C.2 Guru Idola

1.7K 162 18
                                    

Hai Plen...
Jika ada kalimat atau peristiwa yang kurang relevan tolong dimaafkan ya, atau kalian mau kasih saran buat aku juga tidak masalah, Feel free to share pendapat kalian. 

Semoga kalian menikmati membaca cerita ini,
Terimakasih.

------------------------------------------------

Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan dalam hidup Porchay, bagaimana tidak, tidak hanya dapat bertemu dengan idolanya, tapi dia juga mendapatkan tanda tangan P' Wik. Sayangnya dia lupa meminta foto bersama dengan P' Wik, dia hanya berharap bisa bertemu dengannya lagi kelak.

Porchay mengusap dadanya lagi, ini sudah dua jam setelah dia kembali kerumah, tapi rasanya masih enggan menanggalkan seragamnya yang ditanda tangani P' Wik tadi. Dia juga terus mengusap bahu yang di pegang P' Wik tadi, masih terasa seperti mimpi.

"Bagaimana ini, Aku seperti orang gila..." Porchay menenggelamkan dirinya dalam selimut, berguling-guling di kasurnya sampai dia terjatuh. "OOuch,,, hahaa" Tapi dia masih bisa tersenyum setelah semua itu, ya... dia benar-benar sudah gila.

Akhirnya setelah waktu yang lama, Porchay menyerah lalu menanggalkan seragamnya dan menggantungnya di samping meja belajarnya yang dipenuhi dengan potret P' Wik.

"Sia..."

Porchay baru mengingatnya, dia masih harus memakai seragamnya ke sekolah, walaupun dia sudah menyelesaikan ujian, tapi dia masih harus ke sekolah untuk melakukan beberapa hal.

"Ai Che... kenapa kau membiarkan P' Wik menandatangani seragammu..." Porchay mengutuk dirinya sendiri. Porchay mencari seragam lamanya dilemari, tapi ukurannya sudah terlalu kecil untuknya.

Che melirik seragam yang dengan tanda tangan P' Wik. "HHhuuhhh... aku tidak mungkin mencucinya kan... Mustahil...! Tidak,,,, jangan..." Porchay bergelut dengan pikirannya sendiri.

"OOh... oh... Kenapa aku baru ingat kalau aku masih punya seragam lain,,, hahha, Hampir saja aku kehilangan harta karunku... Maafkan aku P' Wik na krub..." Pemuda yang sedang gila ini turun ke lantai bawah dan mendapati satu set seragamnya masih tergantung di tempat dia menjemur pakaian pagi ini.

Malam ini Porchay sendirian dirumah, biasanya Mine, P' Jom, ataupun P' Tem akan menginap di rumah untuk menemaninya. Tapi hari ini mereka semua memiliki urusan mereka sendiri, jadi dia tidak punya pilihan selain sendirian malam ini. Tidak terasa sudah lebih dari sebulan hianya pergi bekerja di pulau. Terkadang Che akan mengiriminya pesan, mengabari apa yang terjadi padanya hari itu, atau hanya sekedar menanyakan kabar Porsche. Tapi selama ini dia tidak mendapatkan kabar apapun darinya, saat Che merasa jengkel pada kakaknya itu, dia akan memakinya, namun dia akan menghapus pesannya yang buruk esok harinya.

Dia sadar kalau apa yang dilakukan Porsche memilikinya sebagai alasannya, jadi dia tidak bisa mengeluh pada orang yang sudah berkorban banyak untuknya. Karena mereka tidak memiliki keluarga, mereka tidak berhak mengeluh, karena mereka tidak memiliki orang tua mereka harus melakukan apapun dengan tangan mereka sendiri.

Ketika anak-anak lain asyik bermain dengan ayah dan ibunya, dia hanya memiliki kakaknya disisinya, ketika anak-anak lain membawa mainan oleh-oleh dari ayahnya setelah perjalanannya ke luar kota, dia hanya bisa melihat kakaknya yang pulang dipenuhi luka-luka. Kedua anak laki-laki di keluarga mereka telah dewasa sebelum waktunya. Karena yang tersisa hanya ada mereka berdua. 

Porchay menatap langit dengan sedikit bintang diangkasa, langit bangkok tidak memiliki banyak bintang diatasnya, karena warna-warni kota, dan terangnya lampu-lampu yang ada disana, tidak banyak yang tersisa saat kau melihat keatas langit pada malam hari.

Mungkin kakaknya saat ini sedang melihat langit yang sama dengannya, dan bintang-bintang di pulau tempatnya bekerja pasti terlihat lebih indah dibanding yang sedang dia lihat saat ini, Porchay merasa cemburu pada kakaknya pada saat seperti ini.

KIMPORCHAY The Series Where stories live. Discover now