Bab 2

1.3K 128 3
                                    

"Apa? Anak Duke Axya?!"teriak gadis itu tak percaya.

Duke Axya adalah keluarga Sword Master terhebat di Oraiga. Selain sihir di Oraiga terdapat ahli pedang. Oraiga memiliki tiga tingkatan yang pertama adalah sihir, orang yang memiliki sihir merupakan orang terhormat meski mereka bukan dari kalangan bangsawan. Kedua ahli pedang, orang yang memiliki kemampuan berpedang sangat dibutuhkan dalam keamanan kerajaan, biasanya ahli pedang mencakup berbagai kalangan sama seperti sihir tak peduli ia bukan dari bangsawan selagi kemampuan nya bagus ia akan mendapatkan perhatian dari masyarakat Oraiga. Terakhir normal, yaitu manusia yang tak memiliki bakat berpedang maupun sihir, biasanya mereka akan menjadi masyarakat biasa dan tentu kedudukan mereka akan ditaklukkan oleh kedua tingkatan di atas selagi pun ia bangsawan jika ia tak memiliki kedua hal tersebut, ia harus tunduk oleh orang yang memiliki hal itu.

"Jadi, bagaimana tuan tau bahwa saya adalah anak tuan yang hilang?"tanya gadis itu penasaran. Di novel jarang keluarga Axya dibicarakan karena mereka ahli pedang,sedangkan novel nya hanya berfokus pada sihir.

"Aku melihat rambut mu. Hanya dua orang di dunia ini yang memiliki rambut seperti itu. Pertama istri ku dan kedua putri ku. Aku sudah berkelana selama lima tahun untuk mencari orang yang memiliki warna rambut itu selain keduanya namun hasilnya nihil. Dan ku pikir anak ku telah tiada, niat ku sebenarnya ingin berhenti mencarinya kemarin. Ini adalah tempat terakhir yang ku telusuri. Aku tak menyangka Dewi keberuntungan dipihak ku dan aku akhirnya menemui mu Zalia"lelaki itu menatap sendu gadis kecil itu. Lelah dan sakit terlihat di mata pria itu.

"Jadi, bagaimana aku bisa hilang ayah?"sebutan ayah kini menggetarkan hati pria itu. Mata merah yang biasa amat sadis kini berkaca-kaca.

"Kau diculik oleh penyihir hitam nak, aku tak tau mereka siapa. Saat ibu mu baru saja melahirkan mu, kami teledor hingga kau diculik oleh mereka. Maafkan aku nak, aku sangat berdosa membiarkan mu hidup diluar sini. Luka yang kau dapatkan itu karena aku" sesal pria itu. Zalia langsung berpikir mengapa ia dijadikan tumbal di novel. Ternyata itu hal yang telah direncanakan. Sayang nya di novel ia tak bertemu cepat dengan sang ayah yang padahal sedang ada di wilayah sekitar panti itu.Gadis itu tiba-tiba memeluk pria itu membuat nya terkejut.

"Sudah tidak apa-apa ayah. Aku juga bersyukur telah bertemu dengan mu. Zalia menyayangimu ayah" pria itu membalas pelukan putrinya dengan hangat. Gadis yang begitu kecil ini harus ia jaga dengan baik.

"Ayah boleh kah aku tau nama mu?"

"Cale Carnegie Axya"
.
.
.
.
.
.

Esok nya Zalia dan Cale pergi ke panti asuhan Zalia.Saat membawa Zalia pulang saat itu, Cale sudah menyuruh ahli sihir keluarga mereka untuk memasang perangkap di panti itu. Kemudian Putri kecilnya itu sudah menceritakan semuanya pada sang ayah. Tak tinggal diam Dale segera pergi ke sana secepatnya.

"Kau tidak apa-apa Zalia? Atau kau menunggu saja di kereta?" Tanya Cale, ingin memastikan keadaan Zalia. Ia takut Zalia akan trauma terhadap tempat ini.

"Aku baik-baik saja ayah. Aku harus menyelamatkan teman-teman ku disana"ucap Zalia yang berani. Ia teringat bagaimana anak-anak sana disiksa setiap hari. Padahal mereka adalah anak-anak yang baik.

Tuk tuk tuk

Cale mengetuk pintu, ia harus sopan lebih dulu. Agar pengasuh disana tak tau rencananya. Seseorang membuka pintu, nampak lah wanita paruh baya yang mengenakan pakaian putih.

"Maaf, apakah anda yang kemarin membawa anak ini?" Tanya wanita itu.

"Tentu saya ingin mengadopsi gadis ini."

"Maaf tuan, tetapi gadis ini sudah lebih dulu diadopsi oleh orang lain. Kami tidak bisa memberikannya kepada anda"

"Katakan siapa yang mengadopsi gadis ini!?"

"Maaf tuan saya harus merahasiakan identitasnya sesuai dengan pesan beliau"Cale sempat terkekeh lucu mendengar hal itu. Ia kemudian menurun kan Zalia dan menyuruhnya untuk bersembunyi dibelakang Cale.

Srang! Cale menodongkan mata pedang itu ke arah leher wanita itu. Menyenangkan sekali rasanya jika ia memisahkan kepala itu dari tubuhnya.

"Katakan padaku atau kau akan mati!" Ancam Cale. Wanita itu menyeringai, ia lalu menyentuh liotinnya.

"Lebih baik aku mati dari pada memberitahu kepada mu Duke Axya!"

Tasss! Tubuhnya tiba-tiba terbakar oleh api yang entah munculnya dari mana. Cale dengan cepat membawa Zalia keluar dari sana.

"Cepat selamatkan anak-anak yang tersisa di dalam! Kalian hanya punya waktu lima detik dari sekarang" perintah Dale langsung dituruti oleh orang-orang berjubah. Tak sampai lima detik mereka berhasil keluar dengan anak-anak yang dalam kondisi terikat.

Zalia segera menghampiri gadis berambut hitam dan melepaskan tali yang mengikatnya. Ia lalu memeluk gadis itu.

"Hitam, kau baik-baik saja?" Tanya Zalia. Gadis itu mengangguk tanda ia baik-baik saja.

Tempat itu kemudian terbakar, laporan yang diterima Cale adalah pengasuh-pengasuh disana juga terbakar seperti wanita tadi. Untung lah mereka berhasil menyelamatkan anak-anak sebelum terlambat. Cale menduga pasti ada dalang dibalik semua ini. Tidak mungkin ada orang yang sengaja bunuh diri apa mereka dikendalikan? Ini pasti ada hubungan dengan sihir hitam, pikirnya.

"Ayah, kemana kau akan membawa mereka? Mereka sekarang tak punya tempat tinggal" tanya Zalia polos. Ia kasihan dengan anak-anak yang selamat disini. Ia berharap mereka akan menemukan tempat yang layak.

"Mereka akan kita bawa ke wilayah Axya. Ayah akan mengurus semuanya, kau tenang saja Zalia"Cale kembali mengangkat Zalia. Tubuh gadis kecil itu begitu ringan baginya.

Mereka memutuskan untuk kembali ke wilayah Axya sekarang mungkin akan sampai dalam tujuh hari jika memakai kereta kuda biasa. Namun Cale memakai gerbang teleportasi yang hanya memakan waktu dua hari. Mereka hanya perlu pergi ke wilayah ke tempat dimana gerbang itu bisa digunakan.
.
.
.
.

Zalia sekarang sedang khawatir, apakah kedua kakak nya akan menerimanya? Terlebih keluarga Duke dikenal dengan ketegasannya.

"Ayah apakah kakak-kakak akan menyukai ku?" Tanya Zalia polos. Cale tersenyum saat mendengar pertanyaan putri manisnya itu.

"Tentu saja. Tidak mungkin mereka membenci mu."

"Tapi aku lah yang membuat ibu meninggal"

Deg! Cale terkejut mendengar putrinya mengatakan itu. Bagaimana seorang anak kecil bisa mengatakan hal itu dengan perasaan yang menyakit kan? Zalia sedih mengingat Cale menceritakan bahwa ibunya tiada setelah melahirkannya. Ia tidak pernah merasakan bagaimana kasih sayang seorang ibu dikehidupan sebelumnya bahkan sekarang pun begitu. Ia juga takut kakaknya akan membenci dirinya. Cale memeluk Zalia dengan hangat.

"Mereka tak akan membenci mu nak, bahkan mereka merindukan mu seperti ku. Ibu mu tiada bukan salah mu, bahkan ia bersyukur bisa melahirkan anak secantik diri mu"ucap Cale tulus membuat tangis Zalia pecah. Ia selalu merasa dirinya penuh dengan kemalangan namun kata-kata dari Cale menguatkan nya.

Zalia terus menangis sampai tak sadar ia telah tertidur di pelukan ayahnya. Mereka sedang dalam perjalanan. Cale terus melihat putrinya yang sangat mirip dengan sang ibu. Cale teringat disaat ia bertemu dengan cintanya dibawah pohon yang dipenuhi bunga pink dengan seorang wanita yang tersenyum padanya disana.

"Dale...."

___________________________

"Kita terlambat Ayah. Tempat ini sudah menjadi abu"dua orang meratapi tempat yang tadi siang terbakar.

"Sialan! Beraninya dia mengacaukan rencana kita!"marah pria paruh baya itu.

"Bagaimana kita mengambil bocah itu saja?!" Tunjuk lelaki itu pada sebuah gundukan salju. Mereka kemudian mendatangi itu dan menemukan seorang anak lelaki yang tertutupi salju.

"Aku merasakan sihir yang hebat dari anak ini. Mari kita pulang sekarang. Kita akan menciptakan sebuah mahakarya yang hebat"

To Be continued
Alhamdulillah sampe 1000 lebih kata biasanya aku tingkat 900 gtu ini karena aku ngejar inti cerita nya makanya banyak nulisnya.
Ouh ya guys jangan lupa follow aku ya untuk update info mengenai cerita aku
Jangan lupa juga vote and komen
Dan tambah kan ke reading list kalian🤗

Jalan Dipilih Pedang EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang