14

2.4K 328 170
                                    

Rayhan Bayik
Juan gak usah jemput
Gue pake ojol ke rumah lo

Lah?
Kok?

Gue udah balik hehe

Udah di ojol?

Belum
Baru mau pesen

Gue masih kelas
Masih sejam lagi
Kelamaan gak?

Nggak
Nanti gue tunggu di minimart
depan ya
Lo kesitu aja

Oh yaudah
Hati hati cil

Siap

Harusnya Juan bisa tenang, tapi kalau melihat keluar, langit sedang mendung-mendungnya. Takutnya hujan. Takut Juan kejebak hujan jadi tidak bisa pulang, dan Rayhan gabut di Minimart depan kompleknya.

Semoga saja hujannya masih nanti waktu Juan dan Rayhan sudah di rumah. Deras sekalian juga tidak masalah asal jangan banjir saja. Habis memang belakangan ini cuaca terik terus, panas, takutnya sekalinya hujan langsumg deras tidak mau berhenti sampai banjir.

Kan sama kayak manusia, kalau kebanyakan ketawa, kebanyakan senang-senang, nanti ada saja hal tang bikin nangis sampai susah berhenti. Kabanyakan sih kayak gitu. Wajar sih, namanya hidup kadang di atas kadang di bawah. Masa mau senang terus? Sekali-kali sedih lah biar paham bersyukur saat dikasih nikmat tuh gimana.

Waktu Juan keluar kelas, langit makin gelap. Selagi belum hujan Juan langsung terobos jalan. Untung Juan nemu jalan alternatif alias jalan tikus untuk sampai di kompleknya lebih cepat. Meski harus lewat perkampungan sih. Kan di belakang komplek Juan memang masih ada kampung-kampung gitu. Tapi kampungnya tertata kok, asri juga. Bukan yang kumuh gitu.

Nah keluar dari sana gerimis mulai turun, Juan makin ngebut jemput Rayhan, ya tetap sih, keujanan. Untung Juan tidak bawa laptop. Jadi aman. Paling sweater kesayangannya saja jadi basah dan besok tidak bisa dipakai.

Rayhan lagi duduk sendirian waktu Juan tiba. Ia langsung lari menghampiri dan motor melaju tanpa Rayhan pakai helm dulu, hanya kupluk jaketnya. Baru Juan belok ke gang rumahnya, hujan langsung deras, amat deras. Walhasil ya... basah kuyub juga dua-duanya.

Rayhan cekikikan, lari-lari ke teras sementara Juan masih harus nutup pagar. Untung ada kanopi, kalau tidak makin kuyub saja Juan.

"Langsung mandi ini mah.. basah banget gue."

Rayhan masih cengar-cengir, buka kupluk dan menujukan pada Juan kalau kepalanya benar-benar kering.

"Ah curang.. jaket lo tebel sih. Tapi tetep mandi deh saran gue, nanti masuk angin malah panjang urusannya."

"Oke.."

"Langsung ke atas sana."

"Okee~" sahut Rayhan panjang, lari berjingkat menaiki anak tangga.

Juan masih harus ke belakang, memastikan dua kelinci yang dulu beli saat family gathering itu aman di halaman kecil di sebelah dapur. Masalahnya hujan langsung turun kesana, tapi kelinci-kelincinya pintar kok langsung masuk rumahnya.

Sebenarnya kandang dan tempat main dua kelinci peliharaan bapaknya itu ada di atas, ada rumahnya dan kelincinya juga dibebaskan main disana. Meski jadinya harus bikin palang biar tidak ke daerah mesin cuci sih. Sementara dipindah ke sebelah dapur karena cuaca belakangan ini terik menengat. Di atas juga ada kanopi, tapi ya tetap, kasihan saja kepanasan.

"Han, bajunya nanti ambil aja ya. Gue mau mandi di bawah."

"Oke Juan."

Keduanya butuh mandi setelah kehujanan. Kalau dingin-dingin gini enaknya makan mi rebus pakai telor setengah matang, bisa tambah sawi sih sama daun bawang, tapi kayaknya Juan gak punya sawi. Ganti timun saja. Enak juga kok. Tapi pasti Rayhan tidak mau. Mana kalau makan telur harus benar-benar matang. Kalau tidak, nanti micu alergi, bisa-bisa kulitnya merah-merah lagi.

Hanjuan (BL 19+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang