Bab 20

49 5 10
                                    

"Mengakhiri hubungan? Yang benar saja! Jelas tidak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Mengakhiri hubungan? Yang benar saja! Jelas tidak. Jika kamu tidak ingin menikah dalam waktu dekat memangnya kenapa? Aku bisa menunggu!" jawab Kalandra menggebu-gebu. Tidak jadi dirinya terlihat dewasa. Mendapatkannya saja susah payah, kenapa harus bersikap sok bila mungkin kehilangan. Jadi, Kalandra bersikap apa adanya.

Valerie terkekeh. Ia menatap geli. Bagaimana bisa ia menjalin kasih dengan bocah seperti itu? Ada-ada saja sikap dan ekspresi Kalandra yang berhasil membuatnya tertawa.

"Baiklah. Jangan ngegas, ok? Santai saja," ujar Valerie menanggapi. "Tapi, aku sudah enggak muda, lho. Kalau kamu mau nunggu, aku enggak bisa menjamin untuk kita memiliki anak."

Entah mengapa Valerie berani mengatakan soal anak. Padahal itu sangat sensitif baginya. Entah mengapa ada dari hatinya yang ingin mengetahui jawaban Kalandra. Meski tak berekspektasi jauh dengan hubungannya kali ini, Valerie tetap penasaran bagaimana pendapat Kalandra.

"Ya, kamu taulah. Aku enggak lagi muda. Udah kepala tiga, kalau aku belum mau nikah sampai umur 40 gimana? Semakin tua seorang wanita semakin kecil untuk bisa memiliki bayi. Meskipun bisa, banyak kemungkinan-kemungkinan buruk yang menghantui si ibu dan calon bayi."

Kalandra mengerti ucapan Valerie. Ia tersenyum. "Kamu pasti punya alasan mengapa belum terpikirkan untuk menikah. Ketika kamu siap, kamu boleh bercerita. Aku siap mendengarkan. Soal anak, anak itu rejeki dari Tuhan. Dan tolong ingat perkataanku ini. Menurutku anak tidak selalu harus dilahirkan langsung oleh rahim seorang ibu. Mereka yang tidak diberi kemampuan untuk itu bisa memiliki anak dengan mengadopsi. Aku tidak keberatan. Karena mau sedarah atau tidak, seorang anak bila didik dengan baik akan tumbuh seperti orang tuanya sekalipun tidak ada ikatan darah. Seorang wanita akan menjadi ibu, terlepas dia melahirkan langsung atau tidak."

Valerie tertegun mendengar ucapan Kalandra. Tak ada kebohongan atau ucapan bualan yang terlihat dari sorot matanya. Hanya ada ketulusannya yang terpancar. Padahal awalnya Valerie tak menganggap Kalandra bisa berpikir seperti itu.

Apa ini? Mengapa mataku memanas, Ya Tuhan, tolong jangan biarkan aku menangis di hadapannya. Jika aki menangis ia akan memahami maksud tangisanku. Tolong sembunyikan ini dulu. Aku belum sanggup menghadapinya.

Suasanya hening. Kalandra memilih diam. Membiarkan Valerie dengan perasaannya. Saat ini ia merasa sangat emosional. Entah mengapa membahas seperti ini membuatnya seperti itu.

Ada perasaan sedih dalam diri Kalandra. Ia tak tahu penyebab persisnya. Hanya saja, ketika wanita mengatakan tentang ketidakinginannya dalam menjalani pernikahan ataupun menunda. Pasti tersembunyi alasan cukup kuat bukan? Yang dikhawatirkan Kalandra, ia takut wanitanya menyimpan luka itu sendirian.

Karena menurut Kalandra. Sedewasanya seorang perempuan, entah karena umur atau keadaan. Mereka belum tentu bisa bersikap dewasa akan sebuah luka. Belum tentu mereka mampu menanganinya. Karena kebanyakan wanita ingin terlihat kuat, terlihat baik-baik saja. Padahal dalamnya hancur tak bersisa.

Love Age DifferenceWhere stories live. Discover now