⸙17 . Aksara Cinta Berbicara

851 193 57
                                    

⸙17》Sejuta afeksi untuk nona mentari, yang sukanya bersembunyi ✎... ΉΣƧΛ 1975

➳〔 Yogyakarta 1985 - 〕࿐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳〔 Yogyakarta 1985 - 〕࿐

Langit kian menggelap karna sang senja sudah benar-benar menghilang. Disaat semua orang pulang, pemuda ini masih saja berlari-larian kesana-kemari. Tak henti ia mencari kemana nona pergi.

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" Tanyanya dalam hati kecilnya.

Bentangan awan diatas sana menggelap bersamaan dengan gemuruh petir dasyat diatas sana. Pemuda itu spontan medongak keatas, melihat rintik-rintik hujan yang sebentar lagi akan menerjang. Tiada tempat berteduh untuknya, jadi basah kuyup lah dia. Karna putus asa dan tak tau lagi harus kemana akhirnya dia memilih pulang saja.

"Aku harap nona baik-baik saja" begitu pesannya pada sang taman dimana nona menghilang.

Hujan melanda Jogja kian deras saja, Jaka menunggu diteras rumah kemana kakaknya tak pulang-pulang. Restu pun datang menghampirinya dengan membawa segelas teh hangat.

"Masuk lah dulu bang, hujan terlalu deras nanti kau masuk angin lagi" ajak Restu seraya duduk disamping Jaka.

"Tidak perlu, ini hanya hujan aku tidak akan kenapa-kenapa" sangkalnya yang kian terus menatap kearah jalan.

"Ini teh untuk mu, setidaknya bisa menghangatkan tubuh mu" Jaka menoleh mendapati secangkir teh hangat di atas meja.

"Terimakasih" ujarnya dengan senyum manis.

"Kalau begitu Restu masuk dulu, ada tugas kuliah yang harus dikerjakan" Jaka mengangguk iya dan Restu pamit dari sana.

Setelahnya Jaka kembali melihat kearah jalan, tanpa berfikir untuk meminum teh dari Restu. Berselang beberapa menit terdengar suara kendaraan dari arah gerbang, netra Jaka menilik jauh kesana dan mendapati Hesa yang basah kuyup bersama motor kesayangannya.

"Kak Hesa" panggilnya saat kini Hesa sudah berteduh diteras rumah.

Dibawanya lah Hesa untuk duduk dikursi itu, begitu khawatir Jaka melihat penampilan kakaknya yang sudah seharian tak pulang, seluruh badan basah kuyup, baju lusuh, badan menggigil, bibir yang pucat sampai kuku jari jemari pun ikut pucat. Jaka kian berlari kedalam rumah berniat membawakan handuk untuk Hesa.

"Dari mana saja kak Hesa?, apa yang terjadi pada mu?" Tanyanya khawatir saat kini sudah kembali dengan handuk ditangannya.

Lalu Hesa membalut dirinya dengan handuk, "te-terimakasih" nada bicaranya pun sampai bergetar saking memgigilnya.

"Ini minum lah dahulu" tawar Jaka, ia menawarkan secangkir teh yang harusnya menjadi miliknya.

Pemuda itu menerimanya dengan batuan Jaka sebab badan sudah kepalang bergetar hebat. "Mengapa kak Hesa bisa begini?" Tanya Jaka lagi.

"Ti-tidak ada. Aku hanya kehujanan kan" ucapnya dengan tenang seolah tiada beban ditambah dengan senyuman di bibir pucatnya.

"Lagian pula dari mana saja kakak seharian tak pulang?"

HESA 1975 | Lee Heeseung ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang