26'

12.4K 592 7
                                    

Warning!

Part ini berisi adegan dewasa, untuk yang dibawah umur 18 tahun dan bagi yang tidak nyaman silahkan di skip!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Opa! Abel mau cium adek!" Jonas terkekeh lalu merendahkan gendongannya agar Abel lebih mudah mencium pipi gembul Cio.

"Gue kaget Abel bisa nempel banget sama Cio. Kirain dia bakal iri," ucap Hasta pada Melviano yang sedang minum kopi bersamanya.

"Mungkin dia butuh teman tapi gengsi, kan Cio mau diapa-apain juga masih nurut." Ucap Melviano.

"Emaknya si Cio kemana nih? Dari gue dateng belom liat."

"Di dapur tuh, lagi bikin MPASI buat Cio."

"Gak berasa ya tiba-tiba udah 6 bulan aja." Melviano berdecak.

"Ya kalo gak ngurusin setiap hari gak berasa, gue sama Caca yang begadang setiap hari berasa banget. Tapi untung Cio itu lucu, jadi capeknya ilang." Hasta terkekeh.

"Itulah salah satu alasan gue sama Delia mikir-mikir lagi buat nambah anak." Keduanya terkekeh. Melviano beranjak dari duduknya saat Caca masuk membawa mangkuk makanan Cio yang tampak masih panas. Dengan sigap ia mengeset kursi makan anaknya di ruang tengah.

"Pi dudukin disini dong, biar dia makan dulu." Jonas mengangkat tubuh gembul bayi berusia 6 bulan itu dengan Abel yang berlari mengikuti kemanapun adiknya dibawa.

"Kakak, adek mau mam ya?" Caca tersenyum lalu mengangguk.

"Kenapa tanya-tanya, mau minta ya?" Ucap Hasta menggoda anak gadisnya, yang hanya dibalas dengan dengusan.

"Uncle Mel gendong, mau liat adek mam." Gadis cilik itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi minta digendong agar bisa melihat Cio lebih jelas. Melviano terkekeh lalu mengangkat tubuh Abel.

Sambil menunggu makanan yang masih panas, Caca memberikan teether untuk Cio yang sudah mangap-mangap minta disuapi.

"Aduh ini gak sabar mau mam ya? Pantes cucu opa gembul banget." Abel tertawa girang saat Cio berteriak nyaring menanggapi ucapan Opanya.

"Mamamammaam." Protes Cio sambil berusaha meraih mangkuk yang dibawa Caca.

"Ih pinter banget ini ponakannya Pipi, kok tahu sih mamnya dimana." Hasta gemas sendiri dengan keponakannya.

"Dia makannya gampang banget, waktu awal kasih coba dia makan aku sampe kaget. Soalnya Cio nangis waktu makanannya habis." Cerita Caca. Melviano terkekeh lalu mengusap pipi gembul putranya. Setelah dirasa tak panas lagi, Caca meletakkan mangkuk itu ke kursi makan Cio dan memberikan sendok kecil untuk dipegang olehnya sendiri. Dengan lucu ia memasukkan sendok kosong ke mulut mungilnya sambil bersuara.

"Aum." Jonas memekik gemas. Ia langsung merogoh handphonenya untuk merekam kegiatan makan cucunya. Caca memasukkan sendok berisi makanan ke mulut kecil Cio. Bayi itu tampak berusaha mengunyahnya pelan.

"Itu dikasih apa aja Ca?" Tanya Hasta.

"Ini wortel, labu, kentang sama kaldu daging. Terus diblender." Bayi itu tampak protes dengan memukul-mukulkan sendok kecilnya ke Caca karena tak kunjung mendapatkan makanan di dalam mulutnya, padahal sejak tadi ia sudah membuka mulutnya. Marisca tidak sadar, sampai Cio merengek ia baru sadar.

"Eh iyaa maaf mommy tadi ngobrol dulu sama Pipi Hasta sayang. Ayo Ak lagi." Melviano terkekeh melihat tingkah anaknya.

"Uncle turun, Abel mau mam juga kaya adek." Ucap Abel sambil menggerakkan kakinya minta diturunkan. Gadis itu berlari ke dapur mencari Miminya minta makan.

A Blessing In DisguiseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora