Episode 15

6 2 1
                                    

Nyonya Berka tidak mengatakan apapun lagi pada mereka, meskipun Linju sempat memohon , namun wanita tua itu malah pergi begitu saja, menaiki rumah pohonnya, tanpa mengatakan apapun.

"Masukkan mereka ke dalam sangkar besi" Nona Flera menaiki tandu miliknya, kemudian beberapa pengawal mengetuk pelan tandu itu, dan otomatis sebuah sangkar besi muncul secara perlahan di sebelahnya. sebenarnya itu lebih mirip kandang dengan ukuran yang sangat besar.

"Kita mau dibawa kemana sih?" Dai dan Linju dimasukkan lebih dulu, mereka enggan berontak, karena tali yang melilit tangan mereka.

"Apa yang harus kita lakukan?" Loi meringis, ia sempat berusaha membuka tali itu, kini tangannya terasa perih karena terluka.

"Seharusnya kita bisa memikirkan dua kali perkataan Galam, ini perkampungan penyihir licik, seharusnya kita juga wanti-wanti" Bena menggeram marah pada salah satu pengawal Nona Flera, kepalanya terbentur disalah satu tiang besi.

Si pengawal menunduk, meminta maaf maksudnya, namun Bena keburu kesal. Mereka tidak bisa melihat wajah pengawal-pengawal itu karena mereka memakai semacam topeng, dengan berbagai design kepala hewan.

Tak menunggu lama mereka dibawa pergi, Linju menatap rumah Nyonya Berka, berharap wanita itu berpikir lagi untuk melepaskan mereka, namun tidak ada siapapun diatas sana. justru para tetangga yang memperhatikan mereka hingga menghilang di belokan jalan setapak.

Setelahnya, mereka memasuki hutan lebat, hutan di dunia pantas tak pantas sangat berbeda, sepanjang mata memandang hanya pohon-pohon dengan batang super tinggi menjulang, Linju membayangkan kalau pohon itu disandingkan dengan gedung pencakar langit, pasti akan sama tingginya .

tidak ada hewan,semak belukar, bahkan rumput. sehingga, pengintai pun akan mudah terlihat, kecuali kalau pengintai itu bertengger diatas puncak pohon, karena dedaunannya sangat lebat.

Mereka sama sekali tidak mengetahui kemana mereka akan dibawa pergi, Mereka saling diam, entah takut atau takjub.

"Heh pengawal aneh, kita mau dibawa kemana?" Bena memberanikan diri, mereka sudah dibawa hampir 30 menit.

"Bena, sudah jangan mencari gara-gara" Loi mengingatkan, mereka tidak mengenal orang-orang aneh ini, lagi pula secara kasarnya mereka sudah dijual.

"oh ayo lah, bukan kah ini dunia penyihir, kenapa cara mereka primitif sekali? pantat ku sakit sekali Loi." Keluh Bena, memang hanya dia yang sedari tadi berganti posisi duduk kesana kemari.

"Pemandangan disini juga sangat membosankan sejak tadi, hanya batang pohon" Linju ikut protes.

Namun tepat saat itu, mereka akhirnya keluar dari hutan aneh itu, disambut oleh sebuah danau berkerikil di depan mereka.

Mereka menatap takjub, karena danau itu mengeluarkan cahaya.

Tanpa mereka sadari, kotak besi itu perlahan-lahan melayang, si pengawal tetap mengangkat kotak besi itu, namun kini mereka melayang.

"Woww! keren!" Loi hendak memukul kepala Linju, ini bukan saatnya memuji keindahan dunia pantas tak pantas ini, mereka dalam bahaya.

"Kenapa mereka tidak melakukannya sejak tadi?" Dai akhirnya bersuara, setelah bermenit-menit diam - merasa bersalah karena teman-temannya kini dalam bahaya karena dirinya.

Hutan dengan batang tinggi itu berada dibawah mereka saat ini, jauh dibawah mereka. Bentang alam dunia pantas tak pantas mulai terlihat, dari atas sini, mereka bisa melihat pemukiman lain.

"Dunia ini membuat rasa takutku hilang seketika saking indahnya" Linju berkomentar, ia tidak berhenti tersenyum, berbeda dengan Loi yang wajahnya sangat cemas.

Alibhan Kingdom | The Wrong PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang