Penyelamat Yang Tidak Selamat

436 8 0
                                    

***

Satu tim penyelamat yang beranggotakan dua belas orang memutuskan untuk membagi dua tim mereka menjadi kelompok A dan kelompok B. Enam orang ke arah barat dan enam orang lagi ke arah timur, pembagian kelompok diharapkan dapat memudahkan pencarian.

Setelah kelompok terbagi, akhirnya mereka memutuskan untuk melangkah semakin jauh ke dalam hutan, sesekali bertemu binatang buas dan membunuhnya. Bahkan sudah banyak binatang buas yang tergeletak tak berdaya setelah terkena peluru dari senapan yang mereka bawa.

Suara-suara senapan mengusik indra pendengaran sang penghuni gua sehingga ia terbangun dari tidurnya dan mencari sumber suara yang mengganggu.

“Argh ... sial! Peluruku habis,” teriak Aldi lalu berlari ke arah yang lain untuk menarik perhatian binatang tersebut.

“Aaaa ....”Suara teriakan Aldi yang terdengar nyaring lalu kemudian menghilang membuat mereka melihat ke arah Aldi yang sudah tidak terlihat.

Mereka semua akhirnya melangkah ke arah hilangnya Aldi, melangkah dengan pelan dan menyusuri rerumputan.

Melihat seekor babi hutan yang masih mengejar di belakang membuat Leo mengeluarkan sebuah tembakan yang langsung menewaskan babi hutan yang berukuran besar dan bertaring tersebut.

Merasa situasi aman, Leo mendekati sebuah lubang yang sangat dalam. “Dia udah gak ada,” ujar Leo pada keempat temannya saat mengarahkan senter ya ke dalam lubang tersebut.

Teman-temannya yang lain juga ingin melihat kondisi lubang sedalam 20 meter itu. Namun, baru beberapa langkah terdengar suara ngauman dua ekor macan.

“Lari ... Leo ... awas, di belakangmu!” teriak Husen membuat mereka semua berlari meninggalkan lokasi.

Leo mengarahkan tembakan ke arah macan karena ia ingin memastikan kembali keberadaan Aldi, tetapi ternyata pelurunya habis. Dengan sekuat tenaga mereka meninggalkan tempat tersebut yang pasti akan menjadi santapan dua ekor bintang buas jika masih tinggal berdiam diri di sana.

Dari jauh Leo dan keempat temannya mengintip di balik semak berharap binatang itu tidak mengikutinya, tetapi ternyata ia salah, binatang buas akan tetap mengikuti nalurinya untuk memangsa buruannya. Sehingga dengan cepat mereka berusaha menyelamatkan diri.

“Aaa ... sial, sarang semut!” teriak Husen berdiri dan disusul oleh temannya yang lain, semut api akan menggigit jika merasa terganggu. Keberadaan mereka yang menginjak sarang semut itu pun menjadi korban dari gigitan semut berwarna kecoklatan yang berukuran cukup besar.

Seketika sensasi rasa sakit, panas seperti terbakar, merah dan bengkak, serta gatal menjalar pada tiap titik bekas gigitannya. Tidak ingin menimbulkan keributan yang mengundang binatang buas lainnya, akhirnya mereka memutuskan untuk berlari.

Mereka berhenti di tempat yang aman untuk mengolesi  krim kortikosteroid ringan  dan salep antibiotik untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah infeksi pada bekas gigitannya, tidak lupa mengonsumsi obat antihistamin untuk mengurangi reaksi alergi ringan dan rasa gatal pada bekas gigitan semut tersebut.

“Sini, kasikan salep bekas gigitannya, bisa bahaya bagi yang punya alergi,” ajak Leo seraya menyodorkan salep kepada teman-temannya yang menjadi korban dari semut api.

Beruntung Leo yang memiliki pengalaman menjelajahi hutan membawa persediaan obat-obatan yang cukup lengkap.

“Kok kamu punya ide buat bawa obat ginian?” tanya Husen seraya mengoles salep pada bekas gigitan semut api yang terlihat memerah dan bengkak seperti jerawat.

“Kalau menjelajah hutan biasanya banyak semut api atau jenis semut lainnya. Apalagi ini hutan yang sangat jarang tersentuh manusia, pasti beraneka ragam binatang di sini.”

Leo berujar seraya meneguk sedikit air minum yang ia bawa untuk meredakan rasa haus.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan untuk mencari keberadaan Stevan, sebenarnya banyak yang ingin Husen ucapkan sepanjang perjalanan agar tidak merasa sunyi, tetapi Leo selalu menegurnya dengan alasan jika berbicara saat berjalan dapat membuat tubuh cepat lelah.

Meskipun apa yang dikatakan Leo dan teman-temannya itu benar, tetapi tetap saja membuat Husen kesal karena merasa pendapatnya tidak didengar.

Sudah empat jam mereka menyusuri hutan, akhirnya menemukan sungai untuk mencuci muka, tetapi saat melangkah ke arah sungai, Evan tidak melihat jika ada buaya besar tengah berjemur di
balik semak.

Buaya yang merasa terusik dengan kehadiran manusia yang melintas di hadapannya itu segera menyambar kaki Evan tepat ketika kakinya melangkah.

“Aaa ... tolong!” Suara teriakan Evan mengejutkan temannya yang berjalan di depan, Evan yang posisinya berada di belakang menjadi santapan buaya.

“Aaaaa ....”

Seketika kakinya patah setelah digigit oleh buaya yang berukuran besar tersebut. Leo yang hendak berlari dan menolong Evan itupun mengurungkan niatnya saat ia terjatuh tepat di hadapan buaya, dengan cepat buaya itu menyambar kepala Evan dan memutarnya, membuat darah segar mengucur ketika kepalanya terputus.

Melihat tak ada harapan lagi untuk menyelamatkan Evan membuat Leo dan ketiga temannya berlari meninggalkan tempat tersebut dan mengurungkan niat mereka untuk mencuci muka di sungai.

Mereka terus berlari meninggalkan lokasi, setelah 30 menit menyusuri hutan, mereka dikejutkan dengan sekelompok penjelajah yang berjarak 300 meter di depan. Tidak ingin kehilangan jejak, Leo dan kawan-kawannya mempercepat langkah meraka.

“Hei! Tunggu!”

Saat di jarak 200 meter Leo berteriak memanggil. Merasa ada yang memanggil, Stevan menoleh dan harus menyaksikan tiga orang yang didilit oleh ular besar.

“Lari! Ada ular!” teriak Stevan sekuat tenaga.

Tepat saat Stevan berteriak, leo mendengar suara teman-temannya yang berteriak juga. Seketika Leo menoleh dan mendapati ketiga temannya sudah berada dalam dekapan ular raksasa.

Leo yang merasa ketakutan setengah mati itu pun segera berlari menyusul Stevan. Akhirnya Leo dan kelompok Stevan kini bersatu. Mereka terus berlari menjauhi ular raksasa tersebut hingga merasa lelah, Stevan menoleh ke belakang untuk memastikan semua sudah aman.

Mereka terus berjalan sekaligus mengatur napas sesekali mereka meneguk air minum untuk menghilangkan dahaga, ingin beristirahat tapi takut jika ular tersebut masih berasa di sekitar mereka.

Waktu menunjukkan pukul 16.00, mereka memutuskan membangun tenda di tempat yang dirasa cukup aman, sesekali mereka melihat situasi berharap jika tidak ada bintang buas atau binatang berbisa yang dapat mengganggu waktu istirahat mereka nanti malam.

*

“Kenapa bisa ada di sini?” tanya Stevan kepada Leo saat mereka berada di dalam tenda hendak beristirahat.

“Ceritanya panjang,” jawab Leo singkat.

“Cerita aja,” ucap Peter.

Akhirnya Leo menceritakan bagaimana ia bisa berdua di pulau tersebut. Merasa mendapat jawaban yang memuaskan membuat mereka akhirnya tertidur karena lelah.

Bersambung...

The Giant Snake (END) Where stories live. Discover now