21

2.4K 308 106
                                    

Juan dijelaskan secara mendetail tentang interseks dan hal-hal yang membuat Rayhan hamil. Pokoknya benar-benar dijelaskan sampa Juan paham sepenuhnya. Rayhan cuma diam, dokternya yang bicara dan sesekali Juan yang bertanya.

Dari Rumah Sakit, Juan dan Rayhan langsung pulang. Tadinya memang mau ke rumah Rayhan, tapi Juan bilang ia belum siap untuk langsung bertemu orangtua Rayhan. Juan lebih ingin menemui bapaknya dulu, dan mengakui semuanya.

Juan dan Rayhan saling diam di rumah bukan berarti mereka sedang marah. Hanya masih sulit menerima kenyataan kalau laki-laki seperti Rayhan bisa hamil, untuk Juan terutama.

Rayhan hanya di teras atas main dengan kelinci-kelinci Hadi, sementara Juan di bawah, masak untuk malam. Pikirannya masih dipenuhi dengan pernyataan dokter tentang kehamilan Rayhan.

Jujur... Juan sudah bisa lebih tenang. Janin di rahim Rayhan benar anaknya. Rayhan bukan sedang ngaku-ngaku minta pertanggungjawaban Juan yang padahal aslinya anak orang lain. Bukan. Juan percaya Rayhan bukan orang yang seperti itu. Juan kenal Rayhan, dan Juan lah orang yang pertama kali bersenggama dengan Rayhan. Pun sebaliknya.

Pikiran Juan tentu masih kembali ke masa lalu. Sangsi sosial, tekanan, hujatan, semuanya seperti membunuh Juan perlahan. Juan harus kembali mengingat untuk apa ia melakulan terapi sejak kejadian itu. Jika sekarang Juan harus kembali menjalaninya, Juan siap. Asal Juan bisa mengubur masa lalunya dan hidup damai dengan dirinya sendiri, Rayhan, calon bayi dan orang-orang sekitar.

"Juan."

Kepalanya menoleh, melihat Rayhan baru turun dari anak tangga membawa tas dan jaketnya.

"Aku gak boleh pulang malem."

"Nanti gue anter pake mobil kok. Mau nginep juga gak papa."

"Aku gak bilang mau nginep." Rayhan menjeda, melangkah mendekat, berdiri di samping Juan. "Juan."

"Ya?"

"Bilang ke bapak kamu nanti gimana?"

"Gak tau.." ya benar kok gak tau. "Nanti paling gue jelasin aja apa yang dokternya bilang."

"Pasti takut ya..?"

"Hm." gerak Juan terhenti, ia membalikan badan menghadap Rayhan, "Waktu lo bilang ke orangtua lo, gimana?"

Matanya melirik, Rayhan diam menunduk tapi dan selalu gagal karena Juan menahan dagu Rayhan untuk kembali menatapnya. "Aku ngaku ke Mama dulu.. kamu tau, pas abis seks itu, besoknya aku order tespek, tapi ya negatif, pas aku baca katanya emang gak bakal langsung jadi. Aku cek tiap hari, tespeknya abis, aku beli lagi. Tapi masih negatif, aku pikir, aku gak bakal hamil, aku punya rahim doang tapi gak berfungsi gitu."

"Ooh, lo udah tuh udah sadar sadar ya? Udah takut bakal hamil makanya langsung beli tespek?"

"Iya." katanya lembut, mengangguk kaku. "Kan.. makanya aku takut banget Papa tau kalo aku gay tuh karena ini juga Juan. Karena aku interseks ini. Aku takut hamil.. aku takut Papa, aku takut kamu. Aku cek terus, negatif terus sampe tiba-tiba aku liat garisnya dua. Itu yang aku ngilang tiba-tiba."

Juan menarik senyum tipis, mengelusi pipi Rayhan. Cerita selanjutnya tinggal Juan ingat apa yang dikatakan dokter kandungan tadi, soal kenapa kehamilannya tidak terdeteksi di tespek. Karena katanya wajar. Apalagi ini kasusnya pada laki-laki yang... ya di luar akal sehat.

"Pas bilang Mama, aku gemeteran juga."

"Gue juga sebenernya takut... maksudnya, gue bingung gimana ngomong ke bokap."

"Aku bantu Juan... kan- kan aku yang cacat."

"Lo gak cacat Han.. Berhenti ngomong lo cacat segala macem, lo gak cacat. Lo cuma punya kelebihan. Ya?"

Hanjuan (BL 19+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now