9

15.1K 1K 46
                                    

Halo guys, makasih buat yang sudah baca dan vote. Maaf kalo aku update-nya kadang bolong, atau waktunya berubah-ubah. Semalam aku mau update tapi ketiduran 😭 mungkin hari ini aku akan double update tapi di jam yang berbeda. Terima kasih sekali lagi buat yang sudah membaca book ini.

-Eve
.
.
.
.
.

Komplek perumahan Melviano lebih ramai dari biasanya. Para ibu-ibu yang tampak antusias sudah berkerumun di depan rumah Melviano dan Caca. Berbagai komentar mulai berputar dari mulut ke mulut. Di barisan terdepan ada Jevina yang sudah tersenyum lebar dengan microphone bluetooth di tangan kanannya.

"Selamat sore ibu-ibu, terimakasih sudah meluangkan waktunya. Perkenalkan nama saya Jevina yang punya rumah nomor 1A di ujung dekat pagar masuk. Saya akan tinggal di sini selama satu bulan, kalau betah nanti saya pikir-pikir lagi buat perpanjang atau nggak. Tergantung suami saya."

"Suaminya mana Mbak Jevina kok gak ikut perkenalan?" Tanya seorang ibu-ibu dengan lipstik merah menyala, namun pakaian tetap kaos ketat dengan legging 3/4.

"Oww tunggu dong, buru-buru amat. Saya tahu tujuan kalian ke sini bukan mau menyambut saya kan? Tapi mau lihat ketampanan paripurna suami saya! Ngaku kalian!" Para wanita yang berkerumun di sana saling berbisik.

Padahal mereka berkumpul di situ karena katanya senam mingguan yang diadakan di rumah Bu Ana dipindah ke depan rumah Caca—Jevina memaksa untuk memimpin senam sekaligus perkenalan sebagai warga baru. Tujuan aslinya ya sebenarnya dia penasaran dengan tingkah kegenitan ibu-ibu disana setelah mendengar curhatan Caca dan juga Reina. Tentu tidak mudah membawa para warga wanita itu untuk datang. Jevina sampai harus menjual nama suaminya sendiri sekaligus suami teman-temannya juga sebagai umpan. Sayangnya para umpan itu tidak tahu kalau namanya dicatut tanpa ijin. Mereka asik saja mengobrol dan bercanda di bangku depan rumah Luki.

Saat ibu-ibu itu datang berbondong-bondong, Melviano dan kawan-kawannya langsung ngacir bersembunyi di ruang tamu Luki. Pasalnya ibu-ibu di sini itu suka nekat dan modus, ada saja alasan biar bisa berlama-lama dengan sang primadona. Yang gak bisa mengangkat galon ke dispenser lah, Gas yang bocor, tidak bisa pasang gas, pokoknya Luki dan Melviano sudah seperti tukang galon saja. Namun berkat keberanian Jevina, dengan menghadang orang-orang tersebut Melviano dan kawan-kawan berhasil bersembunyi dengan tenang.

Ingat, Jevina itu unik. Kalau ada orang menyebalkan, dia bisa bertingkah lebih menyebalkan. Kalau ada yang ganjen, dia bisa lebih parah. Pokoknya dia suka mengikuti permainan orang-orang yang rada-rada. Kalau mengharapkan penyelamatan dari Caca dan Reina tentu sudah kalah telak. Reina hamil, harus menjaga ucapan dan sikap. Kalo Caca, dia berani kalau satu lawan satu. Masalahnya mereka itu satu lawan sekampung.

"Sorry gue masih shock banget, ini kenapa ibu-ibu pada ngumpul di depan rumah lo sih?" Tanya Reno yang terkesima.

"Gue gak ngerti. Ibu-ibu disini ada yang bening baru dikit, suka pada gatel matanya kalo gak langsung lihat." Jawab Luki sambil matanya mengawasi Jevina yang sedang meladeni ucapan-ucapan ibu-ibu itu.

"Jevina yang minta mereka kesini," ucap Caca dari belakang.

"Bini lo ngapain cari mati sih!" Protes Melviano pada Reno.

"Gue gak tahu, orang dari tadi gue sama kalian."

Melviano menatap Caca menuntut penjelasan.

"Jevina cuma mau perkenalan kok," ucap Caca.

"Kalo perkenalan ngapain bawa-bawa speaker kita yang!" Melviano mendelik saat speaker mahalnya diletakkan begitu saja di garasi rumah mereka.

"Perkenalannya pakai senam." Kali ini Reina yang menimpali.

A Blessing In DisguiseWhere stories live. Discover now