15

2.5K 316 76
                                    

Juan melirik handphone di meja menyala, panggilan dari rumah lagi-lagi masuk dan yang dipanggil tidak mau jawab. Ia cuma jalan bolak-balik, bukannya malah duduk, memeluk Rayhan karena mungkin itu yang dibutuhkan.

Namun Rayhan juga diam, duduk menunduk mengompres pipinya yang sakit bekas tamparan dan cengkraman Harsa. Ia mengabaikan telpon orangtuanya, masih belum mau pulang karena Rayhan masih mau tenang.

"Dia pernah kayak gitu terus lo baru speak up sekarang?"

"Orang mana ada yang mau percaya gue? Kalo gue speak up, gue lagi yang disalahin karena gue gay."

"Han!"

"Tapi videonya udah kuat banget buat bikin Harsa jauh dari gue, Juan."

"Ya. Gue percaya sama satu itu, tapi Han, lo kenapa gak pernah cerita kalo Harsa pernah berkali-kali nyoba nyium lo?"

"Karena gak bener-bener ciuman."

"Astaga Rayhan! Itu tetep aja pelecehan lo paham kan?!"

Rayhan menunduk lagi, "Gue paham Juan."

Juan sampai mengacak-acak rambutnya sendiri karena pusing, tidak tau lagi gimana harus bersikap dengan masalah ini. Ia marah, kesal, mau balas menghajar Harsa tapi ada Rayhan yang punya alasan kenapa ia tidak pernah cerita pada keluarganya ketika Harsa sudah keterlalun sejak lama.

Mondar-mandirnya disudahi, Juan buang napasnya dengan kasar. Melenggak duduk di sofa sebelah Rayhan. Merampas handuk kecil yang Rayhan pakai untuk mengompres pipi. Masih lumayan merah, pasti tamparannya keras.

"Ada luka?"

"Nggak."

"Yang sakit mana lagi?"

"Kepala sama punggung gue bekas jatoh tadi udah gak begitu sakit kok."

Juan tarik napasnya dalam, dibuang perlahan sambil tidak berhenti mengompres pipi Rayhan. "Dia nyium lo?"

"Hm."

"Kena?"

Rayhan mengangguk, "Gue coba ngehindar tapi dia kuat banget."

"Sorry."

"Kenapa jadi lo yang minta maaf?"

"Gue cuma gak tau lagi harus ngomong apa. Lo nih selalu ada diposisi kayak gini. Sumpah gue marah Han, gue mau bales mereka. Lo pasti kesakitan, cuma lo kebiasa sok kuat gini."

"Gimana kalo gue emang kuat?"

"Iya, gue yakin lo emang kuat. Tapi Han, lo boleh gak sok kuat, sama gue. Lo mau nangis, lo mau misuh, terserah Han."

"Hmm.." Rayhan menunduk, tapi kepalanya lekas ditahan Juan untuk kembali tegak, kembali menatap Juan.

"Sakit kan?"

Ya. Jawabannya sudah pasti sakit. Rayhan mengangguk kaku, matanya panas, tangannya mengepal kuat. Cepat ia lesatkan tangannya ke punggung Juan, memeluk, menangis tanpa suara. Rayhan rasakan Juan juga balas memeluknya, mengelusi punggungnya yang sakit bekas jatuh di trotoar.

"Gue gak cacat Juan."

"Iya."

"Harsa salah tentang lo. Dia cuma sok tau, dia cuma gak bisa terima karena gue lebih percaya sama lo dibanding sama dia. Harsa gak kenal lo, Harsa juga gak kenal gue."

"Dia cemburu Han."

"Kita sepupuan. Gue gak pernah suka sama Harsa. Lo percaya kan? Sekali pun ada orang yang pertama kali gue suka, itu bukan Harsa, Juan. Bukan dia. Dulu gue nganggap dia cuma kakak aja, gak lebih."

Hanjuan (BL 19+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang