02 : Seperti Balita

3.7K 391 20
                                    

Setelah selesai menyantap sarapan bersama, Pete mengantar Vegas dan Macau sampai ke mobil. Kedua orang kesayangannya akan berangkat ke tujuan masing-masing; Vegas ke suatu tempat yang hanya diketahui oleh pemimpin keluarga saja dan Macau sendiri akan pergi ke sekolah.

Sementara Macau sudah masuk ke dalam mobil setelah memeluk Pete, Vegas sendiri justru masih berdiri diam sambil menatap wajah imut milik kekasihnya itu. Entah kenapa tiba-tiba saja hari ini ia merasa tidak enak hati kalau harus meninggalkan Pete sendirian di rumah. Seperti ada sesuatu yang mengganjal, tetapi dia sendiri tidak paham akan hal tersebut.

"Hia, ayo berangkat. Aku tidak mau terlambat," ujar Macau dengan nada merajuknya yang cukup khas.

"Sebentar, aku ingin ...," Vegas memeluk Pete erat, "... memeluk makhluk imut ini lebih lama lagi. Aku harus meninggalkan bau badanku di bajunya supaya tidak ada yang berani macam-macam," lanjutnya.

Pete hanya bisa tertawa geli dengan tingkah Vegas yang memang disadarinya mulai agak aneh, tetapi cukup lucu dan menggemaskan. Sementara, di sisi lain ada Macau yang hanya memasng ekspresi jijik sebelum di detik berikutnya memutar kedua bola matanya karena jengah dengan kelakuan dua budak cinta yang sayangnya adalah tempatnya bergantung hidup.

Pada akhirnya dia harus segera pergi setelah mendapat panggilan telepon dari Kinn yang bilang bahwa semua sudah berkumpul kecuali Vegas yang saat ini masih setia memeluk Pete. Di lain sisi juga ada Macau yang sudah mengomel tidak karuan karena sebentar lagi sudah masuk jam masuk sekolah.

Saat mobil yang dikendarai Vegas sudah keluar dari gerbang utama, Pete tiba-tiba saja merasakan seluruh bagian tubuhnya seolah berubah menjadi jeli. Ia akan jatuh tersungkur ke lantai kalau saja tidak ditangkap oleh salah satu bodyguard-nya. Mereka nampak panik dan ada juga yang langsung berinisiatif menelepon dokter pribadi keluarga kedua untuk segera datang ke rumah dan memeriksa kondisi Pete.

"Apakah Anda masih kuat jalan sendiri, Tuan Pete?" tanya salah seorang bodyguard.

Pete hanya bisa menjawab dengan gelengan lemah.

Dan, secara kebetulan Arm dan Pol-teman Pete semasa kuliah-datang karena memang sudah punya janji akan bertemu setelah mendapat izin dari Vegas. Mereka berdua lah yang membawa Pete masuk ke dalam kamar sambil menunggu kedatangan dokter.

"Arm, aku minta tolong ambilkan air putih," ujar Pete setengah berbisik.

Tanpa disuruh dua kali, Arm langsung mengambil dan memberikan apa yang temannya itu inginkan. Arm nampak bingung, "Kamu sebenarnya kenapa?"

"Sudah, Arm. Jangan ditanya-tanya dulu, kita tunggu dokter saja supaya lebih jelas diagnosanya." Pol membuat Arm jadi lebih tenang.

Tidak lama kemudian, suara pintu yang dibuka dan ditutup kembali membuat mereka bertiga menoleh ke arah sumber bunyi secara bersamaan. Seorang bodyguard datang mengantarkan dokter sebelum kembali pamit undur diri. Dokter tersenyum dan mulai menyiapkan alat-alat yang sekiranya diperlukan untuk mengecek kondisi tubuh pasiennya saat ini.

Pemeriksaan tidak berlangsung lama, tetapi lelaki dengan wangi tubuh khas rumah sakit itu hanya diam saja sambil tersenyum tipis. Ia nampak santai dan membuat tiga orang di sekitarnya merasa semakin kebingungan.

"Dokter ...?" Pete bertanya dengan diiringi isyarat wajah.

"Anda tidak sakit," Dokter tersenyum, "tapi Anda juga tidak boleh melewatkan minum vitamin dan obat yang saya berikan."

"Aku bingung," ujar Arm dan Pol secara bersamaan.

Dokter pun terkekeh geli karena mendengar dua kata tersebut. Ia lantas berdiri dan mulai menyiapkan obat dan vitamin untuk Pete. Katanya, itu harus diminum rutin sampai habis. Untuk vitamin, kalau sudah habis maka Pete wajib untuk memintanya lagi.

Arm yang memang tidak pernah suka kalau harus dibuat penasaran setengah mati pun mulai mendesak dokter untuk mengatakan yang sebenarnya. Ia tidak mau kalau harus tahu yang sebenarnya dari orang lain. Pol sendiri membenarkan kata-kata temannya karena sejujurnya dia pun merasa ingin tahu.

Bukannya menjawab, dokter malah meletakkan telapak tangan kanannya di perut Pete yang masih rata. Tersenyum menatap ke arah ketiganya secara bergantian lalu berkata, "Dia akan baik-baik saja kalau Pete juga menjaga kesehatan tubuhnya sendiri."

"Hah?!"

.

°×°°°°°×°

.

Vegas baru saja pulang saat hari sudah mulai larut malam. Ia terkejut ketika mendapati sosok sang kekasih yang ternyata belum terlelap seperti biasanya. Pete masih nampak segar seperti seseorang yang tidak pernah merasakan kantuk sama sekali.

Baru saja hendak melangkah untuk mendapatkan pelukan hangat, Vegas dibuat terkejut dengan Macau yang tiba-tiba datang dari arah dapur sambil membawakan segelas susu dan satu toples camilan biskuit yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Vegas bertanya kemana semua pelayang pergi? Kenapa Macau mau repot-repot seperti yang ia lihat saat ini?

"Tidak a--" Pete tidak sempat melanjutkan kata-katanya karena Macau yang bicara lebih cepat.

"Aku juga mau merawat keponakanku, Hia."

"Ke-keponakan apa?"

"Sepertinya rapat dengan para pemimpin menang penyebab hilangnya kinerja otak Hia yang biasanya cepat tanggap menjadi seolah tak punya akal," ujar Macau yang membuat Pete harus menahan tawa.

"Hei! Apa maksudmu, hah?!" Vegas nampak lebih garang dari sebelumnya.

Melihat situasi yang mungkin saja akan berubah menjadi bencana di waktu yang tidak diketahui, Pete pun memeluk sekaligus menepuk-nepuk pelan punggung Vegas. Berusaha meredam amarah dan mengembalikan atmosfer panas menjadi dingin seperti semula.

Pete melepaskan pelukannya lantas menatap Vegas sebentar, mengambil salah satu tangan lelaki yang memiliki tinggi badan sama dengannya itu untuk digenggam dan kemudian dibawa meletakkan telapak tangan tepat ke perutnya. Vegas masih merasakan kebingungan sebelum akhirnya terbelalak dan melompat-lompat kegirangan.

"Pete, pernikahan kita harus dilaksanakan lebih cepat dari jadwal. Pokoknya aku tidak mau menunggu lebih lama lagi!" Vegas berseru sambil memeluk erat-erat Pete bahkan Macau.

"Aku tidak bisa bernapas!" teriak Macau yang agak tertahan karena wajahnya setengah tertekan di dada bidang milik sang kakak.

Pelukan itu berakhir setelah Vegas mendapatkan sebuah rasa sakit di bagian jari kaki kirinya karena diinjak oleh Pete yang kesal karena teriakannya dan juga Macau sama sekali tidak didengar. Memang terkadang butuh kekerasan untuk membuat orang lain yang lebih dominan menjadi tunduk meskipun hanya sementara.

Sulit untuk dijelaskan secara rinci tentang kebahagiaan yang dirasakan Vegas saat ini. Yang jelas, Macau bilang pada Pete kalau sekarang ini Vegas benar-benar berubah seperti sosok balita yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Macau juga bilang kalau ia sangat ingin melihat sang kakak berada di fase itu untuk waktu yang lebih lama.

Pete sendiri hanya bisa tertawa geli melihat kelakuan Vegas. Mendengar keinginan Macau pun membuat dirinya jadi berharap hal yang sama. Memang tidak pernah Vegas menjadi kekanakan seperti yang hari ini nampak di pelupuk mata. Aura hitam pekat nan menakutkan yang dominan itu berubah menjadi aura merah mudah penuh keceriaan dan sinar cerah menyilaukan mata.

°×°°°°°×°

22/05/14

Las Vegas banyak Pete

Vegas X Pete Fanfiction [✓]Where stories live. Discover now