13. Kembalinya Sang Primadona

28.1K 2.1K 69
                                    

"Tidakkah kau tahu bahwa hidupku tergantung pada sikapmu terhadapku"

–Aileen Kristanabel–

SELAMAT MEMBACA. TOLONG, JANGAN JADI READER SILENT, YA!

♡♡♡

"ALVAREZ MAHATMA CAVERO!" Di samping pos satpam, Pak Joko berteriak mengetahui murid berandalnya sudah dikeluarkan tapi masih berada di lingkungan Mandala.

"Apa kamu lupa, kamu itu sudah dikeluarkan dari SMA Mandala? Kamu bukan lagi menjadi salah satu murid di sini!"

"Yang boleh masuk ke dalam sekolah hanya murid resmi sekolah ini, orang luar tidak diperbolehkan. Apa kamu paham perkataan saya, Alvarez?"

Teriakan Pak Joko mengundang banyak pasang mata dari murid-murid yang baru berdatangan. Berkacak pinggang seraya menodongkan kalimat kejam lantaran tak habis pikir dengan jalan pikiran Alvarez, di antara banyak murid di sekolah ini, waktu dan tenaganya habis menghadapi satu anak didiknya itu, Alvarez Mahatma Cavero. Pelopor anak-anak berandal yang selalu mendapat pembelaan karena cucu semata wayang pemilik sekolah.

Alvarez memberikan tas miliknya kepada Jeno, mengatakan untuk lebih dulu masuk dan tidak perlu menunggunya. Ia sudah yakin masalah ini akan terjadi, di mana Pak Joko tidak terima ia masih menjadi siswa di SMA Mandala. Guru kurang ajar itu seperti tidak menyukainya, selalu saja ikut campur bila ia mendapat masalah, paling terdepan bila ia dikeluarkan.

"Gue tunggu di kelas, Rez." Jeno melangkah masuk lebih dulu.

"Oke," balasnya santai.

"Turun kamu dari motor," perintah Pak Joko.

Mereka yang berlalu lalang masuk ke dalam sekolah tak melewatkan kesempatan melihat Alvarez bersiteru dengan Pak Joko. Dengan bersikap santai tidak takut pada guru itu, Alvarez turun dari motor dan menghampiri Pak Joko sesuai perintahnya.

Seperti kebiasannya menjadi siswa di Mandala, mengenakan seragam berantakan dan tidak memakai atribut secara lengkap. Alvarez berdiri bengis mengawasi respon Pak Joko yang mungkin sebentar lagi akan mengeluarkan khodam amarahnya.

"Kamu bukan lagi siswa SMA Mandala, Alvarez. Sekarang saya minta kamu pergi dari sekolah ini."

"Bapak berani usir saya?" tanyanya tersenyum miring.

"Kamu lupa bagaimana keputusan kepala sekolah kemarin? Kamu resmi dikeluarkan!"

"Lebih baik gunakan tenaga Bapak untuk menghadapi ajal. Jangan untuk meladeni bocah ingusan seperti saya, buang-buang waktu."

"KAMU–"

"Tanyakan keputusan itu pada kepala sekolah, kalau memang masih dengan keputusan yang sama maka saya dengan senang hati keluar dari sini." Alvarez menanggapi dengan santai, merasa puas melihat wajah merah padam Pak Joko di hadapannya.

"Orang yang seharusnya keluar dari Mandala itu bukan saya, tapi Bapak. Tolong jaga sikap sebagai guru kalau tidak mau diremehkan sama muridnya."

"Bapak tidak malu? Saya punya pengikut hampir satu Mandala, mereka tahu mana yang benar dan yang buruk, mana guru baik dan tidak, saya peringatkan mulai hari ini dan seterusnya." Sejenak Alvarez menghentikan ucapannya.

Calveraz Where stories live. Discover now