Sebuah Lamaran

2K 229 103
                                    

Author's POV

"Kamu kenapa malah melamun?"

Diandra yang sejak tadi memang melamun, terbangun saat Bara menggoyang-goyangkan bahunya pelan. Sontak, saat menyadari tangan Bara yang menyentuh bahunya tanpa permisi, Diandra menepis kedua tangan besar itu supaya lepas darinya. "Lepas Mas."

Bara bersedekap, dia menaikkan kedua alisnya bersamaan. "Aku cuma niat bagunin kamu, soalnya dari tadi diajak ngomong malah bengong kayak orang bloon."

Mendengar itu, Diandra tak terima dikatai seperti orang bloon. Secepat kilat Diandra menggunakan jurus cubit biru andalannya dan mengincar perut Bara. "Siapa yang bloon huh?"

Bara mengaduh kesakitan. "Aduh, aduh. Sa-sakit, sakit, sakit hey," katanya sambil mengelus bagian perutnya.

Tanpa malu, Bara membuka sebagian kaosnya dan melihat bekas cubitan Diandra yang membekas di sana, alhasil otot perut rectus abdominis atau yang biasa dikenal dengan roti sobek tercetak jelas di perutnya. Bara lupa kalau dia sedang berada di tempat umum, karenanya banyak kaum rahim hangat yang jelalatan melihat ke arahnya sebab melihat pria sempurna bak Dewa Yunani dihadapan mereka.

"Hai, aku Rina. Boleh minta Instagram kamu? Syukur kalau mau ngasih nomor sih, hihihi," kata salah satu dari rahim hangat itu menerobos dan langsung memaparkan tujuannya, dia tidak peduli kalau di sana masih ada Diandra yang menatap dirinya tidak percaya.

Bara sendiri hanya mengerutkan dahinya. "Maaf, Mba siapa ya?"

Mata Diandra memicing tajam ke arah Bara. "Dasar tukang pamer! Tukang tebar pesona!" ejek Diandra meninggalkan pria yang tengah berinteraksi dengan salah satu wanita yang menatapnya lapar sejak tadi.

Saat sadar dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang, Bara menutup kaosnya dan menyusul Diandra yang sudah jauh meninggalkannya di belakang. "Jalannya pelan-pelan dong."

"Kamu bilang tadi jangan lelet, sekarang nyuruh pelan-pelan, maunya apa sih?"

Bara terkekeh, Diandra sedang merajuk padanya. "Kamu cemburu ya sama perempuan tadi?"

Salah satu sudut bibir Diandra tertarik, dia tertawa mengolok. "Aku nggak liat laki-laki dari fisik ya, sorry. Cemburu? Nggak ada dalam kamus hidupku yang namanya cemburu."

"Ah, masa? Terus kenapa mau dinikahin sama Barakallah Ksatria Harjasaputra dulu Mba?"

Ekor mata Diandra turun melihat ke arah bokong Bara. Diandra merutuki dirinya sendiri dalam hati yang secara tidak sadar mengakui kalau bahkan bokong Bara lebih seksi dari bokongnya.

"Karena dia pria yang baik, rajin sholat, pinter ngaji, pinter cari duit, sayang istri, setia dan pastinya nggak kayak kamu."

Bara kembali dibuat terkikik. "Oh iya? Ganteng nggak mantan suaminya?"

"Kepo?"

"Iya," jawab Bara menaik turunkan alisnya.

Sebelum bisa mendengar jawaban dari Diandra. Bara dibuat kaget karena ternyata sedari tadi dia dan Diandra berjalan menuju antrian racing coaster, yang katanya merupakan satu dari banyak roller coaster tercepat di dunia, terlebih wahana ini menyediakan manuver berjalan mundur yang bisa membuat jantung bekerja ekstra.

Dapat terlihat ekspresi menahan tawa ditunjukkan oleh Diandra. "Takut ya? Sana deh kamu masuk wahana Pulau Liliput aja sama anak-anak kecil di sana."

Meski takut, Bara menunjukkan ekspresi berani. "Be-berani, siapa takut? Awas aja kalau kamu nanti teriak minta turun."

Hasilnya, sehabis menuruti wahana itu wajah Bara pucat pasi. Hal itu menjadi bahan ejekkan untuknya. Dari belakang punggung Bara, suara deheman Diandra terdengar menyebalkan di telinga.

Juntai KataWhere stories live. Discover now