Episode 21

6 2 0
                                    

Mereka semua saling tatap, mahluk-mahluk yang tadinya terbang kesana kemari, kini menginjakkan kaki di tanah. mereka lebih senyap dari yang seharusnya.

"Kalian ini mahluk apa?" Dai menurunkan tangan, ia tidak ingin menyakiti siapapun.

"Bukankah, seharusnya pangeran sudah tau?" Kata Si Tua, yang wajahnya memang kelihatan jauh lebih tua daripada yang lain.

"Berhenti memanggilku pangeran" Dai mendekat, ia ingin tau wajah-wajah mereka lebih jelas.

"Tapi hanya seorang pangeran atau keturunan kerajaan asli yang bisa bicara pada kami" 

"Mereka sedang ngobrol?" Linju menatap Bena dan Loi bergantian. Rume tampak gelisah, ekornya terus-terusan bergoyang.

"Tenanglah Rume, kita akan baik-baik saja" Loi memeluk Rume yang berada di pelukannya, hewan itu menatapnya penuh rasa cemas, Loi merasakannya.

"Oh, bisakah kalian ini menerjamahkannya pada kami? Kalian berdua sama-sama bicara dengan hewan" Bena tidak terima, hanya ia dan Linju yang sepertinya tidak memiliki kekuatan khusus.

"Maaf Bena," Loi merasa tidak enak. "tapi aku sungguhan tidak tau, Dai dan puluhan mahluk itu sedang membicarakan apa"

Dai masih mencoba mencari tau informasi lain.

"Jadi kalian ini dikutuk oleh sang ratu?"

"Benar, mereka sangat mudah menyalahkan, sesungguhnya, kami tidak pernah merasa keberatan ketika di kutuk menjadi mahluk kotor atau buruk rupa, tapi, kami harus rela memakan sesama kami karena kutukan itu, itu sangat menyedihkan" Kata Si Tua yang lain.

"Dan Si Muda ini, adalah murid-murid dari perguruan sihir yang berbuat nakal, bukankah terlalu berlebihan mengutuk mereka seperti ini."

"Tapi apakah, ini akan berlaku selamanya? maksudku, kutukan yang terjadi pada kalian?" Dai menatap mereka satu persatu, tidak ada lagi wajah kelaparan dan menyeramkan, tapi mata mereka saling menunjukkan harapan.

"Hanya ketika kami bisa menemukan pasangan,sayangnya,kami semua laki-laki" Si Tua menunduk, sepertinya ia sangat putus asa.

Dai merasa iba, sepertinya ada hal yang bisa dilakukannya untuk menolong mereka semua dari kutukan.

"Kami akan pergi, dan aku akan mencoba mencari jalan keluar untuk kalian, aku berjanji" Dai menatap Si Tua yang sepertinya sangat mengharapkan hal itu benar-benar dilakukan oleh Dai, dan Dai memang akan melakukannya.

Si Tua mengangguk, dan mengantarkan mereka ke ujung hutan,

"Hati-hatilah pada penyihir licik pangeran, mereka yang bermata ungu, bisa dipastikan adalah penyihir licik" Si Tua hanya mengantarkan hingga di perbatasan, Dai mengangguk, melambaikan tangan pada mereka.

"Apa yang kalian bicarkaan selama itu? apakah sesuatu yang penting?" Linju yang penasaran langsung mengekor pada Dai.

"Eh? Kenapa tiba-tiba siang hari?" Loi menatap langit terik diatasanya.

"Penyihir bisa mengatur cuacanya sendiri Nona," Loi hampir lupa kalau pengawal-pengawal itu mengekor pada mereka juga, setelah tadi ketakutan seperti tikus kecil di dalam sana.

"Maksudmu mereka bisa mengendalikan cuaca?" Bena ikut berbincang.

"Lebih tepatnya, mereka bisa membuat cuaca di sekitar wilayah mereka sesuai dengan keinginan mereka, cuaca yang sebenarnya ada diatas cuaca yang disihir" Loi dan Bena mengangguk paham.

"Bisa kita istirahat lebih dulu, aku tiba-tiba merasa kurang baik" Dai terduduk di rerumputan, badannya bercucuran keringat.

Mereka menyetujuinya,

Alibhan Kingdom | The Wrong PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang