⸙10 . Sedikit Perihal Wiarjuna

1.3K 292 52
                                    

⸙10》ini lah titik dimana kamu harus sadar bahwa standar kebahagian orang itu berbeda-beda ✎... ΉΣƧΛ 1975

➳〔 Yogyakarta 1981 - 〕࿐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳〔 Yogyakarta 1981 - 〕࿐

"Ayolah cepat, bang Jaka!. Aku nanti telat ini!" Seorang pemuda jangkung, yang kurang lebih berumur 12 tahun itu kini sedang merutuki kakak sepupunya yang lamban itu.

Sedangkan yang dipanggil kini hanya bisa cengar-cengir sesaat setelah ia mencium telapak tangan sang ibunda, "iya, Restu. Sabar!"

Keduanya pun memasuki mobil pribadi, lalu melaju cepat kearah tujuan...

"Belajar yang rajin, jangan coba-coba untuk bolos lagi atau aku akan adukan kamu pada tuan Djahja" itu adalah ancaman dari kakak sepupunya saat mereka kini telah sampai dipelataran sekolah.

"Iya, iya. Berisik sekali kau" Restu pun mengambil tas punggungnya lalu beranjak keluar dari mobil.

"Eh, kau tidak salam dulu dengan ku?" Langkah Restu kembali terhenti, kemudian menghadap kebelakang melihat kakaknya itu dari dalam mobil.

"Nama ku Restu, jadi aku tidak perlu restu dari mu" dia akhirnya tuntas pergi memasuki sekolah sedangkan kakaknya tertawa singkat melihat perawakan adiknya itu.

***

Setelah kehilangan uangnya, untung saja Hesa kali ini mendapatkan pekerjaan. Namun, seperti biasa pekerjaan itu tidak tetap, besok dia harus memutar otak lagi demi sesuap nasi.

"Bekerja lah dengan benar dan cepat, waktu kita tidak banyak" salah satu karyawan tetap memperingati Hesa.

"Baik mas" setelahnya Hesa mengangguk.

Cukup banyak barang yang ia angkut hari ini. Namun, nampaknya kinerja Hesa hari ini sangat lemah tubuhnya terasa sakit semua terutama pada bagian bahu yang selalu ia jadikan penopang demi mengangkat berbagai macam barang-barang berat. Dia harap semoga ini cepat selesai...

Selang beberapa menit kemudian sebuah mobil hitam terpakir disebrang jalan dari tempat Hesa bekerja, seorang pemuda turun dari sana seraya merapikan jasnya dan Hesa melihatnya dari seberang jalan. Melihat betapa tampannya pemuda itu dan betapa rapi dandanannya, sesaat ia berfikir bukankah enak hidup seperti dia? Lihatlah pasang sorot mata tertuju padanya, semua orang menghormatinya, semua orang baik padanya hingga tidak ada lagi yang bersinar selain pemuda itu.

Kemudian Hesa melihat kearah dirinya sendiri, berdiri dibahu jalan sebagai pekerja harian dengan baju lusuh berantakan, bau badan yang menyengat, dan wajah penuh peluh. Perbandingan yang sangat terbalik dengan pemuda itu. Jika pemuda itu adalah mahkotanya maka dia hanyalah sendal jepit yang kehilangan pasangannya, tidak berguna.

Cukup lama melamun, seorang karyawan datang menghampiri Hesa, "hey!, ayo cepat kerja!" Pria itu menyenggol bahu Hesa.

"I-iya mas"

HESA 1975 | Lee Heeseung ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang