[CERITA KE 4]
🐸🐥 Kategori : baper berkah
Ketika dia yang mati-matian menentang keluarganya demi mewujudkan mimpi dipertemukan dengan dia yang mati-matian mewujudkan mimpi demi keluarganya.
.
.
Start : 7 Maret 2022
End : 9 Juli 2024
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
happy reading
-🐸🐣-
.
.
Fitrah hati setiap insan itu adalah suci. Menyukai kebaikan, dan menyenangi perbuatan baik.
Itu makanya, sejahat-jahatnya manusia, sebejat-bejatnya orang, selama alarm hatinya tak ia biarkan mati, ia selalu punya kesempatan untuk kembali pulang, menyesali segala dosa dan maksiatnya, lalu berusaha membangun jalan baru untuk mengubah sisa hidupnya menjadi lebih mulia dari yang sebelumnya.
Dan Maha Baiknya Allah, sungguh Allah sangat bergembira menyambut siapa pun yang tersadar dari dosanya lalu meminta ampun.
Ia yang berdosa, ia yang menjerumuskan dirinya ke dalam tipu daya dunia, ia yang lalai dalam solatnya, ia yang menyepelekan amal solehnya, ia yang sibuk dengan maksiatnya, lalu ketika ia memohon ampun kepada Allah dengan tulus dan sungguh-sungguh, Allah yang bergembira atasnya. Membukakan pintu ampunan seluas alam semesta untuknya, bahkan melimpahkan rahmat yang tak pernah ia duga-duga.
Dan Senandung untuk Gara, mungkin sengaja Penguasa Langit hadirkan tepat sebelum kerak-kerak hati pemuda itu mengeras.
Karena kadang, Allah selalu punya jalan istimewa untuk memanggil pulang setiap hamba-hambaNya. Bisa didekatkan pada sebuah peristiwa menyakitkan misalnya. Atau dipertemukan dengan sosok yang dapat membimbing pada kebenaran.
Andai kata Gara tak tersentuh, Gara tak mengindahkan jalan kebaikan yang terbentang untuknya, sungguh Allah tak pernah menakdirkan kesengsaraan untuk pemuda itu. Bukankah di akhirat kelak ia yang akan mempertanggungjawabkan pilihannya setelah tawaran kebaikan datang padanya?
Wajah segar, lubang hidung sedikit membesar, ujung-ujung rambut basah bahkan baju bagian depan juga sedikit basah adalah penampakan asli Gara setelah berwudhu.
Dengan senyum penuh percaya diri ia kembali melangkah mendatangi Senandung yang ada di ruang tamu.
Atas izin Penguasa Langit, lunak hati pemuda tampan itu untuk bersedia menjalankan magrib pertamanya setelah seminggu ke belakang tak pernah ia lakukan.
"Sena, setelah aku berwudhu, sepertinya aku mendapatkan sebuah pencerahan." Gara langsung bersuara ketika jaraknya dan Senandung hanya setengah meter, "sebuah pencerahan yang mungkin membatalkan apa yang kita sepakati tadi."
"Kalau Sena tebak, soal pembatalan kesepakatan, pasti Gara mau bilang kita solat sendiri-sendiri aja dulu ya? Gagal jamaahan?" Senandung menimpali dengan nada suara penuh keyakinan.
"Kok bisa tau kalau aku mau bilang soal itu?" Gara tersenyum tak percaya, "pintar nebak kamu ya, bahaya ini lama-lama dekat ama kamu."
"Gara boleh sering bilang kalau Gara tampan dengan pedenya, tapi Gara jangan lupa siapa Sena." Senandung memperagakan penggunaan stestoskop secara detail dengan tangannya, "kalo Gara suka pamer soal wajah Gara ke Sena, maka Sena juga boleh dong pamer soal otak Sena ke Gara? Bukan manusia lemah berpikir ini! Tentu aja pintar nebak."