29. Metamorfosa Rasa

29.4K 3.2K 934
                                    


"Hati yang di dalamnya belum ada rasa apa-apa. Seiring berjalannya waktu berubah begitu saja, dari yang awalnya tidak ada menjadi ada."

🦋

Selamat Membaca. Tolong, Jangan Jadi Reader Silent, Ya!

♡♡♡

"Woi, dari mana lo jam segini baru balik?"

Revan menghentikan langkahnya begitu mendapat teguran dari Jeno, ada anggota inti berkumpul di ruang tengah, termasuk Alvarez. Mata Revan bertemu dengan mata ketuanya lalu diputus sepihak dan menghadap ke yang lain.

"Ada urusan di luar," balasnya singkat.

"Urusan apa?"

"Masalah kecil, bukan hal yang serius."

"Nggak usah lah marah-marah begini, kejadian di sekolah lupain aja, jangan karena satu cewek, pertemanan kita jadi rusak," sahut Cakra mulai beranjak, perkataan itu mengundang ekspresi tidak bersahabat dari Alvarez dan Revan.

"Gue membela siapa yang berhak dibela, cuma orang tolol yang lebih pilih orang lain daripada cewek sendiri," sindir Revan secara sengaja menekan kata.

"Nah, mulai lagi, kan!" dengus Jeno melempar stik PSnya. "Lo berdua udah bonyok tapi masih aja mancing masalah, kenapa nggak masing-masing satu aja sih?"

Jeno mulai beraksi. "Lo sama Yura, Rez. Dia cinta pertama lo kan?" Lalu berubah menatap Revan. "Dan lo, Van. Lo sama Aileen, adil nggak perlu ribut masalah siapa yang harus mendapat pembelaan."

"Ngomong sekali lagi!" Alvarez menggertakkan gigi, marah. "Gue mau denger ucapan lo barusan!"

"NGOMONG DEPAN MUKA GUE, BANGSAT!" bentak Alvarez.

Emosi Alvarez naik ke permukaan, dia menarik kerah Jeno melayangkan tatapan tajam. Tangannya yang mulai geram ia tahan mati-matian, satu persatu anggotanya Calveraz mendekat, Gibran memisahkan keduanya supaya berjauhan. Emosi Alvarez sedang tidak terkendali hari ini, semua orang memancingnya sejak tadi pagi.

"Gue tegasin, hubungan gue sama Aileen nggak berhak lo ikut campuri!" sentak Alvarez menuding Revan.

"Ini bukan cuma soal Aileen tapi Yura, lo tergila-gila sama perempuan nggak jelas seperti dia!"

"Lo udah brengsek, jangan jadi cowok goblok!" serang Revan, tubuhnya di tahan oleh Ghazi.

"Lepasin gue, anjing! Gue mau kasih dia pelajaran!" rontanya mengamuk.

"Udah, Rez. Anak-anak ketakutan liat lo marah-marah, kasihan junior yang baru gabung udah makan masalah beginian," nasehat Gibran tapi justru mendapat dorongan kasar.

Alvarez memberontak hingga Gibran terjerembab, suasana basecamp menjadi tidak terkendali ketika Alvarez maju menyerang Revan. Cakra meminta semua keluar kecuali petinggi Calveraz, sedangkan Jeno berlari ke arah dapur menghabiskan satu minuman aqua, dia yakin jantungnya sudah bergeser di samping empedu, bentakkan Alvarez melengking di telinganya.

"Bacotan lo nggak berguna, gue nggak minta lo belain Aileen, gue juga nggak suka ngeliat lo ada di sekitar dia!"

"Jangan jadi pahlawan kesiangan, Van! Lo tau dia milik gue, tapi lo seenaknya main di belakang gue!"

Calveraz Where stories live. Discover now