorang anak tengah bersiap-siap berangkat kerja. Anak yang ia sapa sebagai Sedrat itu kini nampak terkejut, bingung sekaligus khawatir melihat sang kakak bernama lengkap Hesa Dinandar Djaya Karna itu terengah-engah bak ikan tengah menapaki daratan.

HESA 1975 | Lee Heeseung ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang