Keping 38 : Memastikan Posisi

288 53 9
                                    

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading

-🐸🐣-

.

.

Tidak ada manusia yang tidak suka pada hal-hal baik, terlepas seperti apa pun mereka. Sebab memang begitulah fitrah hati manusia diciptakan, selalu cenderung pada yang memberi kenyamanan, selalu mencari apa yang dinamakan ketenangan.

Dan beribadah kepada Allah, dengan sungguh-sungguh beribadah adalah cara terkeren melatih diri agar tak keluar dari koridor kebaikan, untuk kemudian membuat kenyamanan dan ketenangan enggan pergi meninggalkan.

Magrib ini, usai mengulang tayamum sebanyak dua kali karena susah manahan keusilannya menggoda Senandung, akhirnya Gara bisa bertenang dalam sholatnya.

Gara melaksanakan ibadah magribnya sambil duduk menyandar, mempraktikkan dengan sedikit ragu-ragu apa yang tadi Senandung jelaskan soal gerakan rukuk dan sujud ketika mengerjakan sholat sambil duduk.

Gara belum pernah sholat sambil duduk soalnya, ini kali pertama si jangkung melakukannya. Sebelum-sebelumnya, boro-boro mau sholat sambil duduk, yang mengingatkan ia sholat saja tak ada. Sering tinggal dari pada dikerjakan. Palingan hanya satu kali Jumatan, itu pun dengan imbalan sekotak jatah makan siang usai doa-doa diaminkan.

Jadi Gara kagok, tentu saja. Bahkan ia sedikit kebingungan membedakan mana yang seharusnya gerakan sujud dan mana yang rukuk. Tapi untunglah lelaki itu tak bejat-bejat-amat menjadi hamba, makanya ia masih tetap bisa melanjutkan sholatnya dengan keyakinan bahwa Allahnya Maha Tahu. Ia hanya perlu fokus pada bacaannya saja, sebab cuma itu satu-satunya pembeda yang jelas antargerakan.

"Kamu nggak sholat, Sena? Kenapa dari tadi hanya berdiri saja di sana?" kalimat pertama Gara mengalun usai menyudahi sholatnya, bertanya pada Senandung yang masih berdiri di dekat dinding tempat gadis itu mempraktikkan gerakan tayamum.

Senandung menggeleng pelan, enggan menjawab pertanyaan Gara soal kenapa ia tak sholat.

"Oh, aku tahu kenapa kamu tak sholat dan memilih berdiri saja di sana." Gara tertawa setelah mengamati raut wajah dan makna gelengan kepala Senandung, otaknya mendadak melayang pada scene pembahasan yang tadi sempat ia dan dua sahabatnya perdebatkan.

"Apa yang lucu Gara? Kenapa tertawa?" Senandung bertanya penasaran, ia tak memberi jawaban atas pertanyaan lelaki di depannya, tapi si lelaki tertawa seolah sudah mendengar jawaban darinya. "Gara mikirin apa ha?"

"Si Sakta, ahahaha, aku mikirin Sakta, Sena. Tiba-tiba wajahnya muncul dimataku saat aku lihat kamu menggeleng demi menjawab pertanyaanku." Gara susah payah mengatupkan bibirnya. Malu menatap ke arah Senandung.

"Mikirin Sakta?" Senandung mendekat ke arah ranjang perawatan Gara, semakin penasaran. "Apa hubungannya Sakta dengan Sena, Gara?"

Gara menggigit lidahnya pelan sebelum menjawab, mencoba untuk tak tertawa. "Nggak ada Sena, kalian nggak ada hubungan apa-apa. Kalau ada, mana mungkin aku bisa tertawa seperti sekarang, pasti sudah 'ku benyek-benyek tengkorak Sakta pakai helem."

Senandung-SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang