Wajah baru

189 53 21
                                    

Malam ini pukul tujuh malam, akhirnya David memulangkan kembali Jezia.
Tentunya, bukan serta merta membawa dan memulangkan Jezia sesuka hati seperti ini tanpa memiliki sopan santun, David sudah terlebih dahulu izin pada pak Nando.
Sedikit permintaan maaf karena telat memulangkan anaknya beserta alasan yang sedikit di karang bebas oleh David.

Motor besar warna hitam milik David melesat dengan kecepatan sedang.
Keheningan menyelimuti mereka, David dan Jezia sama sama diam mematung diantara pemandangan malam kota Surabaya sementara tangan mungil Jezia mencekram erat ujung jaket hitam milik David.
David tetap diam, hatinya masih terasa sakit saat Jezia menyepelekan rasa khawatirnya tadi, tanpa sadar tangannya meremat gas motornya dan spedometer menyentuh angka gila.

Di tengah rasa amarahnya yang meluap-luap, David tiba-tiba saja berhenti di depan minimarket ujung jalan. Tak mengucapkan apa-apa David hanya diam saja, turun dari motornya meninggalkan Jezia yang masih duduk diam mematung di atas motor besar kesayangannya.

Pak David marah?
batinnya bertanya dalam hati.

Hatinya tiba-tiba merasakan rasa bersalah yang mencokol di relung hati, benaknya memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang akan ia lewati jika saja tadi David tidak menemukannya.

dan dia sadar, dia sudah keterlaluan.

Saat ia sedang melamun memikirkan hal yang membuat kepalanya seakan ingin pecah, David datang sambil menyodorkan satu plastik berukuran lumayan besar kepada Jezia.
David menyodorkan plastik tersebut dengan tangan kanannya, sedangkan kanan kirinya membawa dua cup susu hangat yang mungkin dia seduh di minimarket tadi.

Jezia mengangkat alisnya bingung. Bukannya mengantarnya pulang, David justru belok kearah minimarket dan menyodorkannya plastik besar ini.
kalau dia dicari mamanya, bagaimana?

"Buat kamu"

Jezia semakin dibuat bingung.
"lebih baik kamu turun dulu dari motor saya, kita duduk di sana" ucap David tanpa menunggu jawaban dari Jezia, ia berlalu lebih dulu menempati tempat duduk yang ia maksud.

"pak ini udah larut malam, nanti mama nyariin" ucap Jezia akhirnya setelah berjam-jam tidak mengatakan apa apa.

"Mama sama papa kamu ke luar kota, dan saya sudah izin sama papa kamu. Chill je" ucapnya santai sambil menyesap susu coklat hangat yang ia seduh di minimarket tadi.

Hening, tidak ada percakapan lagi di antara mereka.
David memilih untuk bergelut dengan pikirannya sendiri, sedangkan Jezia sibuk melamun.

"Namanya Livi, Rara, Jihan, Fahira, sama Nata?" tanya David tiba-tiba.

Jezia terlonjak, David ini seorang stalker? bagaimana ia tau siapa saja nama yang telah membullynya tadi siang?

"Terkejut?" kekehnya sinis.

"Kaget saya tau apapun tentang kamu?" Jezia mengangguk. Ini aneh, Mereka kenal baru saja seminggu yang lalu, sedangkan David sudah mulai mengorek-ngorek informasi kehidupannya.

Jezia merasa tidak mempunya privasi.

"Hobi bapak kaya reporter ya? Mengorek-ngorek informasi rahasia saya" Ucap Jea tak mau kalah.

"Lantas? saya harus diam aja je?" tanyanya yang lagi-lagi dijawab anggukan mantap oleh Jezia.

"Mau kamu saya diam aja kaya nggak tau apa²?" Jezia jawab anggukan lagi.

"Yasudah, jalan-jalan ke mall nya batal"

Jezia jelas melotot tak terima, ini tidak adil, jelas, mumpung kedua orang tuanya sekarang sedang berada di luar kota, bukannya ini malah kesempatan besar untuk Jezia keluar mencari udara baru?

Di Dalam Sangkar [COMPLETED]Where stories live. Discover now