C.4 Kebetulan

1K 145 7
                                    

Sinar cahaya mentari mencoba mengintip dari balik tirai jendela, kedamaian pagi ini harus terganggu oleh sebuah suara keras yang mengejutkan orang yang tengah tertidur di dalam rumah itu. Porsche yang setengah tidur berlari ke sumber suara yang membangunkannya, tubuhnya menegang sesaat matanya menangkap sosok yang tengah berdiri dengan senyum terpaksa terpampang diwajahnya.

Porsche memijit kepalanya yang berdenyut, dia baru saja dapat tertidur kemudian dibangunkan dengan paksa oleh adiknya yang tiba-tiba membuat keributan.

"Apa yang kau lakukan Che?" Mata Porsche terlihat memiliki lingkaran hitam yang dalam.

"Hehe,,,, Maafkan aku Hia... aku lupa menyiapkan perlengkapan yang akan aku bawa nanti..."

"Jam berapa sekarang...?" Porsche melirik jam yang tergantung dekat dinding dapur mereka, jarum jam menunjukkan kalau sekarang sudah pukul tujuh, dan dia baru tidur selama dua jam.

"Maafkan aku Hia,,, aku tidak bermaksud menganggumu, hanya saja... peralatannya ada di belakang jadi aku tidak sengaja menyenggol panci di depannya..." Porchay menunjukkan set panci dan kompor outdoor di tangannya.

Dia baru mengingat kalau teman-temannya menyuruhnya membawa perlengkapan masak, mumpung dia ingat dia langsung pergi ke dapur dan mencarinya, tapi dia benar-benar tidak bermaksud mengganggu saudaranya.

"Baiklah,,, apa yang kau perlukan,,, biar Hia menyiapkannya untukmu..."

"Tidak,,, Tidak perlu Hia,,, kau sebaiknya istirahat saja, kamu terlihat seperti panda sekarang..." Walaupun merasa bersalah, Porchay tidak tahan untuk menggoda kakaknya. "Tinggal mencucinya saja, teman-temanku akan membawa perlengkapan lainnya..." Jelas Che.

"Hmm,,, Aku pikir kau pergi dengan P' Wik atau siapa lah itu orang yang menjadi guru gitarmu..."

"P-pa-paw hia, Apa kau gila! Siapa bilang aku pergi dengannya, P' Wik tidak akan punya waktu untuk pergi berkemah, dia orang yang sibuk tahu..." jawab Porchay gagap. "Aku akan pergi dengan Mine dan beberapa teman kelasku..." lanjutnya.

"Baiklah, baiklah,,,, aku akan melanjutkan tidurku sebentar, panggil hia kalau kau siap berangkat, hia akan mengantarmu..."

"Krup phom,,,"

Porsche memastikan adiknya tidak membuat barang-barang mereka hancur, dan pergi ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya, kepalanya masih berdenyut karena kejutan barusan.

Jam sebelas Porsche mengantarkan adiknya kerumah Mine, disana dia bertemu dengan yang empunya rumah serta beberapa teman Porchay yang sedang sibuk mengemas peralatan, serta logistik mereka. Ya, sepertinya dia tidak perlu mengkhawatirkan adiknya melihat betapa siapnya persiapan mereka.

Setelah mengantarkan kakaknya pergi, Porchay mulai membantu teman-temannya, waktu berjalan begitu cepat saat kau menikmatinya, sekarang sudah jam satu siang dan sudah waktunya untuk mereka berangkat menuju Khao Yai.

Gambar-gambar pemandangan dengan cepat berganti mengikuti kecepatan mobil yang membawa rombongan mereka menuju Khao Yai, di Provinsi Nakhon Ratchasima. Sudah hampir tiga jam rombongan mereka berkendara dan tidak akan lama lagi sampai mereka tiba di tempat tujuan. Ke tiga temannya telah tertidur tak lama setelah mobil berjalan meninggalkan halaman rumah, tersisa Mine di belakang kemudi dan dirinya di kursi copilot.

Semilir angin sejuk menerpa tangan Porchay yang terulur keluar dari kaca mobil yang dia naiki. Matanya sesekali mengerjap karena angin yang membelai kelopak matanya. Wajahnya dipenuhi dengan senyuman yang mengembang, udara sejuk yang berhembus membuat hatinya terasa ringan. Pemandangan di depannya sangat memanjakan mata, sepanjang jalan yang mereka lalui terbentang ladang  teh dan hutan hijau, bukit-bukit berjajar rapi menyapa mereka yang melewatinya.
                                                                                                                                                                                                                                                                                            
"Ai Che... Kenapa kau terlihat sangat bahagia...?" Mine yang duduk disebelah Porchay menatap heran padanya.

KIMPORCHAY The Series Where stories live. Discover now